Chereads / Menuai Kebencian / Chapter 27 - Part 24: Hari tegang untuk Cia

Chapter 27 - Part 24: Hari tegang untuk Cia

Hari besar telah tiba. Cia terpilih menjadi salah satu orang yang ikut meeting itu. Deg-degan pastinya. Dilain hal Cia juga excited dengan hari ini. Dari pagi ia sibuk meyakinkan diri bahwa dia bisa menampilkan yang terbaik. Ia tahu ini bukan perlombaan tapi rasanya sebelas duableas dengan perlombaan.

Cia mematut dirinya di depan cermin. Hari ini ia mengenakan dress abu-abu yang sangat pas dengan bentuk tubuhnya ditambah dengan blazer putih yang ia sampirkan di kedua bahunya.

"Mel bagus ga?" ujar Cia memperlihatkan outfitnya di depan Amel yang sedang asik dengan ponselnya.

Amel menjawab dengan anggukan disertai kedua jempol tangannya "Perfect" setelah itu Amel kembali dengan ponselnya. Cia mengambil tas Balenciaganya di meja lalu pamit dengan Amel "Gue keluar dulu"

"Good luck ibu negara" teriak Amel.

Cia mendengar itu hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Ia berjalan ke depan villa. Sepertinya teman-temannya yang lain sudah di depan. Ia sungkan apabila ditunggu oleh orang terlalu lama. Namun Cia juga tidak suka apabila ia yang pertama sampai. Menunggu itu melelahkan.

Ia melihat Bram di ruang makan sedang bermain ponsel. Cia mengernyit. "Kok disini Bram? Ga nungguin di luar?" tanya Cia. Bram menoleh kearah suara berasal "Iya nungguin yang lain. Males aku di luar ada si stepen" balas Bram dengan nada kesal.

Sejak pertengkaran antara mereka, Bram sudah tidak pernah lagi menyapa Steven. Begitupun sebaliknya. Padahal bisa dibilang kerjaan mereka saling berkaitan dan mereka sering sekali ada project barengan. Cia sudah memaafkan Steven. Bagaimanapun juga Steven adalah atasannya yang harus ia hormati. Jadi ia harus tetap bersikap professional.

"Guys ayo berangkat" teriak Ibra dari luar Villa. Iya, Ibra juga terpilih menjadi salah satu pegawai yang ikut meeting ini. Kemampuannya dalam bekerja bisa dibilang expert. Namun otaknya korslet diluar pekerjaan.

Cia dan Bram beranjak dari duduknya dan segera masuk ke mobil. Mereka akan melaksanakan meeting di kantor pusat yang berada Canggu. Tangan Cia berkeringat daritadi. Ia bertanya-tanya dalam otaknya sendiri "Bisakah ia mengikuti meeting ini dengan baik?"

Sepertinya Bram tau gerak-gerik Cia yang gelisah sedari duduk di ruang makan Villa. Ia menarik tangan Cia dan menautkan jari-jari mereka. "Bram nanti di liat orang ih" ucap Cia berusaha menarik kembali tangannya. Namun apa daya, Bram mempunyai energi yang lebih besar daripada Cia. Justru tangan Cia digenggam lebih erat oleh Bram. Wajah Cia sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus. Suhu di mobil menjadi panas seketika. Cia memalingkan wajahnya kearah jendela.

Ibra berdehem keras. Ia berada di belakang Cia dan Bram. lebih tepatnya posisi Ibra berada di paling belakang. Sendirian. Sedangkan Cia dan Bram di tengah, Pak Steven dan Malik yang merupakan salah satu teman di divisi SDM berada di depan.

Seketika Cia melepaskan genggaman Bram dengan panik. Ia tau Ibra pasti menggodanya. Bram menoleh santai kearah Ibra "Keselek lo?" tanya Bram sinis. Dijawab cengiran oleh Ibra. Cia tertawa dalam hati. Ia tau Bram pasti kesel sama Ibra.

***

Sesampainya di kantor, mereka langsung masuk ke ruang meeting. Hal yang paling tidak ia duga di hari ini adalah bertemu dengan Bli Wayan. Demi dunia dan seisinya, Cia malu sekali bertemu lagi dengan pria ini. Kemarin ia menghabiskan waktunya di beach club hingga sesi penjelasan selesai. Alhasil Cia dan teman-temannya langsung masuk bus dan pulang ke villa.

