Minggu pagi Cia habiskan waktu dengan berolahraga. Kalau biasanya ia lari pagi disekitaran komplek, namun hari ini ia melakukan yoga.
Tadi malam Cia hanya tidur 2 jam. Pelaku yang mengajaknya yoga adalah tante Je. Baru saja ia tidur jam 4 subuh, tiba-tiba jam 6 pagi pintu kamar Cia sudah digedor-gedor oleh tantenya. Cia sudah menolaknya namun tante Je berkata "Healing Ci"
Lagian siapa juga yang butuh healing. Baginya drama sudah cukup untuk menenangkan pikirannya. Ia lebih butuh tidur daripada healing.
Ketika Cia diinstruksikan untuk seated yoga pose atau gaya bersila dengan membusungkan dada sambil memejamkan mata, ia kebablasan tidur. Sampai-sampai ia dibangunkan oleh tantenya karena ketika harus berganti pose Cia tidak ada tanda pergerakan sama sekali.
Setelah selesai melakukan yoga, mereka berjalan menuju rumahnya. Rasanya badan Cia sudah tidak kuat mengahadapi semangat tantenya dalam menyehatkan tubuh. Jarak dari tempat yoga ke rumah itu 2 km. Kalau saja ada pangeran yang mau mendatanginya membawakan kereta kencana pasti Cia akan lebih semangat melakukan yoga tadi. Ingin sekali ia memaki tantenya ini.
"Je aku nyerah" ucap Cia mengangkat kedua tangannya "Duduk dulu kek Je, apa mampir beli sarapan gitu. Yaampun punya tante jahat amat dah"
Seketika tante Je langsung menjitak kepala Cia "Heh pemalas, kalo mau sehat emang harus ada susah. Katanya mau awet muda kaya tante, belom apa-apa udah nyerah. Cupu lo"
Cia melanjutkan jalannya sambil menggurutu sendiri. Sedangkan tenta Je hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah ponakannya.
***
Sesampainya di rumah, Cia langsung mencari sofa dan merebahkan tubuhnya di sana. Ia ngantuk sekali, cukup sudah penyiksaan hari ini.
Tok tok tok
Cia mendesah kasar mengacak rambutnya "Siapa lagi sih? Biarin gue tidur 1 jam aja kenapa sih"
Dibukanya pintu dari suara ketukan itu berasal, dan menampilkan sosok yang kemarin menganggu pikirannya. Ya, Dewa Bramastya lagi.
"Hai" sapa Bram dengan senyuman lebar seakan hari kemarin tidak ada
"Ada apa?" tanya Cia
"Mau nganterin bunga buat tante Je" sahut Bram sambil menatap bunga yang ada ditangannya
"Bentar gue panggilin" Kemudian Cia berjalan menghampiri tantenya "Je, ada yang nyari tuh"
Setelah mengatakan kalimat tersebut kepada tantenya, Cia langsung melenggang pergi. Baru 2 langkah berjalan, tangan Cia dicekal oleh tantenya. "Temenin tante" dibawanya tangan Cia ke ruang tamu.
"Hai Bram, udah nemu bunganya?" tanya Tante Je.
"Bunga matahari as your request" balas Bram sambil mengulurkan pot bunga kepada tante Je. Cia yang enggan sekali menatap Bram daritadi mengalihkan pandangannya ke halaman depan.
"Thankyou Bram" diambilnya tanaman bunga matahari tesebut.
"Sama-sama Tan"
"Tante lanjut masak ya, kalian ngobrol dulu aja berdua. Bentar lagi masakan tante mateng kok" ucap tante Je mempersilahkan Bram duduk.
"Ogah" balas Cia yang kemudian melenggang kembali ke kamar.
Tante Je melontarkan senyuman kepada Bram kemudian berjalan menyusul Cia. "Cia kalo kamu selalu lari dari masalah kaya gitu masalah kamu gaakan selesai. Ga pernah salah untuk menyelesaikan masalah walaupun harus menerima kenyataan kalo dia salah" ucap tante Je yang sekarang berada tepat di belakang Cia sedang menahan lengannya.
