"Aku akan menjadi pemilik cincin ini jika kamu mengijinkan," seru Bryana dengan tersenyum menatap Dean yang tampak minder karena cincin itu memang terlihat murah. Tapi itu adalah cincin yang begitu berarti karena didapat dari uang hasil jerih payahnya sendiri.
"Kamu mau mengenakan cincin murahan ini?" Dean tampak tidak percaya. Karena selama ini dia melihat Bryana selalu mengenakan perhiasan dengan harga selangit, mewah, bahkan cincin darinya jauh dari kata mewah.
"Ini tidak murahan, Sayang." Bryana mengusap air matanya yang sejak tadi tanpa disadarinya menetes begitu saja. Dia menunjukkan jari manis tangan kanannya pada Dean. "Pakaikan cincin itu untukku. Karena aku pemiliknya dan aku pikir cincin itu lebih mahal, lebih berharga, lebih spesial dari semua perhiasan yang aku punya."
Dean tersenyum simpul, kemudian meraih tangan kanan Bryana dan memakaikan cincin itu. "Terima kasih sudah menerimanya." Dean mencium punggung tangan Bryana.
