Leo terpojok ketakutan ketika ia dihadang Danu.
" ada apa Danu ?! " suaranya bergetar.
" lu saudara Rio kan ?!... " Danu benar-benar tidak sabar, beberapa kali gagal bertemu, kali ini ia pastikan, Rio hancur ditangannya.
Apapun ia lakukan, hanya untuk memancing Rio datang, termasuk mengeroyok Leo dengan disaksikan para siswa, Danu bertepuk dada mengumumkan betapa dia berkuasa dengan ototnya, siswa sebenarnya tidak peduli, mereka berkerumun hanya untuk melihat tontonan gratis, mereka bukanlah orang bodoh yang terlalu takut dengan kekerasan dan lagi Danu barulah anak kelas XI, masih ada Jia dan Firman diatasnya dengan kemampuan tarung dan prestasi yang seimbang.
" Rio ... Loe nggak ke lapangan? " Jia yang malas ikut campur lebih memilih menjadi informan.
Rio tidak terusik, rasa lapar yang ia tahan sejak dari rumah jauh lebih penting.
" Leo dikeroyok Danu cs. "
Rio membelalak, " kenapa nggak Lo tolongin ?... "
" Ogah, ini masih pagi dan gue nggak mau kena skors lagi!!! Emang gue bisa ngalahin ... " Jia malah sibuk menjelaskan, membuat Rio gemas dan memilih pergi sebelum Jia menyelesaikan kalimatnya.
" Shit... " Rio mendorong bahu Jia, dia khawatir dengan keadaan Leo.
Gencatan senjata yang dilakukan dua bersaudara ini harus ia yang akhiri.
" Heh ... Apa Lo bilang?! " Jia yang baru sadar Rio mengumpat, tidak terima dan balik mengejar Rio.
***
Rio menerobos kerumunan dengan kasar, tanpa sepatah katapun dia menarik kerah Danu dan menyeret Danu menjauh dari Leo, memukulinya tanpa kasihan.
Suara siswa semakin gemuruh, teriakan menghakimi menggema diantara perkelahian konyol ini.
Salah satu teman Danu yang melihat Danu tersudut akan ambil bagian, tetapi Jia menarik kerah belakangnya dan sebuah tinju menghantam wajah teman Danu yang akan bermain curang.
Pertarungan semakin seru dua siswa yang memang di gadang-gadang menjadi 'jagoan' sekolah sedang memukuli sang pembual yang sok selama ini, sok jagoan, sok berkuasa.
" mulai sekarang jangan ganggu dia, siapa pun yang mengganggu Leo berurusan sama gue. "
semua membisu, Danu yang diajak bicara sudah kepayahan ditangan Rio.
***
Jia yang sudah menyelesaikan urusannya dengan dua orang, sekarang berdiri dibelakang Rio.
Meski cepat wajah Rio juga tidak selamat dari beberapa pukulan.
" Banyak omong Lo !!! " Ternyata masih ada satu teman Danu yang luput, Jia angkat tangan, membiarkan Danu dan Rio menyelesaikan dendam pribadi.
Para guru datang memotong kerumunan, melerai perkelahian yang timpang.
Keenam siswa digiring ke ruang BP, diinterogasi sampai satu jam lebih.
***
Jia merenggangkan tubuhnya, ini kali kedua Jia masuk ruang BP karena ia berulah dan hukumannya pun masih sama, skorsing.
***
" Maaf Jia, Lo jadi terlibat. "
" Halah ... Gue juga nggak suka sama tuh anak, biar rasa dia kita gebukin. " Jia menepuk bahu Rio beberapa kali.
" Tapi Lo jadi diskors seminggu. "
" Nggak apa-apa, gue jadi bisa fokus ngerjain lagu sama Firman, gue malah masalahin Lo ... Lo kena tiga hari. "
Rio mengangkat bahu, " hmmm ... Tau lah. "
***
Ayu heran menemukan Rio sedang berbaring di teras rumah dengan luka memar dimana-mana.
" Kenapa nggak sekolah ? " Ayu menatap wajah Rio lekat, membuat puteranya terkejut dan bangun buru-buru.
Rio menyerahkan surat skorsing dan masuk kedalam tanpa berkata apa-apa.
Ayu hanya geleng kepala.
Satu-satunya dipikiran Ayu, bertanya kepada Leo saat pulang sekolah.
***
Sungguh sial Leo yang baru memasuki ruang tamu sudah di tunggu ibunya, dan bertambah marahlah Ayu ketika melihat wajah Leo memar, ternyata yang diucapkan Rio memang benar keduanya terlibat perkelahian disekolah dan membuat Rio diskors tiga hari.
" Kalian berkelahi?! "
" Nggak. "
" Iya. "
Mereka memberikan jawaban yang berbeda.
" Kalian jangan bercanda sama mama, Rio ayo bilang yang tadi kamu bilang ke ibu. " Ayu berkacak pinggang menatap satu persatu anaknya.
Leo menatap Rio dengan kemarahan, sementara Rio semakin tertunduk.
" Yang berkelahi dia ! " Leo jelas-jelas menunjuk Rio dengan penekanan suara yang tidak enak didengar Rio.
