Chereads / CHRYSANT / Chapter 17 - Roullete

Chapter 17 - Roullete

Akan lebih baik jika kamu terbaring dan tidak pernah bangun, setidaknya jasad mu tidak akan merasakan sakit lagi, tidak ada air mata, tidak ada kebencian yang akan kamu dengar

Sayangnya, kamu harus bangun

Hadapi apapun yang diberikan, jika kamu bertanya mengapa?

Karena ini adalah skenario tuhan, jika masih menolaknya, percuma jadilah orang baik, atau seseorang yang tidak peduli sekalian

***

Rio tersenyum kearah Leo dan Kenita yang berjalan bersama, manis rasanya saat tahu usahanya tidak sia-sia.

" Rio mau ikut kita ke toko buku ? "

Rio menggeleng diiring senyum ia tidak mau merusak PDKT Leo, ia sudah berniat memberi ruang untuk Leo agar dekat dengan Kenita, yah walau hatinya sedang berduka karena cintanya harus kandas,cinta yang baru seumur jagung harus kandas.

" ya, udah kita jalan duluan ya Rio … " Rio hanya mengangguk, mereka sempat berpisah jalan, " pastikan kak Lena menjemput mu. " Ia tersenyum.

Rio hanya bisa meringis, semenjak dia kena skors ibu Ayunya menjadi sangat protective, ia meminta Leona menjemputnya setiap pulang sekolah dan meminta Leona membawa adiknya tanpa tolakan.

Leo dan Kenita berlalu cepat dengan sepeda motor.

Sambil menunggu ia putuskan terus berjalan dengan harapan akan bertemu dijalan dengan Leona.

" Rioo … " Leona berteriak memanggil, tangannya melambai-lambai kearah Rio yang

berjalan sendiri.

***

Leona yang sedang berlari kecil menghampiri Rio, ia tercekat ketika seseorang berbadan besar yang memakai seragam yang sama dengan Rio menghadang langkah Rio, takut terjadi apa-apa dengan adiknya ia percepat larinya sambil berharap agar tidak terjadi perkelahian.

Leona memanggil takut-takut, " Rio ?! ... "

Lelaki besar itu menoleh dan tersenyum picik kearah Leona.

Ia sudah sangat lama merencanakan balas dendam dengan sangat matang, balas dendamnya tempo hari gagal dan Danu sengaja menghadangnya di jam pulang sekolah, ide itu muncul atas saran salah satu teman begundalnya.

" ayo pulang … " Leona berusaha menyembunyikan takutnya, ia gandeng tangan Rio dan berjalan pelan bermaksud meninggalkan kerumunan orang mengerikan bagi Leona.

***

" jadi, loe berlindung sama perempuan ini ? siapa dia … ? tante girang yang menyewa loe itu

? … " tawa terpecah menggema dari mulut Danu dan konco-konconya, memekakan gendang telinga Rio.

" apa maksud loe, Dan ? "

" belagak pilon kakak gue Anita yang bilang, loe itu sewaan tante girang. " ucapan Danu tepat menghantam sisi sensitive Rio. Ia hampiri Danu hingga sejengkal tangan, mata mereka

saling beradu, pandangan benci memancar nyata dari sorot mata Rio, Danu yang dipandang membalas dengan tatapan sombong dan dengan bangga ia busungkan dada.

" hoh, anak mama mulai berani … "

Danu menepuk-nepuk wajah Rio seperti orang yang meremehkan dan Rio tidak suka dengan perlakuan itu.

" mau loe apa ? apa salah gue sampai loe selalu ganggu gue ? … " Rio berusaha menahan marahnya.

" karena gue nggak suka sama orang yang selalu melebihi gue, terlalu pandai dan sombong kayak loe. " Danu jumawa, ia bersombong dihadapan Rio.

" lebih baik kita tanding biar loe tahu siapa yang anak mami ?!... dengan syarat jangan ajak mereka, Ini urusan kita. "

" oke … " Danu yang sempat besar mulut langsung tersudut tidak berkutik karena pukulan telak Rio yang tepat menghantam semua titik vitalnya.

" curang loe Dan … " Rio mengerang, Danu cuma terkekeh melihat Rio kepayahan dihajar teman-teman

Danu yang mulai turun tangan.

" Rio … heh! kamu udah berenti, bisanya keroyokan dasar nggak gentle. " Leona menghakimi Danu dengan kata-katanya.

" perempuan cerewet … " Danu mendorong tubuh Leona yang menghalangi pandangan.

" Danu …. " Rio berhasil keluar dari serbuan teman Danu, sekarang ia sedang melesat memburu Danu yang berdiri tegak seperti tonggak.