Cia terdiam berusaha untuk tetap pada pendiriannya. Namun, apa yang dikatakan oleh tantenya ada benarnya. Tante Je menarik Cia untuk masuk kedalam dekapannya. "It's okay Cia, temui Bram dan selesaikan masalah kalian" ucapnya sambil menepuk pundak Cia.
Setelah itu Cia berjalan kembali ke ruang tamu dan mendapati Bram yang sedang mengusap wajahnya. Sepertinya Bram sadar akan kedatangannya karena ia langsung berdiri mempersilahkan Cia untuk duduk.
"Ada yang mau gue omongin tentang kemaren" ucap Cia tanpa basa-basi. Bram mengangguk.
"Kemaren gue liat lo jalan bareng cewek lain. Gue sih fine-fine aja kalo lo mau jalan sama cewek kek cowok kek tapi yang bikin gue kesel tuh lo ga ada rasa bersalah gitu habis jalan sama cewek terus ke rumah gue masih dengan senyuman bangsat lo itu. Kok gue tuh ngerasa kalo lo mempermainkan gue ya Bram?" Cia menarik napas sebentar "Jadi berapa cewek yang lo permainkan?"
"Kamu cemburu?" tanya Bram dengan senyuman menggoda
"Hah? Ya kagak lah" sanggah Cia "Gue kan bilang gue ga peduli lo jalan sama siapa aja juga, yang bikin gue kesel tuh kenapa lo abis dari cewek ono terus ke gue?"
Bram masih dengan senyuman menggodanya "Aku seneng kok Ai kalo kamu cemburu"
"Apaan sih? Udah lah emang bukan keputusan yang tepat menyelesaikan masalah sama lo" ucap Cia yang beranjak dari tempat duduknya.
"Ada yang mau aku omongin juga, tapi kamu mending mandi dulu deh. Bau asem daritadi" ucap Bram yang sedang menutup hidungnya
Cia mengendus ke kaos yang dipakainya. Perasaan wangi-wangi aja baunya. Cia kalau berkeringat tidak pernah menyengat hingga tercium ke orang lain. Cia kan jadi malu, udah marah-marah minta penjelasan malah disuruh mandi. Dasar tikus arab. Umpat Cia dalam hati.
Cia sudah meninggalkan Bram dan menuju kamar mandi. Moodnya sudah jatuh, kantuknya sudah sepenuhnya hilang tergantikan oleh rasa malu dan kesal.
Tok tok tok
"Pake baju pergi yang bagus ya Ai" ucap pria yang sedang di depan pintu kamarnya
"Bodo amat" umpat Cia
Karena Cia penasaran dengan hal yang ingin Bram bicarakan jadi ia menuruti Bram untuk memakai baju pergi. Ia hanya memakai dress di atas lutut bermotif kotak-kota disertai crop cardigan.
Setelah memoles wajahnya dan mencatok rambut. Ia memutuskan untuk keluar kamar. Kalo dipikir-pikir ini kali pertama mereka "nge-date'. Hah emang ngedate? Geer amat lo ci ci. Batinnya dalam hati.
Sesampainya di bawah, ia disambut oleh Bram yang sedang menatap lekat Cia.
"Mau kemana sih?" tanya Cia dengan nada nyolot. Bram masih saja menatap Cia diam. Tak kunjung mendapat jawaban Cia mengeraskan suaranya dan mengulang pertanyaan yang sama.
"Rahasia" ucap Bram menyengir
"Tante Je aku sama Cia pergi dulu ya?"
"Okay Bram Take care you both"
"Loh? TJ tau kita mau kemana?" tanya Cia. Bram mengangguk
Wah ternyata dia udah kong kalikong sama TJ. Batin Cia
***
"Ngapain ke dufan?" tanya Cia
Sekarang mereka berdua sudah sampai di taman bermain yang didatangi oleh hampir semua couple di Jakarta. Bram sengaja mengajak Cia kesini karena bermain di dufan bersama orang yang ia sayangi adalah suatu goals baginya.
