Tokk..tokk…tokkk
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Bara dari laptopnya.
"Masuk!"
Sepersekian detik pandangan Bara mengarah pada seorang gadis dibelakang Galen, sebelum kemudian kembali terfokus pada Galen yang sedang menatapnya serius.
"Ada apa?" tanya Bara to the point.
"Nggak bawa bekal sesuai ketentuan, lalu rambut yang…lo bisa liat sendiri" ungkap Galen mengabsen kesalahan Caca satu persatu sambil pandangan mengarah ke Caca. Sedang Caca yang dibicarakan hanya menyengir tanpa malu sambil tetap memandang Bara mupeng.
Pandangan Bara kembali teralihkan ke Caca lalu mulai memindai penampilan gadis tersebut, dan jawabannya sama yaitu "Aneh".
"Kalau gitu gue keluar dulu, mau masuk kekelas yang lain" pamit Galen yang dijawab Bara dengan anggukan.
Setelah Galen keluar, tinggalah Bara dan Caca dengan keadaan pintu ruangan tertutup.
"Baru juga MOS udah berani buat ulah, mau kamu apa?" tanya Bara pelan namun tegas.
"Caca nggak buat ulah kok. Caca kemarin kan ada di padus, jadi nggak tau kalo makanannya ditaruh di strerofom. Trus ini rambut Caca bunda yang buat gini biar nggak keliatan kalo rambut Caca lagi gimbal" jawab Caca apa adanya dengan muka memelas.
"Alasan. Sekarang kamu saya hukum buat ambilin sampah yang ada dilingkungan sekolah. Nggak peduli itu daun kering sekalipun. Sekarang!" ucap Bara tanpa mau diprotes.
"Tapi Kak Bara, lingkungan sekolah itu luas. Kalo nanti Caca pingsan gimana?"
"Apa gunanya UKS?" tanya balik Bara yang membuat Caca cengo. Mau tak mau ia harus mengalah dan mulai menjalankan tugasnya sebelum jam pulang berakhir.
"Ok deh. Caca bakal lakuin apa yang Kak Bara mau. Tapi Caca boleh request nggak?" tanya Caca tak tau diri. Udah tau dihukum masih aja ada maunya.
Sedangkan Bara yang ditanya hanya mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya.
"Emmm.. Caca mau kalo nanti Caca pingsan Kak Bara yang harus gendong Caca. Hehe.. nggak susah kan permintaan Caca?" ucap Caca dengan cengiran khasnya.
"No debat pokoknya. Byeee.. Caca pergi dulu. Doain semoga pingsan ya" tambah Caca sambil berlari keluar ruangan tanpa mengindahkan jawaban yang belum diberikan Bara.
"Dasar gila" ucap Bara spontan.
*****
Caca menatap hamparan lingkungan sekolah yang lumayan bersih. Tapi tak manampik adanya sampah berupa daun kering yang berguguran dan beberapa plastik makanan.
"Huftt… gapapa deh Caca dihukum sama pangeran Caca sendiri ini. Ya allah jangan kuatkan Caca hari ini, biarin Caca pingsan Ya Allah biar Caca dapat kesempatan digendong sama pangeran tampan, Aamiin." Ucap Caca mendongakkan kepalanya sambil mengangkat tangannya keatas tanpa malu meskipun beberapa anak osis yang sedang berseliweran sedang menatapnya seakan mengatakan ia gila.
Caca mulai berjongkok dan mulai memunguti sampah yang berada di sekitarnya.
"Lo ngapain dek? "
Baru 1 menit ia bekerja, suara dibelakang menginterupsi gerakannya yang akan mengambil sebungkus plastik. Kepalanya berputar 180° untuk melihat siapa gerangan yang sedang bertanya.
"Abang belum buta kan?" tanya balik Caca dengan nada sindiran.
"Yah si oneng, ditanya malah balik nanya. Lagian lo kenapa rajin amat sih pake segala ngambilin sampah. Biasa juga ogah banget kalo disuruh bersih-bersih" ucap Danis tanpa menyadari perubahan muka Caca yang semakin masam.
