Ruang UGD tertutup rapat, setelah sebelumnya tim dokter masuk untuk memberi pertolongan kepada Rio.
Leona sempat melirik dan melihat sebuah name tag yang terpasang
disebelah kanan dada seorang dokter 'Anggraini' namanya.
" mama … mama sangat sayang Rio? " Leo yang baru tiba menghampiri Ayu.
" tentu, mama sayang … mama juga sayang Leo dan Leona. "
" kalau begitu, bukan tangisan yang harus mama kasih tapi doa yang harus mama ucap buat Rio, dia butuh doa kita. " Leo menatap Ayu dan menggenggam tangan Ayu seperti memberi kekuatan makna ketegaran seorang anak untuk ibunya.
Malam ini terasa begitu berat bagi keluarga Rio, rasa was-was terus melingkupi mereka, doa terus di lantunkan dari bibir-bibir yang mulai kering.
***
" siapa kamu ? "
" apa kamu lupa ?? oh, iya dua hari kamu nggak sadarkan diri. Baiklah perkenalkan aku Anggraini … dokter yang menolong kamu. " dokter muda itu menatap Rio dekat, dekat,
saking dekatnya hingga sejengkal tangan.
" hmm … " Rio tersenyum sinis, ekspresinya dingin, matanya menatap Anggraini dengan tatapan kesombongan.
" kamu tipe orang yang angkuh ya? "
" hmmm … bukannya menawan ?! " Rio masih sempat menyombongkan diri.
" mendengar kamu, sepertinya kamu sudah sembuh seratus persen. "
***
Semua penjenguk masuk dengan teratur untuk menjenguk Rio,
" maafkan aku sudah membuat kebahagiaan pengantin baru terganggu. " Leona yang paham ucapan Rio langsung tersenyum dan memeluk adiknya.
" kamu adalah kebahagiaan yang nyata kalau kamu kenapa-napa pasti kami sedih. " Leona menatap Angga yang berdiri disampingnya, Angga mengamini ucapan istrinya dengan
anggukan dan sebuah senyuman.
***
" Leo kamu bisa antarkan mama ? … " Leo yang baru kembali setelah mencari pekerjaan merasa tidak sreg dengan permintaan ibunya kali ini, bukan membangkang ia hanya merasa lelah dan butuh istirahat.
" aku lelah mam, besok saja. " Leo buru-buru masuk kamar sebelum ibunya berubah pikiran.
" Leo … dapat nggak kerjaannya ? "
Rio menoleh kepada Leo yang tampak lesu.
" apaan ?! kerjaan zaman sekarang susah. " Leo merebahkan kepalanya dan langsung terlelap tanpa butuh menit untuk tertidur.
Rio menjadi tak tega dengan Leo yang susah payah mencari kerja untuk membantu perekonomian keluarga, Rio keluar dari kamar dan berniat pergi ke warnet untuk mengeprint lamaran kerja yang dia simpan dalam USB.
***
" mau kemana kamu Rio ? … " Tanya Ayu yang tidak sengaja berpapasan di teras rumah.
" print lamaran, Rio mau cari kerja. " Rio menyahut tanpa menoleh.
" kamu nggak boleh kemana-mana, kembali Rio. " Rio menoleh dan menatap Ayu yang bicara lantang kepadanya.
" kenapa ? … aku mau bantu ibu mencari uang, aku sudah lulus kan bu, dan pekerjaan orang yang lulus sekolah kalau bukan kuliah ya kerja. " Rio mengemukakan alasannya.
" kamu belum sembuh benar, kamu nggak boleh bekerja sebelum sembuh. Rio …. !!! cepat masuk. " Ayu menegaskan dengan suara yang lebih lantang.
" tapi … "
" MASUK !!!! "
Rio terpaksa masuk dengan kekecewaan.
***
Leo yang terbangun karena mendengar teriakan ibunya menjadi tidak bisa tidur lagi dan memutuskan keluar kamar dan mereka pun berpapasan.
" kenapa loe ? … " Leo bingung melihat wajah Rio yang biasanya ceria sekarang bertekuk seperti cucian habis dijemur, kusut.
" ibu melarang ku bekerja … " suara Rio pasrah.
Leo memperhatikan Rio yang berjalan dengan lesu menuju kamar, ia juga heran kenapa ibu
melarang Rio bekerja padahal jika dengannya ibu sangat mengharapkan ia bekerja.
***
Pagi muncul dan semangat baru untuk Leo muncul, ia bertekad tidak
akan pulang sebelum mendapat pekerjaan.
Ia terlalu yakin kalau hari ini ia akan mendapat pekerjaan.
" fiuhhft … " Leo menyeka keringat di dahinya yang mulai mengganggu penglihatan.
