Cheryl adalah seorang penulis novel online. Karya-karya yang dia tulis selalu dibanjiri pembaca. Tetapi akhir-akhir ini dia semakin malas melanjutkan tulisannya. Selain karena lelah, dia juga mengalami mimpi buruk yang hampir identik dengan plot yang dia tulis di novelnya. Cheryl mengeluh tidak dapat tidur nyenyak hingga kantung mata panda terbentuk dengan jelas di wajah gadis 25 tahun itu.
[ Pokoknya pembaruan bab harus dikirim malam ini!!!]
Cheryl menatap pesan dengan banyak tanda seru dari editornya. Dia tahu dia sudah mengulur waktu dari pagi hingga petang hanya untuk menghindari mengirim bab baru.
Terhadap pesan yang dikirim editornya dia mengetik kalimat acak dan menekan tombol kirim.
[ Malam ini akan ada hujan meteor. Jadi aku tidak akan mengirim bab baru.]
Cheryl segera mematikan obrolan dan kembali membuka antarmuka game online sebagai gantinya. Melihat bahwa batas waktu event berakhir dalam beberapa menit. Cheryl menggerakkan avatarnya bersiap menaikkan rank.
Begitu jari-jarinya hampir menyentuh mouse tiba-tiba lampu padam. Cheryl terkejut oleh kegelapan yang tiba-tiba. Dia bergeser sedikit meraba ponsel di dalam laci meja.
Setelah mendapatkan ponselnya dia buru-buru menyalakan senter.
Karena listrik padam Cheryl tidak lagi memiliki keinginan untuk begadang. Dengan senter ponsel di tangannya dia masuk ke kamar dan naik ketempat tidur. Mungkin karena kelelahan Cheryl langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.
Dia tidak tahu bahwa di luar benar-benar ada hujan meteor. Namun yang terlihat di langit malam hanyalah percikan-percikan seperti kembang api yang sangat indah.
_
Langkah kaki yang berat dari sepatu besi bergema di setiap sudut ruangan. Selain langkah kaki ada juga suara besi yang diseret di lantai sehingga terdengar semakin menakutkan.
Cheryl mau tidak mau harus berlari di antara lorong gelap karena langkah menakutkan itu datang untuk mengejarnya.
Gadis itu berlari sekuat tenaga. Sesekali tersandung benda-benda yang berserakan atau tubuh manusia yang tidak lagi bernyawa. Dalam prosesnya kaki Cheryl memar dan lecet. Semakin sakit karena dia terus berlari.
Dia tiba di ujung lorong. Sudah tidak ada lagi jalan. Tidak ada pilihan lain selain bersembunyi di ruangan. Dia secara acak membuka pintu terdekat melangkah dengan hati-hati. Minimnya cahaya membuatnya kesulitan. Dia melambaikan kedua tangannya untuk merasakan benda-benda disekitar. Malang bagi Cheryl ruangan yang ia masuki adalah ruangan kosong. Jadi selain meja dan kursi tua tidak ada apa-apa.
Suara langkah dibelakangnya semakin dekat. Cheryl merasa dia tidak bisa lari lagi sehingga dia pasrah. Tubuh kurusnya meluncur ke lantai tepat di bawah jendela besar yang terkunci rapat. Meringkuk di sudut dengan cara yang menyedihkan. Di luar hujan sangat deras. Petir menyambar satu demi satu. Dari posisinya dia baru menyadari bahwa ada beberapa mayat di ruangan itu. Dia bahkan menginjak genangan darah mereka. Cheryl membekap mulutnya sendiri berusaha agar tidak berteriak. Bagaimanapun dia tidak terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Karena tempat ini sebenarnya adalah istana yang sangat megah. Yang kemudian menjadi tempat jagal dalam semalam siapa pun akan gemetar melihatnya.
Menyadari bahwa langkah kaki itu menuju ruangan tempat persembunyiannya jantung Cheryl berdebar lebih kencang.
Lalu sosoknya muncul dari kegelapan. Sesekali kilat menyambar membuat Cheryl dapat melihat seperti apa wajah iblis yang dengan lancangnya membantai orang-orang di istana. Pria itu memiliki bekas luka yang besar hampir di seluruh wajahnya. Ekspresi di wajah pria itu tidak ada yang lain selain kebencian. Menginjak potongan tubuh dan genangan darah dia berjalan menuju Cheryl yang meringkuk.