"Ini semua gara-gara abang juga. Coba tadi kenapa abang nggak bilang kalo tempat bekal Caca keliru hah? Abang kan anak osis nggak mungkin nggak tau, jadi nggak usah pake alasan nggak tau. Abang beneran abang Caca kan? Tapi kenapa abang biarin Caca berangkat dengan keadaan membawa malapetaka? Abang seneng liat Caca dihukum? Ohhh.. Caca tau pasti a.." cerocos Caca tanpa berenti sebelum kemudia Danis menginterupsi.
"Stop..stop. Lo ngomong apa sih Ca? kok jadi nyalahin gue gini" bingung Danis dengan segala ocehan Caca yang sama sekali tak dapat ditangkat oleh otak jeniusnya.
"Pada intinya Bang Danis salah karena nggak bilang ke Caca kalo tempat makan yang harusnya Caca bawa kliru. Fiks no debat! Caca marah sama Bang Danis"
"Bentar-bentar. Lo bilang gue nggak ngasih tau kalo tempat bekal lo salah? He oneng, gue tadi juga udah mau ngasih tau lo tapi lonya aja yang keburu esmosi. Ya gue diemlah, dari pada lo antup kan" jawab Danis jujur mengingat tadi pagi Caca marah-marah tidak jelas padanya.
"Yaudah sebagai permintaan maaf, Bang Danis harus bantuin Caca ngambilin sampah. Emang Bang Danis tega liat Caca bersihin sampah segini banyaknya sendirian?" tanya Caca memelas.
"Yah kalo gue mah nggak ada simpati-simpatinya sama lo Ca. Lagian lo juga ada-ada aja, tuh cantolan panci buat apa coba. Heran gue sama lo?" ucap Danis sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalo Bang Danis nggak mau ya udah, Caca bakalan ngambek. Nggak mau Caca ngakuin Bang Danis abang Caca" jawab Caca sambil bersedekap dan memanyunkan bibirnya dengan muka yang ia buat seseram mungkin.
"Lah Alhamdulillah gue malahan, kalo lo nggak nganggep gue. Dahlah gue mau keliling dulu. Bye Ca… semangat!!!" ucap Danis dengan menahan tawanya sambil berlalu.
"Ihhh… Bang Danis. Durhaka banget jadi abang. Awas aja nanti"
*****
Caca selesai mengerjakan hukumannya tepat jam 3 sore, dengan keadaan yang cukup mengenaskan yaitu rambut yang mulai terlihat berminyak, muka kusam, dan jangan lupakan bajunya yang sudah tak beraturan.
Dengan menggerutu Caca mendekati motornya yang terpakir dengan beberapa motor lainnya. Kalo Caca tidak salah menduga motor trail warna hijau adalah motor abangnya, ninja hitam milik pangerannya, dan satu motor yang tak ia kenali pemiliknya.
"Wah..wah ini nih beneran jodoh namanya, pasti pangeran lagi nungguin Caca selesai dihukum diam-diam nih. Pake segala malu-malu ih. Caca samperin ah.." ucap Caca kembali semangat dan bergegas menuju ruang osis.
Dari jauh dapat dilihatnya Bara, Danis dan Galen sedang duduk didepan ruang osis entah sedang membicarakan apa.
"Kak Bara!" Suara lantang Caca seketika membuat ketiganya menoleh kearahnya dengan tampang heran.
"Lah Ca, lo ngapain masih disini? Udah jam berapa ini? Lagian SKSD banget lo" ucap Danis mengundang tanya Bara dan Galen.
Sejenak pandangan Caca teralih pada Danis yang tidak dianggapnya sedari awal.
"Ih Caca mau pamitan sama Kak Bara dulu" jawab Caca dengan pandangan kembali pada Bara yang tak acuh dengan kehadirannya. "Kak Bara kok masih disini sih? Pasti lagi nungguin Caca ya? Udah nggak usah malu-malu, Caca aja nggak malu kok" lanjut Caca yang hanya ditanggapi Bara dengan salah satu alis terangkat.
"Idihh" gumam Danis spontan.
"Lo kenal dia nis?" tanya Galen penasaran.
"Dia adek gue" jawab Danis enteng tanpa menyadari wajah syok Bara. Sedang Galen hanya menganggukan kepalanya sambil kembali mengamati Caca, gadis yang sempat ia bawa keruang osis tadi.
"Sial!" batin Bara merutuki nasibnya yang dia yakini tidak akan baik-baik saja mulai hari ini.
*****