"Katanya mau aku jelasin kenapa kemaren aku pergi sama cewek" ucap Bram dengan menekan kata cewek. Kemudian Bram menggandeng tangan Cia menuju ke dalam.
Setelah berhasil masuk, Bram menggiring Cia ke restoran. Cia baru ingat kalo ia belum sarapan padahal ini sudah menunjukkan pukul 10.
Alih-alih mereka makan, justru Bram membawanya ke sepasang pasangan yang sekarang sedang duduk di bangku restoran tersebut. Bram melambaikan tangan kepada mereka begitupun sebaliknya. Bentar deh, Cia seperti kenal dengan wajah wanita itu. Gotcha, itu wanita yang kemarin bersama Bram. Tapu kenapa cewek itu mengapitkan tangannya di lengan cowok sebelahnya?
"Halo Prisia, akhirnya kita ketemu" ucap wanita tersebut
"Siapa itu?" bisik Cia ke Bram. Belum sempat Bram menjawab, wanita ini berbeo kembali.
"Aku Gracia kakaknya Bram dan ini Arto suamiku" ucap wanita tersebut sambil mengulurkan tangannya. Cia sedikit terkejut, ternyata orang yang kemarin ia kira salah satu 'wanitanya' Bram itu adalah kakak Bram sendiri. Sial, Cia jadi malu dengan Bram.
"Hai kak Gracia, aku prisia panggil aja Cia" balas Cia menerima uluran tangan kak Gracia.
Kak Gracia tertawa "Panggil aku grace aja biar gampang" Cia mengangguk
"Hai kak Arto aku Cia"
Kak Arto mengangguk dan tersenyum lebar "Duduk Ci Bram"
"Tau ga Ci, Bram tuh setiap ketemu aku sekarang ngomongin kamu terus" ucap kak Grace sambil menatap Bram. Sedangkan Bram melotot kepada kak Grace.
"Oh ya? Dia ngomongin apa aja kak? Pasti yang jelek-jelek ya?" tanya Cia penasaran
"Katanya kamu tu gemesin, cantik, ter—" belum selesai kak Grace mengucapkan kalimatnya sudah Bram bekap mulutnya. Kak Grace berusaha untuk melepaskan bekapan itu namun tangan Bram lebih kuat.
"Boong itu Ai" jawab Bram yang sekarang mukanya sudah merah semua. Dilepasnya bekapan itu "Adek kurangajar"
"Kamu kenapa ga nolongin aku sih yang?" ucap kak Grace kepada kak Arto kesal.
Cia tertawa melihat tingkah mereka berdua. Ia jadi kangen keluarganya yang berada di Jogja.
"Udah-udah mending kita langsung naik ridenya aja" lerai kak Arto
"Bram" panggil Cia yang menarik-narik ujung baju Bram.
"Hm?" jawab Bram
"Aku belum sarapan" bisik Cia
"OH IYA AI yaampun aku lupa, yaudah kamu mau makan apa? Aku pesenin"
"Apa aja deh yang ada di menu itu, ayam goreng itu enak Bram"
"Yee gimana sih Bram, masak pacarnya belom makan dibiarin" ejek kak Grace
***
Sudah 4 ride yang mereka naiki. Cia bukan orang yang suka dengan wahana-wahana ekstrim seperti itu. Tapi dia tidak mau melewatkan kesempatan ini. Jadilah ia memberanikan diri untuk naik semua wahana yang ada di dufan ini. Cia dan yang lain sudah berhasil menaiki halilintar, kora-kora, tornado, dan rollercoaster. Kali ini mereka ingin mencoba wahana yang tidak mengundang jeritan, yaitu rumah boneka.
"Ci tau ga? Gue seneng banget Bram akhirnya nemuin lo" ucap Kak Grace disebelahnya. Cia hanya tersenyum.
"Jangan pergi lagi ya Ci" ucap kak Grace lagi.
Cia saja tidak yakin dengan dirinya sendiri apakah ia bisa bertahan di sebelah Bram selamanya?