Leo tergesa-gesa menuju kamar mandi, membuat kedua orang yang memperhatikan lupa, mereka lupa memperingatkan jika masih ada Leona didalam.
Pintu terbuka dan sebuah pukulan keras menyapa kepala Leo yang tidak sabaran.
" Kakak ... !!! " Leo berteriak dimuka Leona sambil mengelus kepalanya yang benjol.
" Berisik ! Kurangi kebiasaan buruk mu. " Leona ngeloyor.
Rio berdecih dengan senyum sinis melihat kakak laki-lakinya dijitak.
" Kenapa ? " Leona melirik Rio seperti elang, membuat Rio tak berkutik.
***
Leona mendekati meja makan, dia sudah rapi untuk berangkat kerja.
" Ma ... aku berangkat ya. "
" Kamu nggak sarapan dulu sayang ?! " Ayu hendak memberikan sekotak roti selai stroberi.
Lena menatap kotak makanan ditangan Ayu.
" Aku berangkat ma. " Sebuah kecupan mendarat di pipi Ayu, roti selai dimasukan ke mulut lalu melambai dan berlalu dengan pintu yang tidak ditutup lagi.
" Ayo sarapan Rio. " ucap Ayu kepada Rio yang sempat melamun melihat kakaknya tergesa.
***
Aaaa ....
Teriakan menggema dari tiap dinding seakan memantul, ketenangan yang hanya lima belas menit itu seakan runtuh.
Pintu kamar mandi terdengar dibuka dengan paksa, lalu muncul Leo dengan rambut basah tergesa menuju kamar.
" Leo ! Apa-apaan kamu sih? ... teriak kayak di hutan. "
" Aku telat... Gawat!! "
Ayu geleng kepala melihat kelakuan Leo yang masih saja sembrono.
" Leo selalu begitu, Bu Ayu ? ... "
" Hampir setiap pagi. "
Rio nyengir, miris rasanya kalau dia harus memanggil kakak kepada seseorang yang lebih pantas dianggap adik, atau pura-pura tidak kenal sekalian.
" Nanti kamu daftar sekolah ya, ibu akan temani kamu. "
***
Leona memasukan akses untuk absensi, dia berbalik penuh dan tiba-tiba bahunya terasa seperti dihantam dengan batu dan dia mundur kebelakang sampai terpentok mesin absen.
Sontak dia meringis merasakan sensasi terbakar disusul ngilu yang lumayan membuat dia mengaduh.
" Makanya kalo berdiri liat tempat, apa sih yang mau lo tunjukin? "
Leona tanpa melihat pun tahu siapa pemilik suara tersebut, Deandra si Miss popular di kantor.
Ketimbang dibilang bekerja dengan kemampuannya, ia lebih senang tebar pesona dan sedikit memakai 'bumbu' mulutnya begitu jago merangkai, seperti sajak saja dan orang-orang akan terbuai dengan kata-katanya, tanpa dipikir masak-masak tentang kebenarannya.
***
Sejak kejadian tadi pagi Leona menjadi sentimental, pendengarannya menjadi tajam, matanya benar-benar tajam seperti elang siap memangsa siapa saja yang berbisik-bisik.
Bukan tanpa alasan ia menjadi sangat sensitive karena pernah suatu kali ia memergoki teman dekatnya sendiri menjelekkannya dan itu terjadi karena hasutan Deandra.
Pagi ini mood Leona benar anjlok sampai ke dasar.
***
Rio terus mengikuti kemana langkah Ayu pergi, tanpa mempedulikan beberapa tatapan bingung mengarah kepadanya.
Dan disinilah mereka berdiri, ruang guru untuk menemui kepala sekolah meminta izin untuk memasukan Rio bersekolah disini.
Semua persyaratan telah Ayu persiapkan sejak jauh hari, tanpa sudi membiarkan Rio ikut terlibat.
Tidak sampai setengah jam, proses perizinan dan sebagainya telah selesai, tinggal menyelesaikan administrasi.
" Ibu Ayu... Aku ke sana ya. " Rio menunjuk lapangan.
" Mmmm, ok ! Jangan jauh-jauh. " Ayu tetap fokus di loket bagian administrasi.
***
Rio ternyata tertarik dengan beberapa anak yang tengah bermain bola basket.
Suasana sekolah memang dalam keadaan sepi karena proses belajar di kelas masing-masing hanya terlihat beberapa yang hilir-mudik dan sekelompok siswa yang bertanding bola basket, mungkin sedang jam olahraga.
" Rio, ayo pulang. " Teriak Ayu sambil melambai kearah Rio di pinggir lapangan.
