Chereads / Menuai Kebencian / Chapter 28 - Part 25: Marathon

Chapter 28 - Part 25: Marathon

Semua karyawan sudah pulang hari ini. Sisa Cia, Bram, Ibra, Revi, Ale dan Amel. Mereka berenam memutuskan untuk tetap tinggal di Bali. Cia, Bram, Ale, dan Ibra memang sudah berencana stay di sini selama 2 hari untuk mengikuti lari marathon yang diadakan Bali Marathon. Revi dan Amel disini untuk menjadi supporter Ibra dan Ale tentu saja.

Mereka menginap di villa yang berlokasi dekat dengan tempat Bali Marathon diadakan. Villa yang mereka sewa terdiri dari 3 kamar dan satu kolam renang. Villa yang cukup besar untuk mereka berenam. Ruang keluarga, dapur dan kolam renang ada di lantai satu. Sedangkan kamar tidur berada di lantai dua.

Rencananya hari ini mereka akan stay di villa. Bersantai setelah melakukan meeting yang melelahkan kemarin. Karena kemarin acara kantor jadi semua kendaraan adalah milik kantor. Alhasil, hari ini mereka menyewa 2 mobil untuk dibawa menjelajahi bali.

"Kalian mau makan siang apa?" tanya Amel yang sedang membuka aplikasi layanan pesan antar.

"Terserah" balas Cia. "Eh pengen deh makan nasi pedes yang terkenal di bali itu" lanjutnya.

"Nah iya tuh boleh" sahut Revi.

Bram, Ale, dan Ibra masih sibuk dengan dunianya sendiri. Ya, apalagi kalo bukan games. Orang yang mengusulkan untuk stay di villa aja adalah Bram. Cia tau maksud Bram, capek karena habis meeting besar adalah kedoknya. Padahal sebenarnya, ia ingin seharian main games dengan Ale dan Ibra.

"Bram kamu pesen yang apa?" tanya Cia. "Samain aja" jawab Bram.

"Udah samain semua aja, kesel gue liat mereka" ucap Cia mendengus. Revi menepuk pundak Cia "Sabar Ci"

"Eh abis makan berenang yok, kasian nih kolam renang dianggurin" ajak Amel bersemangat. Cia mengangguk setuju "Gasin"

Pesanan sudah tiba. Cia menuju ke dapur untuk mengambil piring. Niatnya, ia mau membawa piring-piring itu ke ruang keluarga. Namun, Amel dan Revi mengikuti langkahnya ke dapur. "Makan sini aja, biar tuh laki pada busung laper" ujar Amel kesal.

Revi tertawa terbahak mendengar ucapan Amel. "Ih kasian tau" ucap Revi. Cia dan Amel menatap Revi tajam. Hati Revi ini terbuat dari apa sih? Udah dianggurin Ibra berjam-jam masih kasian? Pantes aja diboongin tunangannya.

"Rev, kenapa lu mau sama Ibra dah?" tanya Amel sambil memasukan makanan ke dalam mulut. Revi berpikir sejenak.

"Usahanya dia sih" jawab Revi singkat.

"Emang usahanya sekeras apa?" tanya Cia. Revi tersenyum menerawang ke atas. "Waktu gue tau tunangan gue selingkuh, dia nemenin gue. Nemeninnya tuh bener-bener nemenin. Sampe kalo pulang kerja dia mau nganterin aku sampe apart. Sampe gue tidur baru dia pulang. Pokoknya dia ga ngebiarin gue sendirian semenitpun. Awalnya gue sebel sih. Kaya ngerasa ni orang ganggu banget. Karena kalo lagi patah hati pengennya sendiri ga sih?"

Amel mengangguk setuju "Iya pengennya dengerin lagu galau nangis nangis" sahut Amel.

"Nah gue juga gitu, tapi gatau kenapa kalo disebelahnya dia tuh kaya tenang banget. Bahkan dulu dia itu gue jadiin lullabies" ujar Revi sambil tersenyum lebar "Aneh ya? Tapi dia tu anaknya nenangin banget itu. Dan dia tuh gapernah nyalahin tunangan gue. Dia selalu bilang 'Dia gitu karena dia gabaik buat kamu'" Amel mendengarkan cerita Revi dengan seksama. Hingga air matanya menetes secara tidak sadar.