" Aku berkelahi karena membela mu, dia dipukuli Bu. Sumpah aku tidak bohong !!! " Rio balik berteriak, matanya sendu menatap Ayu.
" Mereka suruhan Lo, Lo pura-pura nolong gue !! "
" Nggak, buat apa begitu ?! "
Dan mereka ribut sendiri-sendiri tanpa mempedulikan ada orang lain disana, saling menyalahkan, saling tunjuk, intinya tidak ada yang mau mengalah.
" Apa-apaan kalian ! Mama mau penjelasan, bukan pertengkaran ulang. Apa masalahnya? ... Kalian biasanya akur, tidak bertengkar seperti ini, kasih tahu mama, ada apa? " Ayu mengambil alih, sambil memegangi kedua tangan puteranya ia berusaha menjadi penengah.
Keduanya diam, " maaf. " Hanya itu yang keduanya katakan, lalu selebihnya mereka bungkam dan itu membuat Ayu frustasi.
***
Leo tidak mau menyudahi permusuhannya, dia semakin menjauhi Rio, meninggalkan Rio dalam kebingungan, ketika ia mencoba menyapa, dengan santai Leo melenggang, melewatinya yang malu setengah mati dihadapan Ayu dan Leona.
" Kamu bantu mama aja sana cuci piring, ntar juga Leo baik lagi. " Leona tidak tega melihat usaha Rio sia-sia.
Rio menurut saja, sepertinya tiga hari kedepan dia pasti merasa bosan, dan sudahlah jantungnya berdebar aneh setiap kali dia pikirkan.
***
Rio menghampiri Leo yang sibuk membaca IPA karena besok akan ada ulangan IPA.
" maafkan aku, Leo ! tolong jangan salah paham. "
" bagaimana aku nggak curiga ? kamu dulu kalah dengan Danu dan sekarang menang saat aku dan kamu berjauhan. " Leo acuh tak acuh, ia segan menatap wajah Rio.
" apa yang Leo mau supaya maafin Rio ? "
" putuskan hubungan kamu sama Kenita. "
Rio sempat terkejut walau akhirnya ia setuju juga dengan syarat yang diberikan Leo.
***
Rio keluar rumah ketika hujan sedang deras, tidak sengaja ia bertemu dengan Leona yang heran melihat kepergiannya. " mau kemana kamu, hujan-hujan begini ? ... " Rio tidak
menjawab dan terus berlalu meninggalkan kakaknya yang bingung.
***
" Kenita ... " Rio masih berdiri didepan pintu gerbang rumah Kenita.
" Rio, pulanglah sekarang hujan nanti kamu sakit ! " Kenita tidak memberi harapan sama sekali.
" Leo cinta Kenita tolong jangan kecewakan Leo. "
" kenapa selalu begini ... ? kenapa kamu selalu mengalah ... ? kita saling cinta kan Rio, kenapa mesti Rio yang selalu berkorban ? "
" Leo sangat mencintai mu, biar cinta kita mengawan aku yakin kamu juga cinta Leo. " pembicaraan mereka terhenti ketika Fabian datang dan menyeret Kenita masuk.
" Kenita ... Kenita ! kamu harus bahagiain dia. " Rio berteriak-teriak.
Sentuhan tegas menyapa bahunya, menyentak dirinya yang masih berdiri kaku didepan pintu gerbang rumah Kenita dengan suaranya yang serak karena terlalu lama di guyur hujan.
Rio memeluk orang yang menyapa bahunya.
" ayo, pulang Rio ... !!! " Leona merangkul Rio yang mulai menggigil kedinginan.
Rio menoleh kembali ke rumah Kenita, gadis cantik yang berhasil meluluhkan hati Rio dan itu berakibat kemarahan Leo.
" ayo, Rio ... " Leona mempererat rangkulannya.
Hujan masih terus turun bahkan semakin lebat mengguyur malam kelabu bagi Rio dan Kenita.
To : Kenita
Kenita, tolong turuti permintaan Rio. Dia berbuat demikian, Karena dia sayang saudaranya, bukan
berarti dia gak sayang kamu. Dia sangat sayang kamu, tapi untuk kali ini berkorbanlah demi dia, Rio
pun, Berkorban begitu banyak. Sekarang ku minta kesediaan mu untuk berkorban.
From : Leona
Air mata tak mampu dibendung oleh Kenita, cinta yang baru dirajutnya harus rela ia sudahi bukan karena tak sejalan, beda prinsip atau alasan lain yang biasa digunakan pasangan yang baru putus, tetapi ini karena tuntutan dari sebuah pengorbanan yang ekstrim.
***
Rio lagi-lagi menghampiri Leo yang sekarang terlelap membelakangi Rio.
" Leo aku sudah melakukan yang Leo minta semoga Leo mau memaafkan ku, aku tidak berbohong aku benar bisa menjatuhkan Danu, meski kita nggak marahan aku masih bisa. "
Leo membuka matanya ia tak menyangka kalau suruhan yang ia pinta dilakukan oleh Rio, suruhan yang bermaksud bercanda ia lakukan ditengah hujan seperti ini.