Dua stiker dada kecil itu sama seperti tidak ada, tidak memberikan dampak yang berarti.
Merasakan semua itu, An Ge'er pun memejamkan matanya dengan tidak berdaya. Dia tahu kalau semakin dia melawan, maka itu akan semakin membangkitkan hasrat Rong Bei untuk menaklukkannya.
Menahan penghinaan itu, muncul kebencian dan rasa tidak nyaman di perut An Ge'er. Ketika membuka matanya lagi, dia menoleh dan menatap pria itu dengan mata memerah.
Tiba-tiba, dengan suaranya yang sangat serak An Ge'er berkata, "Rong Bei, apa kamu harus menghinaku di depan begitu banyak orang?"
Melihat mata An Ge'er yang memerah itu, tanpa sadar tangan Rong Bei berhenti. Dia paling tidak suka melihat wanita menangis. Melihat wanita yang berderai air mata seperti itu membuatnya jijik.
Namun entah mengapa, melihat An Ge'er yang menatapnya seperti itu. Melihat sepasang mata bunga persik yang berair dan memerah itu… Rong Bei tiba-tiba merasakan sakit yang aneh di lubuk hatinya.