Chereads / CHRYSANT / Chapter 20 - Filosofi Rio

Chapter 20 - Filosofi Rio

Ia berjalan sendirian seakan dunia ini sepi, tetapi sebenarnya dia berada dalam lingkup yang begitu ramai, semua orang hiruk-pikuk, semua orang sibuk, bicara cepat, makan cepat seperti tidak memiliki waktu untuk diri sendiri, tidak memiliki waktu untuk beristirahat bahkan malam hari, dunia mengendalikan manusia yang katanya paling tinggi.

***

Ia merasa bodoh diantara himpitan para super power, bukan sekedar mulut tetapi tingkah lakunya juga.

Jika hubungan dengan keluarganya sudah sangat membaik, bahkan hatinya menghangat setiap kali memanggil ibu

Tetapi, tidak dengan jiwanya yang terasa kosong.

Sebuah surat Al-Anbiya yang bahkan tidak ia dengar seluruhnya sudah menggedor relung jiwa yang ia biarkan gelap.

Otaknya yang biasanya harus susah payah dengan segala hal duniawi, bermain, bertengkar, bersosialisasi, sempat mendendam kecuali belajar.

Saat ini dipenuhi keinginan untuk melarikan diri.

***

" Rio .... Rio ... Rio !!! " Cita dan Armand saling pandang, mendapati kawan mereka seperti kehilangan arah.

Terus berjalan padahal kelas sudah sangat jauh terlewat.

" Kelas disini Rio. " Ucap Armand sampai berteriak, tetapi tidak di gubris.

" Rio ... !!! " Cita yang memanggil dan sama-sama tidak di respon.

Keduanya membelalak, ketika melihat tubuh Rio bertabrakan dengan Geon.

" heh … !!! " Geon mencengkram kerah baju Rio dan menantang.

" oke, kita berkelahi gue turutin mau loe …. ! " Armand dan Cita terperanjat mendengar ucapan Rio.

" tapi tunggu sampai kelulusan … " Rio membenahi kerah kemejanya yang kusut setelah dicengkram Geon.

" loe takut ?? "

" bukan, gue cuma mau fokus belajar dulu biar lulus, kalau kita berkelahi sekarang terus ketahuan kita dikeluarin sayang kan ?? kelulusan paling tinggal berapa bulan lagi. Sabar aja, gue nggak bakal kabur kok … gue bukan pengecut !!! yang main belakang. " ucapan Rio menyentil mental Geon yang kemarin sempat curi start.

" gue tunggu loe !!! " argument Rio yang pandai merangkai kata mencoba berkelit terealisasi.

***

Armand sampai melongo melihat Geon si keras hati manut saja dan berlalu tanpa harus beradu urat, Rio mengerlingkan mata kearah Armand.

" Kok, nggak bilang kelasnya kelewatan?! " Rio setengah berlari dan merangkul Armand.

Hari ini ia merasa bebas dengan sesuatu yang buang-buang waktu.

" Cit.. masih jadi anggota rohis?! " Rio menatap Cita.

Cita mengangguk, " gue gabung ya. " Ucapan Rio, berhasil mengembangkan senyum Cita.

" Tentu, kamu datang hari Sabtu siang, pulang sekolah. "

Rio mengangguk dengan syarat yang diajukan Cita.

Rio menatap Armand, " mau ikut gue ke basecamp.. lu tertarik buat gitaran kan?! "

" Lu mau rohis apa ngejam?! "

" Dua-duanya, Sabtu rohis Minggu ngejam. " Rio sumringah.

" Oh,, ya ya ya ... Kamu memang miss sibuk. " Celetuk Armand sinis, tampangnya datar tetapi menggemaskan di mata Cita dan Rio.

Terbukti keduanya tertawa. " Aku laki-laki, bukan Miss. "

Bel masuk berbunyi, ketiganya dengan wajah sumringah duduk di bangku masing-masing.

***

Sepertinya rencana perjodohan Rio dan Armand berhasil.

Angga sangat terbuka dengan Leona yang agak menutup diri, dia bahkan tidak masalah memulai pembicaraan di chat room, sekedar sapa dan berakhir tanpa balasan sama sekali bukan masalah bagi Angga.

Seperti saat ini, dia melakukan chatting sekitar pukul 06.00 dan baru dibalas pukul 11.00

Angga senyum-senyum sendiri.

" Mau ketemu? " Angga menelepon.

" Aku ajak Rio ya, sebentar aku chat dulu, emang kapan? " Nada bicaranya polos, membuat Angga menahan tawa.

" Kamu libur kerja aja. "

Dua menit kemudian telepon berlanjut, " Rio nggak bisa, Leo aja ya hari Minggu. "

Angga tidak bisa menahan tawa, usai telepon berakhir Angga tertawa sepuasnya.