Pria itu tinggi besar berdiri menjulang dihadapan Cheryl. Dan Cheryl merasa dirinya semakin kecil dan tidak berdaya. Dengan takut Cheryl membuka mulutnya berniat memohon.
Namun sebelum bibir Cheryl membuat suara apapun pria itu mengangkat pedangnya. Dengan satu ayunan dari pedang berdarahnya Cheryl merasakan sakit yang tajam di lehernya. Dia terjatuh. Matanya melihat tubuhnya sendiri masih duduk bersandar di dinding, tanpa kepala.
_
"Akh ...." Cheryl bangun dan tersedak hebat. Manik-manik keringat mengembun di dahinya. Nafasnya tersengal-sengal dan jantungnya masih berdebar kencang.
Cheryl melebarkan matanya dan mengamati lingkungan sekitar. Dia merasa lega ketika menyadari bahwa dia masih berada di tempat tidur.
"Astaga mimpi itu lagi! Mimpi sial itu benar-benar menyiksaku." Cheryl mengeluh sambil menepuk dadanya.
Gadis itu menyapu keringat di dahinya dengan lengan baju. Dia turun dari ranjang dan membuka jendela. Udara segar membuatnya rileks kembali.
Bunga berwarna-warni memenuhi padangan Cheryl. Gadis itu mengernyitkan dahinya. Dia bingung. Dia tinggal di apartemen lantai 10 jadi bagaimana bisa ada hamparan bunga di depan jendela?
Cheryl melihat tangannya sendiri. Dia ingat dengan jelas bahwa malam sebelumnya dia memakai baju tidur berlengan pendek. Jadi dari lengan baju panjang berwarna kuning pudar ini?
Namun tidak hanya bunga dan lengan baju yang berbeda. Ruangan tempat dirinya berdiri juga berbeda. Sampai disini barulah Cheryl sangat panik. Dia berlari mencari ponselnya yang diletakkan di lemari samping tempat tidur. Tetapi sekarang di sana tidak ada lemari kecil sama sekali.
Cheryl ketakutan. Sisi rasionalnya mengatakan bahwa dirinya belum benar-benar bangun dan masih di dalam mimpi yang lain. Setuju dengan pemikirannya Cheryl mengulurkan tangannya dan mencubit pipinya sekuat tenaganya.
Cheryl mendesis. Rasa sakit dari cubitan di pipi terasa sangat nyata.
"Aduh ... Apa sih yang terjadi?" Cheryl bergumam sambil menggigit jarinya. Gadis itu mondar-mandir di kamar yang hampir tanpa perabot itu. Dia berusaha memutar otaknya yang lamban. Mencoba mengingat bagaimana dia bisa tiba di tempat asing ini sambil memperhatikan sekeliling ruangan. Sedikit demi sedikit Cheryl merasakan keakraban.
"Tunggu sebentar. Mengapa aku merasa seperti mengenal tempat ini?" Cheryl mengusap dagunya, gaya berpose ketika dia sedang berpikir.
Kamar ini tidak besar. Memiliki satu ranjang besi tua, satu lemari pakaian, satu kursi dan meja rias yang sangat kuno. Jika hanya itu saja Cheryl tidak akan merasa akrab. Namun lukisan yang digantung di dinding kepala tempat tidur adalah lukisan khusus yang dia gunakan untuk mendeskripsikan kamar salah satu karakter di novelnya, kamar Putri Claudia.
Cheryl tercengang oleh penemuan anehnya itu. Dia segera berlari ke meja rias. Meskipun cerminannya tidak begitu jelas dia masih bisa melihat tampilannya. Wajahnya tidak berubah. Tetapi pakaian yang dia kenakan jelas gaun abad pertengahan.
Sekarang keraguannya telah dikonfirmasi bahwa dia telah berpindah ke dunia di novel yang ia tulis sendiri.
Kemudian dia ingat plotnya. Tidak lama lagi Putri Claudia yang tidak penting ini akan dibantai bersama dengan anggota keluarga kerajaan yang lain.
Cheryl tiba-tiba memiliki keinginan untuk menangisi nasib buruknya.
***