Setelah mobil itu sudah berjalan menjauh, Feng Sujin masih berdiri di sana dan sedikit linglung.
Dia melihat telapak tangannya yang bertuliskan 'Jun Mohan', tulisannya tampak sangat indah, bagaikan naga terbang dan phoenix yang sedang menari, namun juga memiliki aura yang terkendali.
Katanya manusia bisa dinilai dari tulisan tangannya.
Sentuhan Jun Mohan di tangannya tadi masih dapat dia rasakan, sensasi itu sepertinya mencapai ujung jantungnya dan seketika membuat jantungnya berdetak kencang tak terkendali.
Saat memikirkan kata-kata terakhir yang dikatakan oleh sopir tadi, dia menundukkan kepalanya sambil berpikir.
Apa pun itu, dia merasa sangat bersyukur di dalam hatinya.
Feng Sujin menghela napas sejenak, lalu membawa adiknya kembali ke rumah yang mereka tempati dulu.
Halaman kecil ini dari dulu tidak pernah berubah, dia selalu meluangkan waktu untuk kembali dan merapikannya. Saat masuk, hari-hari bahagia yang pernah terjadi di masa lalu pun melintas di benaknya dan menghilangkan kesedihan di hatinya.
Di malam yang dingin, kedua kakak beradik itu dibalut dalam satu selimut yang hangat di atas ranjang.
Setiap kali dia berada dalam suasana hati yang buruk dan tidak punya tempat tujuan, dia akan datang ke sini untuk tinggal satu malam.
Keesokan paginya, Feng Sujin menerima telepon dari rumah sakit.
Dia langsung panik dan kemudian dengan cepat mengangkat teleponnya, "Halo."
"Apakah ini Nona Feng?"
Feng Sujin dengan panik bertanya, "Benar. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ayah saya?"
"Tidak, tapi ini sudah mendekati tanggal untuk membayar biaya pengobatan. Jika tidak bisa membayar, kami juga tidak bisa menjalankan prosedur…"
Feng Sujin meremas ponselnya erat-erat, "Bukankah selama ini keluarga Feng yang terus mengurus dan menanggung biaya pengobatannya?"
"Kami telah menghubungi nyonya besar dari Keluarga Feng. Dia berkata bahwa Anda tidak memenuhi harapannya, jadi Anda akan bertanggung jawab atas semua biaya Tuan Feng di masa depan."
Feng Sujin menggertakkan giginya dan berkata sambil berusaha mengendalikan emosinya, "Aku mengerti, maaf telah merepotkan, aku akan membayarnya secepat mungkin."
Dia tahu bahwa ayahnya tidak bisa siuman sama sekali saat ini dan benar-benar menggantungkan hidupnya di rumah sakit. Ketika melihat biaya perawatan dan pengobatan yang sangat tinggi, dia tidak akan mampu menanggungnya sendiri.
Namun dia tidak boleh menyerah terhadap ayahnya, dia selalu berpikir bahwa ayahnya suatu saat nanti pasti akan siuman dan melihat mereka berdua.
Setelah menutup telepon, wajah Feng Sujin pun memucat, tangannya yang sedang memegang ponsel pun gemetar.
Dia segera bangun dari tempat tidur dan berkemas, kemudian membawa adiknya kembali ke rumah Keluarga Feng.
Tidak ada gunanya berdebat dengan nyonya besar itu, dia hanya memiliki pilihan untuk mencari cara menghubungi Lan Beichen.
Tetapi setiap ketika dia menelepon Lan Beichen, pria itu selalu menolak panggilan teleponnya dan kemudian mematikan ponselnya.
Feng Sujin meratapi kesusahan dan kesedihannya, tetapi demi menyelamatkan ayahnya, dia harus menurunkan harga dirinya dan terus mencari Lan Beichen.
Bagaimana pun caranya, dia harus mencoba melakukan semuanya, berharap hubungannya dengan Lan Beichen yang berlangsung selama dua tahun itu dapat membantunya.
Meskipun Lan Beichen hanya bersedia menikah di atas kertas dengannya, meskipun setelah menikah nanti Lan Beichen akan bersama dengan orang lain, semuanya tidak masalah selama itu tetap sebuah pernikahan.
Feng Sujin sekarang bahkan tidak bisa memasuki pintu gerbang rumah Keluarga Lan, penjaga gerbang hanya memberikan tatapan acuh tak acuh dan menutup gerbangnya.
Dia hanya bisa pergi ke rumah sakit dan menunggu di pintu masuk, dia tidak akan pergi ke kamar Liu Shiya untuk mencari Lan Beichen.
Dia tahu bahwa Liu Shiya sangat penting bagi Lan Beichen, jadi dia takut membuatnya semakin marah dan semakin kehilangan peluang. Dia pun hanya menunggu di luar, tetapi angin malam sangat dingin.
Seperti hatinya… sangat dingin dan kesepian.
Lan Beichen baru saja keluar dari gedung rumah sakit dan melihat Feng Sujin di depan mobil. Dia mengerutkan alis tampannya dan berkata dengan tidak sabar, "Kenapa kamu di sini lagi?"
"Lan Beichen, bisakah kita bicara baik-baik?"
Lan Beichen tidak berbicara, dia hanya berjalan ke sisi mobil dan membuka pintu hendak masuk ke dalam mobil.
Feng Sujin dengan cepat meraih pintu mobil dan menahannya erat-erat. Sudut bibirnya menekuk dengan getir, "Lan Beichen, apa pun yang terjadi kita telah memiliki hubungan asmara selama dua tahun. Aku benar-benar membutuhkan bantuan sekarang. Bisakah kita duduk sebentar dan bicara baik-baik?"