Sudah satu jam ia berkeliling bertanya kepada teman-temannya lewat telepon tentang lapangan pekerjaan, menelepon lalu seharian ia berkeliling.
***
" bismillahirrahmanirrahim. " Leo membaca basmalah ketika memasuki sebuah ruangan, kali ini ia pasrahkan diri.
" anda diterima dan anda bisa mulai bekerja besok. " senangnya hati Leo saat itu.
Merasa terlalu pagi untuk pulang, iseng ia ke rumah sakit tempat adiknya dirawat dulu, ia ingin sekali menanyakan keadaan kesehatan adiknya.
Secara Rio sempat menggemparkan satu keluarga karena ia pernah anfal.
" adik anda mengalami cedera kepala akibat benturan keras sehingga ia mengalami shock, seperti waktu itu dan itu adalah hal biasa yang sering terjadi kepada pasien cedera kepala. Untuk memastikan apakah ada infeksi atau tidak dari luka tersebut, dibutuhkan waktu lama, untuk mengetahuinya biasanya pasca operasi, dan beberapa waktu kemudian baru akan ketahuan. "
Leo diam menelaah ucapan dokter, tidak sepenuhnya ia mengerti dengan yang diucapkan dokter tapi satu hal Leo menjadi sangat was-was dengan keadaan adiknya, ia diam bukan berarti keadaan aman, ia bicara pun nggak akan membuat aman dan Ayu tenang.
Leo kembali ke rumah dengan pikiran yang jauh lebih kusut, Rio yang melihat itu jadi tidak enak hati prasangkanya, Leo frustasi karena belum mendapatkan kerja, padahal itu salah.
***
" Leo antar mama ke rumah sakit, kita minta bantuan dokter biar Rio mau minum obat. "
Leo sekarang manut saja.
" mau kemana kamu ? … " Leo melihat Rio sudah rapi dengan kemeja bahkan tangannya
sudah mengapit map coklat.
" ya lamar kerja, memang apa lagi ?! " Rio menata rambutnya dengan tangan agar terkesan keren.
" jangan kerja, kamu di rumah aja. " Leo juga mulai bersikap seperti Ayu.
" ibu dan Leo kenapa ? kok bisa kompakan gitu. " Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Leo bilang jangan berarti jangan dilakukan ! " Leo mempertegas ucapannya.
" kalian ada apa melarang ku semua ?! "
" larangan dan ketegasan itu beda, nanti kamu akan berterima kasih dengan ketegasan kami. Ayo mam !!! " Leo mengajak ibunya pergi.
***
" bu, dokter !! " Ayu menghampiri dokter Anggraini.
" ya, bu … " dokter yang memakai name tag Anggraini menghentikan
langkahnya dan menoleh kepada Ayu.
" anda mau menemani anak saya, selama ini dia jarang memiliki teman mungkin, dengan berteman dia bisa cepat sembuh. "
Anggraini agk bingung dengan ucapan Ayu yang tiba-tiba dan mengejutkan.
Leo cuma bisa diam sekarang, tidak mungkin ia bilang kalau Rio tidak akan sembuh hanya karena berteman dengan seorang dokter saja, tujuannya bertanya kepada dokter sebenarnya
adalah untuk membuat Leo tahu kondisi Rio secara jelas, namun jawaban dokter itu membuat bingung Leo walau pada akhirnya berujung kepada ketakutan yang tidak berdasar.
***
" Leo, gimana gagasan mama ? " pertanyaan ibunya mengejutkan Leo yang sedang kebingungan.
" hah, terserah mama !!! " Leo bingung menjawab pertanyaan ibunya.
" baik tapi dengan syarat … jangan panggil saya ibu cukup Anggraini atau Rani aja. " mereka tersenyum kecuali Leo.
***
Rio sudah mandi dan rapi-rapi, bahkan Rio sekarang sedang mempersiapkan barang apa saja yang akan dibawa olehnya untuk menuju
tujuannya.
Rio duduk manis di meja makan untuk sarapan,
" mau kemana Rio ? … " Tanya Leo.
" cari kerja aku mau bantu Leo dan ibu cari uang. " Rio tersenyum menghadapi pagi yang cerah.
" udah … kamu nggak usah kerja mama pasti ngerti kok, kenapa kamu tidak kerja. Iya kan ma ? " Ayu mengangguk dan menatap anaknya dengan kelembutan.
Rio menggeleng, " m … m … aku mau bantu Leo cari uang. " Rio keukeh.
" Rio mau kemana ? … " Leo melarang adiknya pergi melewati pintu.
" kan udah Rio bilang … aku mau cari kerja. " Rio menghempas tangan Leo yang menjegal langkahnya.
***