Enjoy the story'
.
.
.
Malam semakin larut. Udara sekitaran Seoul semakin dingin. Sam tidur sendiri di kamarnya. Sedangkan Sean sedang berkutat dengan pikirannya di dalam ruang kerja pribadinya. Ruang itu tak memiliki pintu, hal itu memudahkan Sean untuk mengawasi ruang dimana adiknya terlelap.
Sebagai seorang penulis, Sean memiliki banyak wawasan tentang berbagai hal. Mulai dari hal-hal logis hingga hal yang tidak tergapai nalar manusia. Tak heran jika Sean memiliki pola pikir terbuka.
Sean memikirkan beberapa kejanggalan yang dialami adiknya. Dia mengumpulkan serpihan cerita dari Tommy, yang sama sekali tabu dan tidak percaya hal tak masuk akal. Serta sebagian cerita dari adiknya sebelum kembali tak sadarkan diri.
Sean menulis beberapa hal dalam buku pribadinya
Wanita bergaun putih, melodi, Mimpi
"Ada apa dengan semua ini?" Sean ingin ini segera berakhir.
.
.
.
Sam sedang duduk di sofa memandang keluar jendela ketika Sean masuk ke kamar Sam. Sam tak bergeming. Sepertinya dia tak mendengar Sean mengucapkan salam.
"Sam, mari kita sarapan" Sean mengajak Sam bicara tepat dihadapannya, tapi seolah tak terlihat, Sam tetap memandang ke luar jendela.
"Sam! Jawab aku Sam... Sam ... SAM!!!!!" Sean berteriak sekuatnya sambil mengguncang bahu adiknya. Tapi tak ada respon. Sean mulai gemetar.
"Ku mohon jangan seperti ini Sam. Jangan buat aku cemas. Sedang apa kau... Apa yang kau lihat, huh!" Sean menjadi emosional.
"Katakan Sam.... Katakan sesuatu??" Sean teriak seperti orang gila. Namun Sam tetap sama, dia bahkan seperti orang yang tak melihat dan mendengar teriakan Sean.
"Hyung! Apa yang terjadi?" Tommy datang di saat yang tepat "kenapa kau seperti ini Hyung? Ada apa ini?"
"Tommy! Tom, lihat .. lihat lah dia, kenapa dia hanya mematung seperti itu saat kakak nya berteriak di hadapannya, kenapa???" Sean mencengkram erat kerah Tommy.
"Sam, ini Tommy, sahabatmu sudah datang. Sam, SAM!!!" Sean terduduk lemas. Tommy yang baru datang, keheranan melihat Sam seperti patung tanpa berkedip dan sama sekali tak bergerak. Tommy hanya meninggalkan mereka kemarin, tapi sekarang, dia melihat banyak sekali perubahan.
"Tenangkan dirimu dulu Hyung" Tommy mengangkat Sean, mengajaknya duduk dengan baik dan memberinya minum, agar lebih tenang.
Tommy mulai bertanya, kenapa Sam menjadi seperti ini. Sean pun tak tau. Dia hanya meninggalkan Sam sebentar saat mengantar dokter dan menelpon Tommy kemarin, serta ketika dia coba untuk menyimpulkan cerita tadi malam.
" .... Dan pagi ini, aku hanya meninggalkan nya untuk mandi dan membuat sarapan. Ketika aku kembali dia sudah bangun dan duduk diposisi ini. Aku pikir dia baik saja, tapi ... Tapi ..." Sean menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, dia terisak.
"Apa paman dan bibi sudah tau hal ini?"
"Belum"
"Sebaiknya kita mengabarkan mereka dulu Hyung"
"Kau benar. Aku menjadi bodoh ketika itu menyangkut adik ku. Aku bahkan melupakan orang tua kami"
"Aku akan menghubungi mereka"
"Tidak. Biar aku saja. Aku akan kerumah untuk bertemu ibu. Aku akan jelaskan perlahan agar dia tidak syok. Kau tetaplah disini dan jaga Sam. Aku akan menelpon dokter sebelum aku pergi." Sean meninggalkan mereka untuk kembali ke kamarnya dan bersiap.
Di kamarnya. Sean menelpon dokter untuk datang dan melihat kondisi adiknya. Setelah itu dia mengganti pakaian untuk pergi menemui orang tuanya. Sean sempat terdiam beberapa saat di depan cermin, dia melamun. Pada saat itu, kilatan cahaya biru melintas di pantulan cermin.