***

Pupil mata Rio mengecil sedang matanya membelalak, tangan yang tadi mengepal jatuh layu,

ada erangan terdengar untuk kedua kalinya.

Danu pun sempat tersentak dan meninggalkan Rio yang mulai lemah berdiri gemetar.

" Rio ayo pulang, kamu nggak apa-apa kan ? " Leona menghampiri Rio yang masih diam tak bergerak.

Leona tak bicara lagi, ia sedang menerka-nerka apa yang merembes keluar dari pori-pori seragam Rio, yang semakin lama semakin pekat warna merah yang merembes keluar meski tangan Rio sudah menahannya.

" ayo pulang kak ! " susah payah Rio berujar, wajahnya pucat menahan sesuatu yang terus mengalir dari balik seragamnya.

" Rio kamu berdarah, ayo kita ke rumah sakit … " Leona panik saat tahu apa yang terjadi dengan adik kesayangannya.

" darah ?? Danu menusuk ku kak ? "

tatapan mata Rio kosong, ia seperti orang linglung. Ia lihat tangan kanannya yang sudah berlumuran darah setelah ia lama mencengkram

lambungnya yang nyeri, sesak itu datang lagi menusuk dadanya yang terasa menyempit.

***

" mama … " dengan terisak Leona menelepon ibunya.

" kenapa Lena ? … kenapa kamu menangis ada apa ? " Ayu masih tenang, pikiran kecil tentang pertengkaran saudaralah yang terlintas dipikirannya, tak ada pikiran buruk untuk ketiga anaknya saat ini.

***

" Rio masuk rumah sakit, dia dicelakain orang !!! " pecahlah tangis Leona, begitu pula Ayu yang tak menyangka sama sekali, ketakutannya akan sikap Rio yang terlalu diam, terbukti ia sekarang dicelakai orang hingga masuk rumah sakit.

" mama segera kesana kamu jaga adik mu, kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi mama. " Ayu sangat cemas dengan bungsunya, setelah ia diberitahu dimana anaknya dibawa ia segera bergegas tanpa membuang waktu.

***

Leona sesaat ia menelepon adiknya yang pergi ke toko buku.

Ayu sejak tadi terus mengelus dadanya, ia tidak menyangka sama sekali putranya

yang pendiam harus mendapat nasib seperti ini, terbaring tidak

berdaya karena luka tusukan dilambungnya.

Lain Ayu lain Leo, Ayu yang tidak menyangka, sedang Leo ia begitu menyesal kalau saja ia mengajak Rio pergi bersamanya atau kalau saja ia tidak memakai sepeda motor untuk

mengantar Kenita mungkin mereka pulang bersama dan meminimkan kejadian itu.

***

Leo terus berandai-andai menutupi rasa bersalahnya, Leona yang paling shock dengan mata kepalanya ia melihat darah keluar pelan dari lambung Rio yang merembes lewat celah seragam Rio.

Luka yang ditorehkan Danu secara sembunyi-sembunyi ketika Rio hendak menghakiminya

dengan pukulan kosong.

***

Rio membuka matanya pelan, ia rasakan kerongkongannya mulai kering-kerontang.

" ibu … "

" sayang, kamu mau apa nak ? " Ayu bergegas menghampiri Rio yang baru tersadar setelah tiga hari tak sadarkan diri.

Leo dan Leona yang duduk di sofa berjalan menghampiri Ayu dan Rio.

" kamu mau ini … ?? " Tanya Leona menunjuk sebuah gelas berisi air.

Mata Rio mengedip.

" pelan-pelan kami nggak bermaksud meninggalkan mu, adik tersayang nggak mungkin ditinggalkan. " Leona berujar membuat yang lain menatapnya aneh, suara batuk Rio yang tersedak menghentikan tatapan mata mereka.

Satu-persatu kakaknya keluar, tinggalah Rio bersama Ayu ibunya, hening dalam senyap hanya saling tatap.

" istirahatlah … " Ayu membenahi selimut Rio yang kusut dan bergegas meninggalkan Rio, hingga sebuah panggilan lembut mampu menghentikan langkahnya.

" ibu Ayu … Rio mau bertanya, boleh?"

Ayu kembali kesisi putranya dan mengangguk.

" apa yang mau kamu tanyakan nak ? … " Ayu menekan egoisnya agar tidak menangis didepan Rio.

" apa allah membenci Rio ? aku kehilangan semuanya diwaktu yang hampir bersamaan, ayah, kasih sayang nenek, Keni, nyawa ku hampir melayang, bahkan aku kehilangan bunda sejak bayi, apa allah membenci kehadiran ku ? seperti pertama kak Leona melihat ku ? "

Leona yang mendengar dari balik pintu ruang perawatan yang tipis, sangat terkejut dan perasaan bersalah tiba-tiba muncul memenuhi segumpal daging yang memiliki segala rasa itulah hati.