"How sweet" ucap Amel sambil mengusap air matanya.

"Lo aja nangis Mel, gimana gue ga terharu sama perlakuannya dia. dan itu baru salah satu dari sekaian perlakuan romantis dia" balas Revi.

Sedangkan Cia tersenyum tulus "Lo pantes dapet Ibra dan Ibra pantes dapet lo"

Perjuangan Ibra selama ini tidak sia-sia. Cia tau semua cerita itu dari Bram. Tapi untuk cerita satu ini dia belum tau sama sekali. Menurut Cia, Ibra adalah salah satu pria paling tulus yang pernah Cia temui. Bahkan saat Revi masih punya tuangan, Ibra tidak pernah sekalipun menganggu Revi berpacaran. Paling hanya menggoda Revi di kantor. Itupun ia lakukan hanya untuk mengakrabkan diri. Sekalipun ia cinta mati dari zaman kapan tau, tapi ia mengahargai sebuah hubungan.

***

Daritadi Bram mondar-mandir di kamar mencari sesuatu. Cia yang sedang di ranjang hanya diam melihat Bram kebingungan. Tapi lama-lama kasihan juga sudah 10 menit. Ya lagian ada Cia diranjang tapi dia tidak ada niatan untuk bertanya. Yaudah bukan salah Cia juga kalau Cia ikut diam.

"Nyari apa?" tanya Cia.

Bram menjawab dengan gelengan. Nahkan, emang udah paling bener Cia tidak bertanya tadi. Cia kembali bermain dengan ponselnya. Sudut matanya terasa sangat terganggu dengan kelakuan Bram.

"Nyari apa sih? Siapa tau aku bisa bantu!" tanya Cia lagi namn kali ini dengan nada sebal.

"Nyari flashdisk kecil. Tadi aku taruh di nakas tapi sekarang gaada" jawab Bram.

Cia beranjak dari ranjang dan mengambil tas kecil Bram. Ia merogoh saku kecil yang terletak di samping tas tersebut. "Ini kan?" tanya Cia.

Bram menghela nafas panjang "Iya, aku kira ilang yaampun"

"Makanya kalo ditanya tuh dijawab, kalo kamu tanya daritadi juga bakal ketemu cepet" balas Cia mendengus. Bram menyengir polos sambil menggaruk tengkuknya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Harusnya Cia sudah tidur karena besok acara diadakan pada pukul 6 pagi. Tapi perut Cia berkata lain.

"Bram"

"laper nih, temenin masak mie di bawah dong" ajak Cia.

Semua teman mereka sudah masuk kamar sejak tadi. Ini bagian dari plan mereka. Jam 10 sudah harus masuk kamar masing-masing agar besok bisa bangun pagi dalam keadaan segar.

"Yuk" jawab Bram. Kamar mereka terletak di paling pojok kiri. Sedangkan tangga berada di pojok kanan. Jadi untuk ke bawah mereka harus melewati kamar Revi dan Amel.

Ketika berjalan melewati kamar Revi, ia mendengar desahan. Bram dan Cia saling menatap lalu mereka tersenyum licik. Seketika pikiran jahil Bram dan Cia terlintas.

Bram dengan sengaja mengetuk pintu kamar dua sejoli tersebut.

Tok tok tok tok

Lalu mereka manutkan tangan satu sama lain dan berlari ke bawah

Sesampainya di bawah, mereka tertawa terbahak.

"Ih parah banget kita" ujar Cia masih dengan senyuman lebarnya. Tangan mereka masih saling mengapit satu sama lain. Cia yang baru tersadar segera melepaskan genggaman tersebut. Namun tangan Bram tidak mengizinkan itu. Genggaman itu semakin erat. Badan Cia ditarik mendekat dengan tubuh Bram. Cia hanya diam. Tangan Bram yang satunya mulai menyentuh pinggang Cia lalu wajah Bram mulai mendekat kearah wajah Cia. Secara tidak sadar Cia memejamkan mata. Entah apa yang sekarang ada dipikiran Cia. Benar saja, mulut Bram sekarang menyentuh mulut Cia. Cukup lama bersentuhan, hingga bibir Bram memberanikan diri untuk melumat bibir Cia.

