Jedrek merasakan tenggorokannya tersedak udara sementara jantungnya seakan behenti berdetak ketika otaknya akhirnya berhasil memahami apa yang sedang ia saksikan pada saat ini.
Di dalam pikirannya, terdapat banyak sekali kalimat yang ingin ia ucapkan dengan keras kepada dunia untuk didengar, semua sangkalan atas fakta dan realita yang sedang terjadi tepat di hadapan kedua matanya.
Makhluk buas putih itu berdiri membeku ketika ia melihat bagaiman sayap bertanduk sang naga buas menembus tubuh Serefina dan darah mulai bercucuran dari luka dalam itu.
Tapi satu kali lagi, Serefina tidak akan mengorbankan dirinya tanpa mendapatkan sesuatu setelahnya.
Jedrek menatap dengan pedih saat Serefina membakar sayap milik sang naga dengan api yang terang, seperti kertas yang terbakar dan dengan cepat berubah menjadi abu dan kemudian terbawa pergi oleh angin.