Chereads / ANDROMEDA [JJK] / Chapter 2 - 누나, 미안해 - Noona, Mianhae

Chapter 2 - 누나, 미안해 - Noona, Mianhae

Hatinya tiba-tiba menghangat ketika pandangan Soora melihat keluar kaca kedai, ia mendapati seseorang yang ia sudah tunggu sedari tadi. Ia melihat seorang pria asing berdampingan bersama Jungkook, menutupi Jungkook dari hujan dengan payung berwarna hitam.

Ketika Jungkook sampai di depan pintu kedai, Jungkook membungkuk hormat pada pria asing itu. Jungkook langsung mendorong pintu kedai, pandangannya meneliti tiap sudut ruangan yang tidak terlalu besar.

Soora berdiri, tangannya melambai ke arah Jungkook. "Sini," bisik Soora. Saat Jungkook berhasil mendapatkan Soora, ia segera melangkahkan kakinya ke arah meja Soora.

Setelah keduanya mendudukan bokong mereka, Soora langsung bertanya, "Kau ingin segelas kopi lagi? Kupikir kopi yang kupesankan untukmu sudah dingin." Tawar Soora sambil senyumnya terus terukir di bibirnya.

Ia merasa tidak percaya bahwa sekarang kekasihnya berada di hadapannya. Sudah hampir enam bulan mereka tidak bertemu. Tentu saja karena padatnya jadwal Jungkook di Seoul. Jika Jungkook saat ini masih menjadi seorang Traine dan sudah disibukkan dengan jadwal yang padat, lalu bagaimana jika Jungkook benar-benar sudah menjadi idola besar, bagaimana Soora bisa bertemu dengan Jungkook?.

Jungkook mengusap air yang jatuh dari rambutnya akibat terkena hujan, "tidak perlu," jawab Jungkook singkat. Jungkook kemudian dengan wajah datarnya menatap Soora, "Ada yang ingin kau bicarakan?" tanya Jungkook tiba-tiba. Dahi Soora mengerut bingung mendengar pertanyaan Jungkook. Maksudnya bagaimana Jungkook menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan.

Haruskah mereka berdua bertemu untuk suatu alasan. Soora hanya ingin mengobrol, melepas rindu pada Jungkook. Soora langsung memejamkan matanya sebentar, kemudian menatap Jungkook kembali. Soora berusaha tersenyum, mengabaikan apa yang ia pikirkan tadi. "Emm, tidak ada. Aku hanya rindu padamu." Ujar Soora senang. Karena rindunya kini sudah terbayarkan melihat Jungkook di depannya.

Jungkook menundukkan kepalanya, lalu menghembuskan nafas kasar. Senyum Soora mulai memudar ketika melihat raut wajah Jungkook yang seakan-akan semua ini tidak baik. Pandangan mereka kembali bertemu, "Hanya itu?" tanya Jungkook tetap dengan wajah datarnya. Seakan-akan hati Soora ditohok benda tajam, ia terus bergulat pada pikirannya.

Soora mulai gugup, jarinya ia mainkan pada ujung mantel yang ia gunakan, "A-ada yang salah?" tanya Soora ragu. Jungkook menyenderkan punggungnya, dan memasukkan kedua tangannya di kantong mantel, "Noona, aku sangat sibuk di Seoul, dan aku menyempatkan waktu di jadwal padatku hanya untuk pergi ke Busan. Karena aku pikir ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan langsung. Dan ternyata hanya," Jungkook lagi-lagi menghembuskan nafas kasarnya, membuat Soora sedikit terganggu. "Kau hanya mengucapkan rindu padaku?".

Kedua mata Soora mulai memanas, ada apa dengan Jungkook -nya. Tidak, tidak, ia tidak boleh menangis di hadapan Jungkook. Harusnya ia mengabadikan momen ini menjadi indah. Memberi hadiah pada Jungkook, dan mengatakan sesuatu yang membuat kedua -nya senang.

Soora menggeleng, "Aniyo, tidak hanya itu," bantah Soora.

"Lalu?"

Dengan keadaan seperti ini bagaimana Soora memberi kejutan yang bagus untuk Jungkook. Bagaimana jika pria ini tidak menyukai hadiah yang ia berikan.

Bagaimana jika Jungkook tidak merasa istimewa dengan ulang tahunnya. Baru saja Soora ingin mengatakan sesuatu, Jungkook menyela, "Noona," panggilnya. Kemudian menegakkan tubuhnya, menatap sayu pada Soora, "jika tidak ada hal penting yang ingin kau katakan, mungkin aku yang ingin mengatakan sesuatu yang penting untukmu.". Soora terus menatap dalam raut wajah Jungkook, mencoba untuk mengerti situasi apa yang sedang terjadi.

Jungkook menaruh kedua tangannya di atas meja, jari-jarinya saling tertaut, "kita tidak bisa melanjutkan semuanya, Noona," lirih Jungkook. Kepalanya menunduk sebentar, kemudian kembali menatap Soora yang sedang menatapnya bingung. Jungkook mulai mengetahui kedua mata Soora sudah menyiratkan hal yang berbeda dari sebelumnya, ia sama sekali tidak ingin membuat Soora kecewa.

Tapi Jungkook harus melakukan apa yang harus ia lakukan sekarang, ia tidak mau membuat dirinya dan Soora terus menahan apa yang sudah tidak bisa dilakukan.

"Maksudmu?" tanya Soora mendesak tak sabaran. Tubuhnya mendadak tegak menunggu jawaban dari Jungkook. Pikiran Soora sudah mulai terasa kacau, hatinya -pun tak mampu menahan rasa sesak. Keduanya terdiam, menebak-nebak apa yang akan terjadi.

