Chereads / CHRYSANT / Chapter 15 - Ini Cinta ?!

Chapter 15 - Ini Cinta ?!

Kenita tidak dapat menyembunyikan perasaannya, selama dua tahun sekelas dengan Rio sudah menumbuhkan benih-benih suka yang berkembang menjadi bunga cinta dan sekarang ia merasakan buah sayang dari bunga-bunga cintanya selama ini. Ingin bilang ia gengsi, tidak bilang ia kepikiran, sulit makan dan tidur, menyusahkan.

Apalagi mereka selalu kedapatan menjadi anggota kelompok, bersama Leo pula.

Suatu hari Kenita mendapat kesempatan untuk berdua dan waktu yang tepat untuk mengetahui apakah Rio juga menyayanginya.

" Rio … "

" hmmm, " Rio bergeming menatap comic kesayangannya.

" Kenita, aku mau tanya apakah kamu menyukai ku ? "

" hah … " Kenita begitu terkejut sampai matanya membelalak lebar.

" sebenarnya aku suka sejak pertama kita ketemu, kamu masih ingat Kenita ?? jadi, apa jawaban kamu ? "

Kenita tersenyum ia seperti bermimpi kejatuhan bulan, apa yang diinginkan sekarang ada dihadapannya, tinggal mengucap 'iya' dunia seakan ada digenggaman.

" Kenita … " Rio tidak sabar menunggu jawaban Kenita.

" kalau aku jawab iya, menurut kamu berlebihan gak ? "

Rio memandang Kenita cukup lama, dan Kenita membalas tatapan Rio, mereka saling pandang cukup lama.

" sama sekali gak berlebihan, malah menyimpan cinta terlalu lama itu yang berlebihan dan Kenita sebenarnya sudah suka dengan ku cukup lama. Benar tebakan ku ? "

wajah Kenita merah padam menahan malu.

" huh panas banget disini. " Kenita mengibas-kibaskan tangannya, tatapannya pun beralih keruas jalan rumahnya.

Rio tersenyum kearah Kenita yang salting dihadapannya.

" jadi aku di terima. " Rio begitu yakin.

" siapa yang bilang ? aku belum bilang apa-apa … "

" udah ke jawab !! sikap mu seperti menyukai ku. " Kenita tidak bisa menyangkal ucapan Rio sekarang.

Rio berpamitan pulang, setelah berhasil mengalahkan Fabian bermain catur sebanyak tiga kali.

***

" ibu Ayu … " Rio memeluk erat Ayu dan dengan suka cita ia peragakan adegan menari.

" apa-apaan sih Rio … ? " ucap Leona jengah mendapat perlakuan yang sama seperti yang diterima Ayu.

Ayu mengangkat bahu ketika Leona menanyakan sikap aneh yang terjadi kepada Rio.

" ups, sorry Leo ! " Rio mengecup pipi Leo, Leo mengusap pipinya dengan tangan kanannya.

" ieuh … " Leo menampakkan wajah jijik kearah Rio yang ditatap malah tersenyum dan mengerling.

Semua menatap heran kearah Rio yang terus tersenyum meski sedang makan sekali pun.

" kamu sakit ? " Leona menempelkan tangan ke dahi Rio seperti dokter memeriksa pasiennya.

" besok kita jalan-jalan kak, mau gak ?... " Leona menggeleng.

" kenapa gak mau mbak ? diajak jalan sama pangerannya juga. " celetuk Leo.

" Rio pasti punya urusan sendiri aku gak mau ganggu dia, ku rasa aku sudah cukup mengganggunya. "

Leona menatap Ayu dan Rio bergantian.

***

Kenita sedang berbahagia ia terus saja tersenyum, ia sedang senang membayangi wajah Rio yang selalu tampak indah dihadapan Kenita, pria yang lama disukainya.

" Rio … " baru kali ini ia merasakan cinta.

Kenita bergegas tidur, cepat-cepat ia tutup mata karena malas menyahut Fabian yang sedari tadi memanggilnya.

***

Rio merebahkan tubuhnya diatas ranjang dalam kamar yang cahayanya remang, ia berbalik badan melihat tubuh Leo yang sudah terlelap diseberang ranjangnya, hanya nakas cokelat sebagai pembatas.

