Dean menghentikan mobilnya tepat di parkiran hotel di mana pesta pernikahan Soraya dan Johnny digelar. Dia segera turun dari mobil itu dan membukakan pintu untuk Bryana.
Bryana segera keluar dan berdiri di samping Dean, kemudian meraih tangannya, melingkarkan lengan kirinya ke lengan kanan bodyguard nya itu sedangkan tangan kanannya menenteng tas branded mewahnya yang berwarna merah sepadan dengan gaunnya.
Dean tampak kikuk saat Bryana merangkul lengannya, hingga dia ragu untuk melangkah.
"Kamu pasangan ku, Dean. Memang seperti ini jika datang ke pesta dengan pasangan," jelas Bryana saat menyadari kebingungan Dean. 'Dan asal kamu tau, aku gemetaran karena memberanikan diri untuk merangkul lenganmu, karena kamu sangat minder,' batinnya agak kesal.
"Oh, begitu rupanya. Aku baru tau karena aku sangat jarang ke pesta bersama pasangan," ucap Dean agak gugup. Jantungnya berdegup semakin kencang dan sesekali dia menarik napasnya dalam-dalam, menghirup aroma wangi parfum Bryana yang mungkin kini menempel pada tuxedo nya.
Bryana dan segera masuk ke dalam hotel megah yang berwarna kuning keemasan itu. Mereka berjalan menuju aula yang berada di lantai dasar yang terdapat beberapa bodyguard pada pintu masuk.
"Mohon berikan undangannya, Nyonya," seru bodyguard berpostur gagah mengenakan tuxedo hitam berdasi abu-abu.
Bryana menghembuskan napas kasar. "Aku adalah teman dekat Soraya, seharusnya tidak perlu setor undangan seperti ini," ucapnya sembari mengambil undangan yang sudah disiapkannya di dalam tas sejak tadi, kemudian menyerahkan nya kepada bodyguard itu.
"Terima kasih, Nyonya," ucap bodyguard itu.
Dean hanya diam melirik beberapa bodyguard lain sambil tersenyum hangat. Dia bersikap begitu ramah pada pria-pria yang seprofesi dengannya itu.
"Ayo masuk," seru Bryana kembali merangkul lengan Dean dan berjalan memasuki ballroom yang sudah sangat dipadati oleh para tamu undangan dari kalangan orang-orang terpandang, maupun kalangan karyawan perusahaan Johnny dan karyawan ayahnya Soraya. Adapula sahabat-sahabat Bryana yang juga merupakan sahabat Soraya.
Bryana tersenyum menatap suasana pesta yang begitu indah. Dekorasi bertemakan putih pantai dengan lampu gantung hias begitu megah dan mewah yang terletak di bagian tengah aula, kursi dan meja dengan dibalut kain berwarna putih dan terdapat pita di bagian bahu kursi, serta bunga hias di setiap meja.
Hal yang membuat Bryana semakin bahagia adalah Soraya yang sedang berdiri di berdiri bersama Johnny untuk menyalami para tamu. Sahabatnya itu mengenakan gaun putih dengan bagian pundak yang terbuka, bagian pinggang ke bawah yang mekar, rambutnya disanggul dan diberi hiasan. Suami sahabatnya itupun terlihat begitu menawan dengan mengenakan setelan tuxedo bewarna hitam dengan dasi kupu-kupu sepadan dengan tuxedo hitamnya.
"Ayo kita ke sana," seru Bryana.
Dean hanya menanggapi dengan anggukan dan langsung mengikuti langkahnya. Dia melirik suasana pesta yang megah dan terdengar suara musik romansa yang menggema memenuhi ballroom semakin menambah kesan riuhnya suasana.
"Soraya," sapa Bryana saat sudah hampir tiba di hadapan sahabatnya itu.
"Bryana, akhirnya kamu datang juga," balas Soraya kemudian memeluk Bryana untuk beberapa saat. Dia melirik Dean yang kini berada di belakang Bryana tersenyum padanya.
"Kamu benar-benar mengajaknya, dia sungguh tampan," bisik Soraya kemudian melepas pelukan nya pada Bryana.
"Karena hanya dia yang dekat denganku," balas Bryana sedikit berbisik supaya tidak didengar oleh Dean. Dia beralih menatap Johnny yang tersenyum menatapnya. "Selamat atas pernikahan kalian, aku sungguh bahagia melihat kalian bersanding dengan status yang sah sebagai suami istri," ucapnya kemudian.