***

Sedangkan Ayu yang berada dihadapan Rio dan mendengar langsung ucapan itu menjadi bingung akan memberi jawaban apa untuk seorang bocah yang sedang gundah dan meragu ini, sepenggal kata suaminya kembali menari di neutron otak pengingatnya.

" ia labil  jika membicarakan arti seorang Ibu. "

" Allah sangat sayang sama semua hambanya, hanya hambanyalah yang kadang membenci keputusan yang dibuatnya. " Ayu berdiri dan menghampiri Rio lebih dekat.

" kenapa Allah sangat cepat mengambil bunda dari Rio ? Rio belum melihatnya. Apa ibunda

ku menyayangi Rio, aku sangat rindu dengannya. " tudingan Rio sepertinya tidak akan berhenti sebelum ia mendapatkan jawaban yang benar-benar akurat baginya.

" bunda mu sangat menyayangi mu, ayah mu pernah bilang kan, sayang ? … allah mengambil ibu mu lebih cepat karena ia ingin mempertemukan kita. Aku adalah ibu mu sekarang dan aku sangat menyayangi Rio. "

" ibu Ayu ibunda ku ? … " mendengar pernyataan Ayu, hati Rio menjadi tenang namun disatu sisi ia juga sedih.

" ibu Ayu dan ibu mu sama-sama istri ayah mu, ibu sayang sekali sama Rio, sekarang Rio nggak usah sedih karena ibu akan jadi bunda buat Rio. "

" apa ibu suka memeluk anak-anaknya ? … aku sering dipeluk ayah kalau aku dimarahi nenek, apa ibu akan memeluk ku juga seperti ayah ? … " Rio memegangi tangan Ayu hanya itu yang ada dipikirannya, sebuah pelukan yang bisa menenangkannya.

Ayu mengangguk dan memeluk Rio seperti permintaannya, " ibu akan selalu memeluk anaknya, sedih atau senang, diminta atau tidak. "

Rio membiarkan Ayu memeluknya dan hati kecilnya dalam relung jiwanya paling dalam sedang menerka apa yang ia rasakan sekarang, hangat seperti punggung ayah tetapi ini berbeda ini hangat seorang ibu, ibu yang menyayangi anaknya dengan tulus.

***

" saya nggak terima kalau Rio masih bersekolah disini, dia sudah melukai anak saya dengan berkelahi, anda mengeluarkannya atau saya akan menuntut sekolah ini dan meminta sekolah ini ditutup. " ini sudah ultimatum yang kesekian dari orangtua murid yang menginginkan Rio didepak karena Rio dicap buruk dan yang menyebabkan perkelahian di sekolah tumbuh subur, kepala sekolah yang tadinya memberi penjelasan dengan rasional menjadi keringat dingin diancam berulang kali seperti itu, dan puncaknya Rio menerima surat permintaan pengunduran diri atau DO.

" apa ini Rio ?! " Ayu memicingkan matanya heran.

Rio sudah berlari menaiki anak tangga menghindari omelan Ayu.

***

Ayu yang tak terima mendatangi sekolah Rio setelah membaca surat DO yang baru diterimanya, sebagai orang tua ia ingin menuntut kepada sekolah karena mengeluarkan murid seenaknya.

" anak saya masuk rumah sakit sampai harus dirawat saya tidak menuntut kalau butuh bukti saya juga punya … " kemarahan Ayu sia-sia selama yang mengadu adalah orang beruang semua dapat dikendalikan.

Wong cilik selalu berada dibawah jika ia meminta keadilan, Ayu kalah saing dengan orang tua Danu yang memiliki saham cukup besar di sekolah ini.

***

Leona menghampiri ibunya yang bersedih akan nasib anaknya, ia rangkul bahu ibunya dan Leona mulai menegarkan ibunya. " sudahlah bu, mungkin ini yang terbaik, lagipula kalau Rio bertahan disekolahnya ia hanya akan dicemooh oleh orang-orang itu. "

Ayu membelai jemari Leona yang masih menyentuh bahunya.

Dari balik pintu dapur yang bergorden, Rio berdiri mematung dalam hatinya berjanji akan menjadi anak baik, bukan mencari musuh tetapi mencari teman.

Rio segera pindah sekolah tanpa menunggu waktu lama.

***

Hari ini tengah hari bolong, saat yang lain berkutat dengan buku pelajaran, ia berkunjung ke basecamp untuk mengucap kata perpisahan, atau sekedar bilang " sampai jumpa, kita nggak bakal pisah cuma karena pindah sekolah. "

Rio menyelipkan selembar kertas diatas keyboard, lalu melenggang.

***