Cia masih tidak tau cara berciuman. Ia hanya mengikuti bibir Bram yang bergerak di atas bibirnya. Lalu ia mulai mengalungkan tangannya pada leher Bram. sedangkan Bram mengeratkan tangannya yang berada di pinggang Cia. Dibawanya tubuh Cia keatas meja.

"EHEM" deheman keras itu membuat Bram dan Cia tersadar. Wajah Cia seketika menjadi merah. Ia segera turun dari meja. Lalu menyembunyikan wajahnya di belakang Bram.

"Terusin aja guys, sorry ganggu" ucap Ale "Gue bakal tutup mata" Ia berjalan ke dapur mengambil air lalu kembali ke atas dengan senyuman menggoda. Ale kurangajar. Batin Cia.

Bram tidak menujukkan ekspresi bersalah sama sekali. Wajahnya masih datar seakan tadi tidak terjadi apa-apa. "Jadi makan?" tanya Bram membalikan tubuhnya menatap Cia yang menunduk karena malu. Wajahnya pasti sangat merah.

Cia mengangguk. Kemudian Ia berjalan ke dapur membuka kulkas. Ia berdiri di sana cukup lama. "Gajadi deh Bram, udah ga mood" ucapnya.

"Yaudah" balas Bram sambil mengulurkan tangan. Cia menerima uluran tangan tersebut dan berjalan ke atas bersama.

***

Seperti biasa Cia bangun terlebih dahulu. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Cia mulai bersiap diri dengan memakai celana lari berwarna hitam, dan menggunakan crop tanktop berwarna jingga. Cia juga menyiapakan kebutuhan kebutuhan lari. Seperti botol minum, sepatu lari, dan waistbag kecil untuk menaruh ponsel. Ia juga menyiapkan baju dan perlatan yang sama untuk Bram. setelah semua selesai, Cia turun ke bawah untuk memasak sarapan. Kemarin sebelum masuk villa, mereka berbelanja beberapa kebutuhan makanan untuk di villa. Kebanyakan snack sih.

Cia membuat sandwich untuk sarapan pagi ini. Dari mereka berenam, hanya Cia yang sudah bangun. Jadi, Cia sekalian membuatkan 6 sandwich biar nanti langsung berangkat ke lokasi lari. Sarapan sudah siap, waktunya membangunkan semua makhluk yang ada di villa ini.

Pertama, Cia membangunkan Bram. Sekarang Cia tau cara yang ampuh untuk membangunkan Bram. Cia hanya perlu mengelus perut Bram. Pria itu geli apabila perutnya disentuh.

"Bramm bangunnn" ujar Cia. Tangan Cia ditepis "Geli Ai" ucap Bram masih memejamkan mata.

Cia tidak menyerah ia pegang lagi perut Bram, ia mulai menggambar tidak jelas diatas perut itu dengan tangan kosongnya "Ayo bangun nanti telat"

Ditariknya tangan Cia melingkari perut Bram sehingga tubuh wanita kecil itu ikut terjatuh ke pelukan Bram "Bentar 5 menit lagi" jawabnya dengan suara khas habis tidurnya. Cia yang terkejut langsung melepaskan pelukan Bram lalu beranjak dari ranjang "Yaudah aku bangunin yang lain dulu"

"Hm"

Tok tok tok

Ketukan yang cukup keras untuk membangunkan Amel dan Ale. "Bangun woi" ucap Cia dengan lantang.

Tak kunjung mendapat jawaban Cia mengetuk pintu tersebut lebih keras lagi "Halooo bangun bangun" kamudian Cia berjalan ke kamar Ibra. Ia mengetuk dan mengucapkan hal yang sama.

Revi membuka pintu tapi hanya menampakkan kepalanya. "Udah Ci" jawab Revi tersenyum geli. Cia menjawab dengan acungan jempolnya.

"Melll bangun Mellll" teriak Cia lagi di depan pintu kamar Amel.

Sretttt

Bunyi pintu dari kamar Amel terdengar "Bacot banget pagi-pagi" ucap Amel dengan suara seraknya.

Cia hanya menunjukkan kedua giginya. Oke, tugasnya tinggal membangunkan Bram. Ia balik lagi ke kamarnya lalu menepuk keras punggung Bram "Bangun Bram keburu telat nanti"

"Aw" keluh Bram.