" Kamu masuk saat tahun ajaran baru, kebetulan liburan sekolah sudah dekat jadi kepala sekolah mengizinkan kamu masuk setelah liburan. "
" Aku akan tinggal kelas ? ... "
" Mmmm, nggak ibu udah jelaskan kalau kamu sempat ikut ujian di sekolah lama kamu, sekarang kan tinggal tunggu rapor keluar dan liburan. "
Rio tersenyum puas karena tidak harus mengulang kelas, " terima kasih Bu Ayu. "
" Sama-sama sayang, ayo pulang. "
***
Leo mencuri pandang kearah Kenita yang duduk di bangku urutan ketiga setelah meja guru, tetapi ketika kedua kornea Kenita menyambut, Leo buru-buru membuang wajah dan melakukan hal konyol, seperti tadi misalnya karena terlalu kaget dia malah buru-buru menarik buku tulis yang dipakai Hendri mencatat pelajaran, Hendri pun kesal dan mengemplang kepala Leo.
***
Suatu sore sesaat setelah Leona pulang bekerja, dia seperti sedang diliputi awan mendung apa yang dilihat Leona pasti akan menjadi sasaran kemarahannya.
" mau apa kamu … ? " Leona masih saja ketus kepada Rio.
" boleh aku duduk disini ? … " Rio duduk tanpa menunggu jawaban Leona karena dia tahu itu nggak akan terjadi.
" pergi dari sini !!! " Rio menggeleng ia terus memandang Leona hingga ia dapat melihat riak-riak air mata ditepi kelopak matanya dan kesedihan diriak wajah Leona yang berusaha tegar dihadapan Rio orang yang dibencinya.
" kak Leona ! " telapak tangan Rio menyentuh wajah Leona.
" HENTIKAN …. !!!! " spontan Leona menampar wajah Rio.
" kakak sedih ? kenapa … ?! jika itu karena aku, biar aku izin kepada bu Ayu agar aku dipulangkan. " Rio bergegas keluar kamar Leona.
Leona tersentak menyadari apa yang baru saja terjadi, dihatinya terjadi perdebatan yang lumayan sengit.
Dia memang membenci kehadiran Rio, tetapi nurani menyangkal untuk kasar, ia merasa bersalah membuat Rio menerima hukuman atas kemarahannya kepada orang lain.
Ketika pintu akan dibuka, tangan Leona berhasil mencegah kepergian Rio. " jangan pergi … aku … aku bingung ! semua memperolok ku Rio. Hanya karena aku tidak memiliki pasangan. Aku dicap penyuka sejenis. Aku marah Rio !!! tetapi mereka semakin memperolok dan menertawakan aku. " Leona kembali menangis kali ini lebih haru.
" mereka jahat Rio … !! " Leona memeluk Rio, ia memeluk orang yang tidak ia terima kehadirannya.
Rio mematung berdiri kokoh bak pilar yang menopang jasad Leona.
" kalau kakak mau, kakak bisa jadikan aku pacar dihadapan teman-teman kakak. "
Leona menghentikan tangisnya ia bingung dengan ucapan Rio tadi.
" maksud kamu ? "
" aku bisa antar-jemput kakak kerja, kakak ngaku aja aku pacar kakak !! "
" apa bisa ? kita ketahuan kali kalau beda umur, nanti aku tambah diejek. " Leona cepat tanggap.
" hehehe … aku bisa berdandan lebih tua sedikit mumpung aku belum masuk sekolah, nunggu liburan. " Leona diam ada rasa berterima kasih untuk Rio yang mau menolongnya dan perlahan keegoisannya terkikis.
" kak Leona jangan menangis lagi, anggap aja aku teman, sahabat, kakak juga aku terima. " Rio berlagak dewasa.
" apa, anggap kakak ? nggak salah … kamu ini banyak maunya Rio ? " Leona tersenyum mengejek ucapan Rio.
" aku lebih senang kak Leona yang tersenyum. " Rio ikut tersenyum.
***
Awan mendung Leona berubah cerah seketika karena kehadiran Rio.
" semangat … " seru Rio sambil mengepalkan tangan kanannya dan membumbung tinggikan kepalan tangannya ke udara tanda ia memberi semangat kepada kakaknya.
" semangat … begini kan ? " Leona mengikuti gerakan tangan Rio, Rio tersenyum dan mengangguk.
" kakak cantik kalau terus tersenyum seperti itu. " Rio membelai wajah kakaknya dan secepat kilat menjauh dari Leona, karena Leona yang tampak malu-malu bersiap memukulnya.
" Rio menyebalkan … " Leona tersenyum simpul.
" apa ini artinya kita berdamai ? kakak bisa maafkan adik mu ini ? " Rio kembali melongok kamar Leona.
" mmm, gimana ya ? kalau kamu berhasil buat aku senang, kamu aku maafkan. " Leona mengajukan persyaratan.
" yakin ?! jangan tarik kata-katanya ya … hanya buat kak Lena senang 'kan ?! " Rio mengangkat telunjuknya dan menggerak-gerakkannya diudara.
" iya … lagipula kamu nggak akan buat aku senang dengan mudah, pendirian ku terlalu kokoh. " Leona agak bersombong dengan pendiriannya yang katanya kokoh.
" lihat aja nanti … " Rio tersenyum dan pergi ia juga tidak mau kalah optimis.
***