"Kamu juga harus segera menyusul. Aku kasihan padamu jika kamu terlalu lama menjanda," seru Soraya sembari melirik Dean untuk beberapa saat, kemudian kembali menatap Bryana.
"Ah, itu. Aku sedang menunggu pasangan yang tepat datang untukku," balas Bryana dengan tersenyum malu-malu, sedikit mengeraskan suaranya supaya Dean dapat mendengar bahwa dia memang sedang menunggu pasangan baru.
"Pria beruntung yang bisa mendapatkan mu. Seperti aku merasa sangat beruntung karena telah mendapatkan Soraya," ucap Johnny yang terlihat begitu tulus mencintai Soraya. Dia melirik ke arah Dean yang mungkin saja dikiranya adalah kekasih Bryana.
"Ah iya, semoga saja begitu," balas Bryana kemudian melirik ke belakangnya ada beberapa orang yang mengantri untuk mengalami kedua mempelai. "Kalau begitu, aku ke sana dulu."
"Jangan pulang sebelum game di mulai," seru Soraya saat melirik Bryana yang kembali merangkul lengan kanan Dean.
"Oh iya, tentu aku akan menunggu dan mengikuti game itu," balas Bryana dengan tersenyum geli. Karena dia penasaran apa sanggup menemukan Dean di antara semua pria yang akan mengenakan topeng yang sama. Wanita itu melirik semua tamu undangan pria mengenakan setelan tuxedo hitam yang sama. Sepertinya memang sudah ketentuan tema pesta itu.
Bryana dan Dean segera berjalan menuju meja di mana sudah tersedia beberapa jenis minuman dan makanan di sana.
"Apa kamu ingin minum?" tanya Bryana sembari melepas rangkulan tangannya pada Dean.
Dean hanya menanggapi dengan mengangguk. Dia tidak bisa memungkiri bahwa bibirnya terasa kering dan ingin melumat bibir Bryana yang sexy dan merah itu. Sentuhan tangannya yang lembut seakan masih membekas meski sudah terlepas sejak tadi. Pria itu merasa semakin tergila-gila pada majikannya.
Bryana mengambilkan minuman untuknya dan juga Dean, sedangkan Dean menunggu di kursi dekat meja untuk para tamu.
"Dean, kamu juga diundang ternyata," sapa seseorang dari arah samping kanan Dean.
Dean langsung menoleh dan melihat seseorang tadi. Ternyata dia adalah Kareen yang terlihat begitu anggun mengenakan gaun malam berwarna putih, namun terlihat lebih sederhana dan tidak terlalu sexy seperti Bryana.
"Kareen," sapa Dean dengan tersenyum. "Aku datang untuk menemani Bu Bryana," ucapnya kemudian.
"Waaw, dia memintamu untuk menemanimu?" Kareen tampak heran dan senyumnya mulai memudar.
"Iya, saya memang meminta dia untuk menjadi pasangan saya," seru Bryana dari arah kiri Dean. Dia datang dengan membawa dua red wine untuknya dan juga Dean.
"Oh, begitu rupanya." Kareen tersenyum menatap Bryana, memberi kesan hormat kepadanya sebagai bos.
Bryana mendudukkan dirinya di sisi kiri Dean, kemudian melirik Kareen yang masih berdiri di sisi kanan Dean.
"Kamu juga diundang?" tanya Bryana dengan tatapan datar.
"Iya, Bu. Karena pak Johnny pernah menjadi bos saya selama beberapa bulan," jawab Kareen kemudian melirik ke arah lain. "Saya permisi untuk menemui mempelainya dulu," lanjutnya.
"Oh, silahkan," seru Bryana dengan tersenyum. Karena dia sangat tidak suka jika Dean didekati oleh Kareen yang memang sudah terlebih dahulu dekat dengan Dean ketimbang dirinya.
'Aku tidak bisa membiarkan dia mendekati Dean, dia bisa saja menjadi pesaing ku,' batinnya dengan lirikan sinis pada Kareen yang sedang berjalan menuju mempelai bersamaan dengan Monica yang baru datang.
Dean memperhatikan Bryana yang tampak selalu sinis jika Kareen mengobrol dengannya. "Apa dia cemburu? Ah, tidak mungkin. Aku tidak boleh terlalu berlebihan dengan perasaan ini. Mungkin dia bersikap baik dan seolah mesra padaku hanya karena aku adalah pasangannya di pesta ini,' batinnya.