Suara rintikan hujan -pun semakin riuh menutupi kekosongan antara keduanya. Terkadang suara dentingan gelas terdengar berisik, saat seorang Ahjumma sedang membereskan meja yang berada di samping mereka. Jungkook masih terdiam,

"Jeon Jungkook," Soora memanggil, tetap menunggu jawaban kekasihnya.

Jungkook menarik nafasnya kasar, pandangan yang sempat teralih kini menatap kedua mata Soora yang sudah mulai berlinang, "kupikir," nafasnya mulai tertahan, "kita cukup sampai disini" ujar Jungkook dengan pelan.

Soora diam membeku, tubuhnya terasa lemas. Kedua matanya mulai berlinang, tapi ia berusaha agar air matanya tidak turun. Ia masih memikirkan bagaimana Jungkook membenci jika ia menangis. Kado yang ingin ia berikan, ia sembunyikan di balik punggungnya. Hatinya mulai terasa enggan untuk memberi hadiah pada Jungkook.

Rahang Jungkook mulai mengeras saat melihat raut wajah Soora berubah lesu, bahkan terlihat kacau. Batinnya terus berharap agar Soora tidak menangis, ia benar-benar sangat membencinya.

"Tapi k-kenapa?" tanya Soora terbata-bata. Ia berusaha untuk tetap terlihat tegar, terlihat baik-baik saja. Walau kenyataannya, rasa kecewa tidak bisa ia sembunyikan dengan baik. Keadaannya benar-benar emosional, ia ingin marah, menangis, meluapkan gundahnya.

"Aku sudah tidak mencintaimu," jawab Jungkook datar. Ia tidak tahu harus bagaimana dalam mengungkapkannya dengan benar, tapi begitu kenyataannya. Entah, setiap dering telfon Soora sudah berbeda dari sebelumnya, detak jantungnya -pun tidak berdebar seperti dulu saat bertemu dengan Soora.

"Dua bulan lagi, aku akan memulai debutku. Aku tidak menjamin bagaimana aku bisa membagi waktuku bersamamu dengan pekerjaanku. Aku tidak bisa membayangkan sibuknya aku dengan pekerjaanku. Kalau seperti ini terus menerus, sama saja akan menyakiti kita berdua. Lalu bagaimana dengan penggemarku nanti, mereka tidak dengan mudahnya menerimaku jika aku benar-benar mempunyai kekasih. Dan-"

"Kita bisa menyembunyikannya" sela Soora.

"Dengan melukai dirimu sendiri. Aku tidak bisa."

Soora menghembuskan nafas kecewanya, ia menundukkan kepalanya menatap lantai yang terlihat dingin. Ia benar-benar tidak bisa menahan tangisnya.

"Noona," panggil Jungkook pelan. Perlahan tangannya menggapai tangan Soora yang membeku karena cuaca dan perasaannya.

Ia menggenggam tangan Soora dengan erat, berusaha menghangatkan tangan Soora, Soora kembali melihat wajah Jungkook yang sudah mulai memerah, "Noona," panggilnya sekali lagi, "mengertilah," lirih Jungkook.

Tak dapat Soora tahan, air matanya mulai berjatuhan dengan cepat, isakannya mulai terdengar. Pundaknya terlihat naik turun menahan tangis. Genggaman keduanya semakin kuat menahan perasaan yang memberontak tak jelas. Perasaan Jungkook semakin tak karuan saat melihat Soora menangis keras. Ingin sekali ia memeluknya, tapi hal itu harus ia hentikan. Sudah cukup, semua harus berhenti.

Jungkook mengusap jemari Soora yang semakin dingin, berusaha menenangkan Soora yang tangisnya semakin menjadi, "berhentilah menangis, kumohon." Lirih Jungkook sambil menatap Soora yang terus memejamkan kedua matanya, enggan menatap Jungkook.

Hati Jungkook terenyuh melihat keadaan Soora. Tapi akalnya menahan kuat, perasaannya sudah tidak bisa ia paksakan, ia tidak ingin melukai hati Soora lebih dalam.

"Bagaimana kau bisa melakukan ini p-padaku?" tanya Soora disela-sela tangisnya.

"Aku sama sekali tidak ingin melukai hatimu, tapi aku juga tidak ingin melukai hatimu lebih jauh, Noona." Jungkook meremas jemari Soora menahan amarah.

Sesekali Jungkook berterimakasih pada hujan yang sedang mengguyur kota Busan. Setidaknya suara tangis Soora sedikit tertupi, sehingga hatinya tidak semakin terasa sesak.

Jungkook tersenyum, "Noona," ujarnya lembut, "kumohon ini adalah tangis terakhir yang kulihat dan kudengar darimu. Aku akan sangat amat marah jika kau melakukannya lagi."

Soora yang mendengarnya langsung membuat hatinya bertambah sesak, tangisannya -pun semakin pecah.

Pikirannya benar-benar sudah buntu, tidak tahu apa yang ingin ia katakan pada Jungkook. Yang hanya ingin ia lakukan hanyalah menangis, menangis, dan menangis.

Tidak dapat dipungkiri lagi, Jungkook melepas tautan tangan mereka, lalu menghampiri Soora yang masih menangis, dan memeluknya dengan erat. Tangisannya semakin menjadi ketika Jungkook memeluknya erat.

"Noona, mianhe." Ucap Jungkook menyesal, sambil mengusap rambut panjang Soora, "menangislah sepuasmu. Berjanjilah padaku, bahwa ini yang terakhir."