Shhaaa ...
"Apa itu?" Sean sontak membalikan diri, mencari sesuatu yang ia lihat dari cermin.
Knock ... Knock ....
"Hyung! Dokter sudah datang" suara Tommy mengalihkan fokusnya
"Oh! Baiklah, aku akan keluar" Sean langsung keluar kamar. Saat kamar itu kosong, sesuatu bercahaya kembali muncul dan melayang sebentar sebelum akhirnya menghilang.
.
Dokter memeriksa kondisi Sam. Sean dan Tommy memperhatikan. Dokter sedikit mengerutkan dahinya. Dokter menyudahi pemeriksaannya.
"Bagaimana dok?" Sean cemas
"Sebaiknya kita bicara di luar" dokter beranjak dari posisinya mengikuti arahan Sean menuju ruang tengah. Sedangkan Tommy akan memberi Sam minum dan sarapan. Tommy menemui kesulitannya, pasalnya Sam tak menggubris kata-katanya untuk membuka mulut.
"Bagaimana ini? Bagaimana dia bisa makan dan minum jika membuka mulut saja tidak?!" Tommy memegang kepalanya untuk berpikir
Di ruang tengah Sean dan dokter sedang membahas hal yang.
"Tidak ada yang salah dengan kesehatannya, semua normal. Tapi, ..."
"Tapi???"
"Begini, Fisik adik anda ada disini, tapi seolah pikirannya ada dan melakukan aktifitas baru di tempat lain. Saya tidak bisa bilang ini koma, karena dia masih bisa berjalan, bukan juga lumpuh otak. Sementara, saya belum bisa memastikan penyakitnya karena saya belum menemukan kasus seperti ini sebelumnya. Tapi saya akan berusaha mencari data kasus serupa untuk menemukan solusinya"
"Terimakasih dok, bagaimana dengan obat?"
"Saya tidak memberi obat apapun, kare..."
"HYUNG!!!! HYUNG!!!! Cepat kemari Hyung" teriakan Tommy membuat Sean dan dokter kontan berlari ke kamar. Sam menangis histeris, dia hendak melompat dari balkon apartemen Sean yang terletak di lantai 21.
Sean langsung membantu Tommy memegangi Sam yang sedang tak terkendali, sedangkan dokter langsung memberi Sam suntikan penenang. Untuk kesekian kalinya Sam kembali tak sadarkan diri.
.
.
.
"Sebaiknya kita langsung membawanya pulang Hyung" Sean terdiam. Dia syok dengan kejadian barusan yang hampir membuatnya kehilangan adik kecil yang amat ia sayangi.
"Hyung!!!" Tommy menyadarkan Sean.
"Ah!"
"Sebaiknya kita kembali kerumah Hyung"
"Baiklah" Sean beranjak. Dia membenahi beberapa bukunya dan tas Sam yang akan dibawa, lalu memberikannya pada Tommy untuk dimasukan ke dalam mobil.
.
.
.
Mereka melakukan perjalanan kembali kerumah orang tua Sean dan Sam. Berharap suasana baru akan membuat Sam lebih baik. Sam di bawa kerumah dalam keadaan tidak sadar. Tommy mengemudikan mobil sedang Sean menjaga Sam di kursi belakang.
Dalam perjalanan, mereka terhenti oleh lampu merah. Mereka melihat sekelompok anak TK menyebrang jalan di dampingi guru. Mereka mengenakan berbagai kostum karakter. Mereka berjalan beriringan menyebrangi zebra crossing dengan arahan sang guru agar aman.
Scratch.... (Mobil berdecit)
"Argh... " Tommy dan Sean kaget
"Ada apa Tom?"
"Maaf Hyung, gadis itu menyebrang tiba-tiba saat lampu sudah hijau" dari depan mobil, seorang gadis mengenakan kostum serba putih dan memakai sepasang sayap buatan serupa dengan beberapa murid TK yang baru saja melintas, melambaikan tangan tanda minta maaf pada Tommy si pengemudi, kemudian berlalu begitu saja.
"Leon" tiba-tiba Sam terbangun membuat Sean dan Tommy lebih kaget. Sam langsung keluar dari mobil dan berlari cepat mengejar gadis yang hampir tertabrak tadi. Tommy dan Sean yang keheranan sedikit terlambat merespon sebelum akhirnya mengejar Sam yang hampir hilang dari pandangan.
.
.
TBC
.
.