Gadis ini seperti hiburan tersendiri baginya, dia berbeda dengan wanita-wanita yang pernah dikenalnya.

Leona nama yang cantik, dia mulai berani memuji meski sebatas dirinya yang tahu.

***

Leo tertawa mendengar cerita kakaknya via telepon.

" Ada apa ? " Kenita menjadi penasaran dengan Leo yang terdengar sangat bahagia.

Leo membentuk kata dengan mulut tanpa bersuara, telinga masih mendengar kakaknya bicara di ponsel.

" RA .. HA .. SIA !!! " Leo menahan tawa melihat Kenita memonyongkan mulut, sambil tangan terlipat di dada.

Danu muncul memupuskan keceriaan diantara keduanya, Leo tidak bisa memutuskan saluran telepon sepihak maka ia biarkan Danu memelototi.

" Apa liat-liat?! " Danu sewot sendiri.

Telepon berakhir, Leo balik menatap.

" Cih " ia berdecih dihadapan Danu dan dia memang sengaja melakukan.

" Loe berani?! " Danu sudah mencengkram kerah Leo.

Leo mempelajari hal menarik dari Rio dan dia mempraktekannya dihadapan Danu.

***

Seketika cengkeramannya terlepas dan ia tampak gugup sendiri, " hancurin kalo Lo emang bisa hancurin, panggil semua pelindung uang Lo ... "

Danu berdecih, ia mundur teratur.

" Gue masih ingat gimana Lo nyakitin Rio, Lo ingat satu hal ... Dia bukan anak lemah seperti dugaan Lo. "

Kenita menatap Leo, " itu omongan Leo ?! " Matanya tidak berkedip.

" Kayaknya gitu. " Leo mengelus tengkuknya malu, cengiran canggung membuat Kenita tersenyum lucu.

" Senyum itu ?! "

Ia membahas soal senyuman mengejek yang diajarkan Rio.

" Rio yang ajarin. " Suaranya pelan, ia malu-malu.

***

" allah nggak pernah tidur dan selalu mendengar doa hambanya yang khusuk. " ucap Rio kepada Leona suatu hari, mata Rio berbinar menatap Ayu dan Ayu sendiri tersenyum melihat bungsunya sudah mampu berpikir dewasa.

" hmmm, tinggal tunggu lamaran neh … kalau bisa pernikahannya sebelum atau sesudah kita ujian. " ucap Leo yang berpikiran kedepan.

" kok, jadi kamu yang sibuk Leo ?! " Leona menjadi geli sendiri karena yang tampak sibuk adalah keluarganya bukan dia atau Angga, Leona berjalan penuh semangat menghampiri Angga yang sudah menunggunya didepan pintu setelah ia memberi salam tadi.

" Rio mau jadi pagar betis. " celetuk Leo asal, Rio yang dijadikan bahan ejekan langsung mendelik kepada Leo dan Leo menjulurkan lidahnya karena merasa menang, berhasil

meledek adiknya.

***

" kalian membicarakan aku ya ? … " Angga memulai obrolan.

" ih, geer kamu ! " Leona menutupi ketepatan tebakan Angga.

" Kakak kapan melamar kakak tersayang kami? " Leo benar-benar menjadi lambe turah, sementara Rio berdecak sebal.

" Apa-apaan sih Leo ! " Wajah Leona bersemu, jantungnya sudah berdetak tidak beraturan.

Ayu menahan tawa, " kamu mau minum apa Angga?! " Ayu menawarkan, sekaligus melarikan diri sebelum ia benar-benar tertawa dan meledek Puteri satu-satunya.

" Nggak Bu, kami mau langsung berangkat, kalau lama-lama takut kemalaman pulangnya. "

" Aku berangkat ya ma ... " Leona mencium tangan ibunya, mencium pipi kanan dan kirinya.

Angga mengikuti, tanpa cipika-cipiki.

Melambai kepada Rio dan Leo.

" Yang akur ya kalian. " Angga masih sempat meledek.

***

Leo tancap gas usai berpamitan, izinnya kerja kelompok, membiarkan Kenita yang sah jadi pacarnya beberapa bulan lalu itu bermain di rumah bersama manis dan Rio tentunya.

" Gue percaya sama Lo! " Leo menepuk bahu Rio.

" Kalian nggak akan selingkuh. " Ucapnya lagi, kali ini sambil menoleh kepada Kenita yang kebetulan juga menatapnya.

" Aihsssh ... Banyak omong Lo !!! " Rio kesal sendiri, kalau sebegitu besar rasa percaya Leo.

Kenapa kemarin-kemarin ia sangat sulit mendapatkan kepercayaannya, sampai jungkir balik Rio memikirkan dan bertindak.

" Ada apa Rio?! ... " Suara Kenita memecah pikirannya.

Buru-buru Rio menggeleng dan masuk ke rumah, mau kerjakan tugas alasannya.

***