Bli wayan menghampiri Cia lalu tersenyum "Selamat pagi Ibu Cia. Semoga hari ini tidak kabur lagi" ujar Bli Wayan dengan nada merendah. Wajah Cia memerah mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Bli Wayan.

"Pagi Bli" sapa Cia lalu ia bergegas menarik kursi yang disediakan oleh kantor ini. Meja meeting yang digunakan adalah meja bundar sehingga mengelilingi satu sama lain. Meeting di mulai 5 menit lagi, sehingga mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk briefing agar nanti bisa lancar dalam malakukan kerjasama. Karena ia akan mendapat bonus yang lumayan apabila klien ini mau bekerja sama dengan perusahaan BCA (Bumi Citra Asia).

Tidak terasa mereka sudah berada di penghujung meeting. Dann kabar baiknya adalah klien kita approve proposal kita. Artinya bonus ada di depan mata. Hari ini Cia senang bukan kepalang. Ia akan merayakan ini dengan Amel dan Ale. Cia ingin segera pulang dari sini dan berteriak sekencang-kencangnya. Ternyata rasanya sebahagia ini melihat klien kita puas dengan presentasi yang kita tayangkan. Negosisasi yang Ia dan teman-temannya tawarkan akhirnya membuahkan hasil.

"YUHUU" teriak Cia ketika masuk kamar. Cia tersentak melihat dua sejoli di depannya. Lagi dan lagi kamarnya dijadikan tempat mereka berzina. "KALIAN GILA YA?" teriak Cia lagi. Ia tidak habis pikir dengan dua orang ini. setidaknya kalau mereka mau melakukan hal seperti itu, mereka bisa menyewa hotel di sekitar sini. Tidak lucu apabila yang memergoki mereka adalah teman kantor yang lain. Bisa-bisa mereka diaduin ke atasan. Orang kalau nafsu kok ga tau tempat banget. Batin Cia kesal.

Amel menampilkan wajah bersalahnya ke Cia. Sedangkan Ale santai saja seperti tidak melakukan sesuatu hal yang salah. "Keluar lo Le" usir Cia.

"Ci jangan gitu dong, gue sama Amel juga belum ngapa-ngapain. Baru cipokan juga" bujuk Ale. Cia menyipitkan matanya "Gila lo ya? Udah tindih-tindihan gitu kalo gamau having sex mau ngapain? Mana kamar ga dikunci lagi"

"Oke gue keluar" ucap Ale mengangkat kedua tangannya ke atas tanda menyerah.

Amel menghampiri Cia yang sedang di toilet "Ci gimana tadi? Sukses kan?" tanya Amel di depan pintu toilet. Cia menjawab dengan deheman.

Awalnya Cia excited untuk memberi tau ke Amel. Bahkan ia berjanji untuk mengajak Amel dan Ale ke beach club untuk merayakan kesuksesannya ini. Namun tiba-tiba Cia tidak mood lagi. Mungkin ia akan mengajak Bram saja. Itupun kalau Bram mau.

Cia keluar dari toilet melewati Amel yang berada di depan pintu. "Gue tuh gaada masalah kalo lo mau begituan sama Ale. Tapi please jangan pake kamar gue dan jangan lupa dikunci. Mata gue ternodai dua kali nih"

Amel mengahmpiri Cia di kasur "Lo ga kesel karena lo belum disentuh sama Bram kan Ci?" tanya Amel pelan. Cia menoleh kearah Amel dengan cepat "Kagak lah" jawab Cia lalu mengambil ponselnya di tas yang ia bawa tadi pagi.

"Tapi serius deh lo harus membuka diri lo Cia. Jangan terlalu kaku. Gue tau Bram pasti udah nahan dari kapan tau, apalagi lo sering nginep di apart Bram" ucap Amel serius menghadap Cia.

Cia menggeleng mantap "Gue mau kalo itu sekedar kissing but for having sex jawaban gue adalah No karena gue gamau menyerahkan sesuatu yang berharga ke orang yang belum tentu jadi suami gue" Amel mendekatkan wajahnya ke wajah Cia "Berarti kalian udah pernah kissing?" Cia menjawab anggukan kecil. Sial, Cia keceplosan.

"Yaudah lega gue" ujar Amel. Cia mengernyit "Kenapa lega ege?"

"Ya berarti lo normal" jawab Amel. Cia melotot mendengar jawaban Amel. Ia mengambil bantal disebelahnya lalu menimpuknya ke kepala Amel "Sialan yaiyalah gue normal"

***