Bram mulai membuka matanya lalu beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi dengan langkah malasnya. "Baju udah aku siapin di meja sebelah tv ya" ucap Cia lalu melengang ke bawah.

Setelah mereka sudah di bawah semua. Cia memberikan sarapan kepada mereka satu per satu. "Udah yuk berangkat" ajak Cia

Jarak start Bali Marathon dengan villa mereka hanya 1 km. Jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja. Revi dan Amel pun ikut ke acara tersebut. Mereka menunggu di pinggir jalan. Ternyata banyak juga para ibu-ibu yang menunggu para suaminya di sana.

"Kalo capek bilang ya Ai" ucap Bram. Cia mengangguk sebagai jawaban. Sekarang mereka sudah berada di barisan bersama dengan para pelari lainnya.

TUTT

Bunyi bel menandakan Bali Marathon sudah dimulai. Ale, Ibra, Bram, dan Cia berada dalam satu barisan. Mereka berempat mengikuti lari 20 km.

Baru 5 km Cia sudah mulai lelah. Ia minta untuk berhenti. "Guys berhenti bentar dong, gue pengen minum" Ibra dan Ale menuruti saja ajakan Cia. Ia menepi di pinggir jalan. Cia meneguk air yang sudah ia sediakan dibotolnya. "Mau ga Bra?" tawar Cia pada Ibra. "kagak ntar sakit perut gue kalo minum sekarang"

"Bentar deh, aneh banget dah nama lo. Di panggil Ib aneh dipanggil Bra ambigu." Ucap Cia lagi. Bram tertawa kecil. "Ntar orang panggil lu Bra dikira mesum" sahut Ale.

"Nah iya tuh gue pernah ada cerita, dulu waktu gue SMA kalo mau ganti baju olahraga kan pada dikelas yak. Terus yang cewek di ruang ganti. Nah si cewek cewek ini maunya gantian. Yaudah temen temen cowok jabanin tuh permintaan ciwi ciwi ini. Setelah semua udah ganti kita para cowok masuk kelas lagi dong. Udah tuh kita masuk buat naruh seragam terus kita keluar kan. Baru aja gue mau keluar ada cewek teriak "Bra lo tuh" gue nengok dong. Gue kiraiin gue dipanggil. Waktu gue nengok gue liat tuh payudara temen cewek gue terpampang depan muka gue. Kaget banget asli." Cia, Ale dan Bram tertawa terbahak.

"Ketauan kagak?" tanya Cia. "Kagak deh kayanya, karena gue langsung lari karena mungkin salting kali ya guenya. Mana tuh payudara gede lagi" lanjut Ibra.

"Pacarin dong Bra kalo gede" ucap Ale tersenyum mesum. "Iya besoknya gue deketin, sebulan kemudian gue pacaran ama nih cewe" jawab Ibra.

"Jackpot banget idup lo" sahut Bram dengan nada datarnya.

"Iya dong Bro, sedari kecil sudah merasakan yang besar" balas Ibra dengan nada sombong.

Waktu yang dibutuhkan mereka hingga mencapai garis finish adalah 4 jam. Harusnya mereka bisa lebih cepat apabila tidak diselingi dengan istirahat sama sekali.

"Foto dulu yuk" ajak Cia. Mereka berempat foto dengan medali. Salah satu goals Cia yang akhirnya tercapai di tahun ini adalah bisa lari marathon. Hari ini merupakan salah satu hari bahagia untuk Cia karena ternyata ia bisa mencapai goalsnya dengan orang-orang yang Cia sayangi.

"Good job kalian" Ujar Amel mengahampiri mereka lalu memberi handuk dan minum untuk Ale. Cia memutar bola matanya. "Bucin" gumam Cia pelan.

"Capek ga Ci?" tanya Revi. "Banget, tapi seru soalnya ada 3 bodyguard acu" jawab Cia tertawa lebar.

Cia beruntung karena ada tiga temannya yang menemani dia lari. Sebenarnya mereka lari sampai 4 jam karena Cia. Ia lebih sering minta istirahat daripada lari. Hampir setiap 5 km mereka berhenti. Tapi Ibra, Ale maupun Bram ikhlas saja menemani Cia berhenti. Setiap berhenti juga mereka ngobrol ngalor ngidul. Membuat hubungan mereka menjadi lebih akrab.

"Good job babe"

***