Sarapan bersama dengan keadaan tenang mungkin tidak masalah.
Tapi suara haram mengurungkan acara 'ayo sarapan dengan tenang'
Haram beranjak dari kursinya lalu duduk dipangkuan minhyun.
"samcheon, lihat ini" haram menunjukan kertas yang telah dia gambar
"apa si cantik ini yang buat?" ujar minhyun yang diangguki oleh haram. "anak pintar"setelahnya mengusak rambun panjang keponakannya.
"Gambaran jelek juga, apaan tuh gambarnya ga jelas banget, Dasar bocah" ucap jihoon yang menggoda haram tentang gambaran yang ia buat.
"aku gak nanya sama jihoon samcheon" balas haram sambil menjulurkan lidah nya.
Sejeong dan minhyun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka karna melihat pertengkaran jihoon dan haram,padahal itu 'hanya masalah sepele' pikir minhyun dan sejeong
"halam membuat-nya untuk ayah di sulga samcheon, kata bu gulu walau ayah ga ada disamping halam, tapi ayah selalu lihat halam dan bunda, halam ingin ayah senang "
Hening...
ucapaan haram tadi seakan menohok perasaan minhyun, jihoon apalagi sejeong.
"apa haram rindu ayah? " tanya minhyun yang masih memangku keponakannya itu.
"Ne!! Halam sangat ingin beltemu ayah"
"Neee, kalau gitu haram jangan pernah nakal karena ayah haram ga suka punya anak nakal"
"halam ga nakal ko, tapi kenapa ayah ga pelnah ketemu halam"
SKATMAT!!!
Baik jihoon, minhyun dan sejeong tak ada satu pun dari mereka yang membalas nya.
"emmm, haram jihoon samcheon punya mainan baru dikamar, haram mau liat ga? " jihoon mencoba mencairkan suasana kini.
Dan berhasil, haram mengangguk turun dari pangkuan minhyun kemudia berjalan ke dalam kamar jihoon, yang disusul jihoon dibelakangnya.
"Hikssss... Hiksss.... Hikss..."
Minhyun berjalan menuju kursi yang ada disamping sejeong.
Jelas terlihat
Isakan yang lolos dari bibir merah sejeong, menandakan bahwa adiknya dalam keadaan yang tidak baik.
Dipeluknya sejeong dengan erat dan membisikan kata-kata penenang, berharap adiknya berhenti menangis.
"oppa sakit!! " tangannya meremas dadanya sendiri sesekali memukul nya.
"gwenchana, pasti ada saatnya haram bertemu dia"
"aku bukan bunda yang baik, aku jahat, aku benci sama diri aku sendiri, Oppa"
Tangis sejeong semakin keras dan terdengar sangat memilukan, minhyun yang tak tega melihatnya semakin mengeratkan pelukannya.
"Ga je, kamu bunda yang paling terbaik" mengelus punggung sejeong "udah je,nanti haram liat kamu, kamu ga mau kan haram ikut sedih?? "
Sejeong menghapus air matanya.
"Oppa janji akan selalu buat kalian bahagia. Jihoon, sejeong, haram adalah harta yang paling berhaga buat oppa." dikecup dahi sejeong
🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛
"Hari ini aku bikinin makan siang yaa, niel? "
Daniel tak menjawab dia hanya fokus dengan makanan yang ada didepannya.
"ohh iya, sepulangnya aku ngasihin makanan buat kamu, aku sama jaesung mau pergi ketemu temenku, boleh yaa, niel??"
"Hmmm" Daniel hanya berdehem untuk ucapan chaeyeon yang panjang. Chaeyeon hanya bisa memahami daniel, didalam sana hati nya jauh sangat teriris oleh sikap daniel seperti ini.
"aku selesai" ucap daniel yang langsung melenggang pergi keluar rumah.
Selepas daniel pergi, chaeyeon tak mampu lagi menahan badannya, lututnya seakan seperti jelly, dia dudukkan tubuhnya dikursi meja makan.
