Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Anak(perempuan) selingkuhan papa (21+)

🇮🇩All1110
--
chs / week
--
NOT RATINGS
14.1k
Views
Synopsis
Seorang wanita muda datang dengan bukti buku nikah dan akta kelahirannya menuntut harta warisan papa di acara pesta ulang thaunku yang ke tujuh belas. Siapa wanita itu? Apakah dia anak hasil dari selingkuhan papa dengan wanita lain? Atau hanya mengaku-ngaku saja?
VIEW MORE

Chapter 1 - KAPAN AKU BOLEH PACARAN?

Ini adalah moment sepesial yang sejak lama ku nantikan. Ya, ini adalah hari di mana aku berulang tahun yang ke tujuh belas. Katanya, di usia segitu gadis sudah bisa dikatakan dewasa.

"Papa, apakah Adel boleh pacaran?" tanyaku pada papa suatu hari lalu. Aku bertanya bukan karena tidak ada alasan. Tapi, kakak kelas yang sudah lama kusukai mulai mendekati ku. Aku berjaga-jaga  meminta izin pada papa siapa tahu beliau mengizinkan. Jadi, ketika kak Juna nanti menembakku, Aku bisa langsung menerimanya.

"Apa? Anak gadis papa pengen pacaran? Memang berapa usia mu, Nak?" jawab papa sampai tersedak ketika mendengar pertanyaanku.

"Tujuh belas tahun jalan, Pa," jawabku polos.

"Kemarilah, Nak! Seorang anak perempuan itu bisa dikatakan dewasa itu setelah dia menginjak usia tujuh belas tahun. Jadi, alangkah lebih baiknya jika kau tidak usah pacaran dulu. Mengerti?" jawab papa sambil memangkuku.

Papa adalah sosok yang paling kuhormati. Tapi, bukan berarti aku tidak menghormati mamaku, Bukan. Justru, mama adalah yang pertama, baru papa. Bagiku papa adalah sosok yang setia baik dan mendekati sempurna. Aku adalah satu-satunya anak yang mereka miliki. Jadi, wajar jika akulah yang paling dimanja. Karena memang tidak punya kakak dan adik.

Banyak dari teman-temanku yang mengatakan bahwa aku ini sangat beruntung. Bukan karen aku anak tunggal dari keluarga kaya raya. Tapi, memiliki kedua orang tua yang sangat harmonis. Delapan belas tahun usia pernikahan mereka, tak pernah sekalipun ku lihat kalau mereka tengah berselisih paham apalagi bertengkar.

Di saat teman-teman ku sedih dan terpuruk karena pertengkaran kedua orangtuanya akibat adanya wanita ketiga, di situ rasa banggaku pada papa kian menjadi. Dia adalah sosok yang baik, setia pada mama dan sayang keluarga. Bahkan, aku berharap kelak bisa memiliki suami atau pasangan hidup seperti papa. Pria sejati yang mampu setia terhadap satu wanita. Tidak pernah chat dengan perempuan lain selain urusan kerja. Aku percaya itu, karena semua isi hp papa mama tahu. Papa tidak pernah menggunakan kata sandi untuk ponselnya.

"Apakah artinya aku sudah boleh pacaran jika usiaku sudah tujuh belas tahun kelak, Pa?" tanya ku manja.

"Boleh. Tapi.... " ucap papa sambil tertawa di saat kalimatnya mengambang.

"Tapi, apa Pa?" tanyaku penasaran.

"Tapi, harus melewati tahap seleksi dulu dari papa dan mama," jawab papa sambil tertawa.

"Kenapa, Pa? Apakah kau tidak percaya dengan pilihan anak gadismu ini?" tanyaku sambil memandang wajah tampan papaku dengan tatapan penuh selidik.

"Tidak, Sayang... sebagai orangtua, kami inginkan yang terbaik untukmu. Kau bisa saja salah mengenali pria yang kau sukai. Tapi, kami... kami sudah melewati masa remaja seperti kalian. Jadi, lebih bisa menilai.

***

Aku tersenyum kala mengingat hal itu. Sekarang usiaku sudah genap tujuh belas tahun. Aku akan tagih janjiku nanti saat perayaan pesta," ucapku dalam hati.

kulirik sebuah mahkota di atas meja rias. Kuraih lalu kuletakkan di atas kepalaku. sungguh terlihat cantik dan menawan dengan balutan gaun berwarna maroon dan tatanan rambut ala-ala pengantin luar negeri membuatku terlihat dewasa. Jika di luar sana, pasti orang lain sudah mengira aku ini berusia dua puluh tahun. Karena memang badanku yang sejak kecil memang bongsor. makanya, aku selalu memaksakan pada papa dan mamaku. Kapan aku boleh pacaran. Saat ini, aku tak perlu lagi memaksakan. Tapi cukup menagih janji saja karena usiaku sudah tujuh belas tahun.