Apa Leo akan marah saat tahu dia jadian dengan Kenita, ah ... Rio menghembuskan napas dengan kasar, kembali berbalik menatap langit-langit, peduli apa toh cinta tidak bisa di prediksi, semuanya datang tiba-tiba.

" Selamat malam Kenita. " Gadis pertama yang ia sebut menjelang tidur, teman sekelas yang pernah membuatnya suka pada pandangan pertama, risih karena menuntut lebih, belajar, belajar.

Owh, pikiran Kenita dan Leo sama, apa itu sebabnya Rio suka.

Dan seperti inilah mereka sekarang.

Membingungkan ?!

Nikmati saja segala rasa yang ada, sampai batas waktu yang ditentukan.

***

" Rio .... " Kenita mengambil perhatiannya, menjeda permainan bola basketnya bersama kawan sebasecamp.

Kenita ternyata tidak mempermasalahkan dengan siapa Rio  bergaul, selama bisa berbagi dan bertanggung jawab katanya. Rio tidak bisa menyembunyikan tawa mendengar pernyataan Kenita, ia ingat betul bagaimana Leo marah dengan pilihan pertemanan dan dia tahu alasan Leo adalah Kenita.

Kisah cinta sang picisan jauh dari kata romantis tetapi hari-hari terasa begitu manis setiap kali dilewati bersama.

Saling sokong, saling mengingatkan dan tanpa perdebatan, semua berjalan mulus.

***

" pacaran loe sama Kenita ? " Tanya

Leo suatu hari.

" emang kenapa… itu hak gue 'kan ? " Rio ketus ia paling tidak suka ada orang yang ikut campur dengan urusannya.

" loe tahu kan kalo gue suka Kenita ... ? "

" terus kenapa ?? Kenita juga suka gue kok, kalo suka bilang dari dulu sama dia. Biar cinta loe gak bertepuk sebelah tangan. " dengan kasar Rio menunjuk-nunjuk tubuh Leo, sepertinya Rio benar-benar tidak suka dengan ucapan Leo barusan.

Leona yang kebetulan melihat dan mendengar pertengkaran adiknya di ruang keluarga hanya bisa memilih diam, tidak mau salah melangkah.

Leo dan Rio bubar jalan, yang satu ke kanan, yang lain ke kiri. Menyisakan Leona yang menggeleng lemah, dengan kelakuan pemuda kasmaran tersebut.

***

Rio tidak suka memegang ponsel, malas katanya, atau bikin ribet aja, terserahlah yang pasti setiap kali ia rindu dan tidak memungkinkan untuk bertemu, Rio pasti menunggu didepan jendela kamarnya dan meneriakkan nama Kenita sampai si empunya nama menampakan batang hidungnya dan mereka akan mengobrol disana, jika tidak terdengar mereka akan memakai buku dan pena menulis pesan dengan huruf besar dan menunjukannya kepada masing-masing.

Misalkan seperti yang terjadi sekarang.

Rio sekarang bisa membangun mood dan tertawa bersama.

Sementara Leo frustasi, sejak tadi dia meninggalkan rumah membawa motor tua ayahnya.

***

Di sekolah Rio dan Leo seperti menjauh, tidak seperti biasanya.

Di saat pembagian kelompok pun mereka caggung dan lebih memilih bekerja secara berjauhan.

" kalian kenapa ? kok kayak orang marahan, cerita sama Kenita. " Kenita menghampiri Rio yang duduk menyendiri di pinggir lapangan, hal yang tidak pernah Rio lakukan sebelumnya.

Padahal beberapa senior dan teman sekelas sempat mengajaknya bertanding bola basket, sesuatu yang tidak akan ditolak oleh Rio.

Tetapi, hari ini pemuda ini begitu lesu dan pendiam.

" Leo menyukai mu, jika suatu saat aku memilih berpisah dengan Kenita maafkan Rio. Tapi sekarang aku mau bersama Kenita lebih lama lagi. Aku sayang Kenita. " dia bicara tanpa menatap Kenita sedikit  pun hanya lurus dan tanpa ekspresi.

Kenita sempat mematung mendengar ucapan Rio yang tiba-tiba, namun ia kemudian berujar kepada Rio dengan sangat yakin. " Keni juga sayang sama Rio … sangat sayang !!! "