Menundukkan kepala tanpa sadar satu air mata lolos membasahi pipi tirusnya. Sakit, chaeyeon benar-benar sakit, dia selalu tegar dihadapan daniel, dan menangis dibelakangnya tanpa daniel ketahui.
Bolehkah?? Bolehkah ia egois memiliki daniel seutuhnya hanya untuk dia, berharap hati daniel terbuka untuk nya. Tapi seakan semua itu tak akan pernah terjadi.
🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛
Pria berjas hitam itu terlihat sibuk dengan handphone yang ada ditangannya, jari nya lancar mengetik setiap huruf, dia mengirim pesan kepada chaeyeon.
'yeon, kamu tak usah membawa makanan, aku ada meeting diluar'
Singkat, padat dan sangat jelas jika ia menolak chaeyeon kembali. Ia sadar, ia seharusnya terbuka dan mulai mencintai chaeyeon, sekeras apapun dia belajar mencintai chaeyeon, tapi satu sisi hati nya terasa telah dimiliki orang lain dan mutlak untuk wanita itu, seakan cinta yang dia miliki untuk wanita itu abadi.
Lama bergelung dengan pemikirannya, daniel berdiri dari kursi kebesarannya, pergi menuju parkiran, dia bersiap untuk pergi meeting di luar.
🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛
Setelah menjemput Haram dari sekolahnya, sejeong membawa haram pergi ke cafe terdekat dengan sekolah haram.
"Haram, bunda ingin beli redvelvet yang ada di cafe itu, apa haram mau temani bunda? "
"ayoo bun, halam ingin cheesee cake yang banyak ya bun"
"iya sayang"
Setelah sampai di cafe sejeong menyuruh haram duduk di salah satu kursi cafe tersebut, tak lama haram bangkit dan menyusul bunda nya yang berada di kasir.
"bun, halam ingin ke toilet sebentarya bun"
"ohh oke sayang, bunda tunggu dimeja yaa" haram mengangguk, lalu berjalan meninggalkan sejeong.
Setelah haram keluar dari pintu toilet, dia langsung melenggang pergi kembali ke meja yang di duduki-nya tadi. Tapi, ketika di jalan haram terjatuh karna tertabrak oleh pria yang seperti 'ajushi bahu besar' menurut haram.
"kamu ga papa?"tanya si pria besar itu
"engga ajushi, hanya saja kaki halam sedikit sakit" haram mengeluh akan kaki nya yang sedikit tersa sakit.
"maafkan ajushi yaa, ajushi antar yaaa hmmmm... "
"kim halam,panggil aja halam ajushi" haram yang mengerti, dengan yang diucapkan pria itu, langsung memberi tahu namanya.
"oke haram, ajushi antar yaa" yang disetujui haram dengan anggukannya, entah kenapa baik haram maupun daniel ketika mereka saling mengobrol ada rasa yang aneh di diri mereka masing-masing yang jelas mereka merasakan kenyamanan.
🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛🔛
"ajushi disana, ada bunda disana" haram menunjukan meja yang di duduki seorang wanita yang membelakangi nya.
"ayoo, ajushi akan meminta maaf pada bundamu, karna sudah membuat haram seperti ini"
"ya sudah ajushi ayooo... Bunda ga gigit kok" hanya dengan kata itu daniel tertawa dan mungkin sekarang perutnya sakit karna ucapan haram yang selalu membuatnya tertawa terbahak-bahak, padahal menurut haram itu biasa saja, yaa kalian tau lah, selera humor daniel sangat receh.
Suara tawa yang sangat kencang mengusik masuk kedalam telinga sejeong, ia pun membalikan badannya berniat melihat kegaduhan tersebut.
Seperkian detik selanjutnya mata sejeong membulat, netra nya melihat haram dan seorang pria yang sangat ia kenal.
Dengan tergesah-gesah sejeong pun langsung menghampiri haram dan menarik tangan haram yang digenggam oleh pria tersebut.
"haram... " ucap sejeong yang meninggikan suara nya.
"Bunda... " haram pergi kesisi sejeong,melepaskan genggamannya dengan pria tersebut.
"sejeong??!! Kau... "
TBC