Chereads / Si Cuek dan Si Bobrok / Chapter 7 - Episode 7

Chapter 7 - Episode 7

Kini aku sudah berada di kantin di tempat teman-teman ku berada, mereka menatapku kesal karena terlalu lama membuat mereka menunggu, aku memberikan senyum terbaik ku pada mereka, sisa 30 menit lagi untuk mata kuliah ku berikutnya, aku memesan somay dan es teh manis setelah pesanan datang aku langsung menyantap hingga habis, tidak butuh waktu lama hanya 10 menit saja. Setelah menyelesaikan makan aku dan teman-teman ku berlari menuju gedung yang letaknya tidak jauh dari kantin dan kebetulan ruangan kami ada di lantai 3 kami harus berlari sekuat tenaga agar kami tidak terlambat, cukup dengan waktu 20 menit kami pun sampai di dalam ruangan dengan nafas yang tidak beraturan kami memilih bangku tengah agar tidak ada lagi perkara dengan dosen. 5 menit setelah kami sampai dosen pun memasuki ruangan, dosen yang sangat cantik dan juga muda sepertinya tidak jauh beda dengan umur kami, semua laki-laki memuji dosen cantik itu. Dosen itu tersenyum dan melangkah ke tengah ruangan lalu mulai memperkenalkan dirinya, walaupun masih muda dia sudah banyak meraih pengalaman yang sangat hebat menurutku.

Ketika mengajar pun dia tidak membuat kami bosan, karena penjelasannya tidak terlalu monoton dan kami pun mudah memahaminya, mungkin dosen ini akan jadi dosen favourite di fakultas ini, setelah perkuliahan selesai dia memberikan kami tugas yang tidak berat sama sekali, dia hanya meminta kami untuk membuat apa saja yang kami pahami dan dikumpulkan minggu depan, ah senangnya dapat dosen yang pengertian. Kami keluar dari ruangan karena pelajaran kami sudah selesai, di depan pintu ruangan ku lihat ada dosen menyebalkan itu berdiri, setelah dosen Dewi keluar ruangan mereka mengobrol di depan pintu tapi ku lihat dosen Fahri sepertinya sedang mencari orang, dengan santainya aku keluar dari ruangan sambil tertawa karena pembahasan yang lucu dengan teman-teman ku, tapi dosen Fahri menghentikan langkah ku, aduh dia mau apalagi

"Sherly, ayo ikut dengan saya" ucapnya pada ku, dosen Dewi menatap heran pada ku

"Ada apa pak?" tanyaku

"Ada urusan tentang mata kuliah saya" ucapnya dan aku pun mengikutinya sambil memberi aba-aba pada teman ku agar mereka pulang lebih dulu

Aku terus mengikuti dosen ini sambil menjaga jarak dengannya agar tidak terlalu mencolok di depan orang ramai, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti sambil menghadap ke arahku, untungnya aku masih bisa menghentikan langkah ku secepatnya jadi aku tidak bertabrakan dengan dia, kami bertatapan sebentar lalu dia menarik tanganku dan membuat jarak kami menipis, ah apa lagi maunya dosen ini. Ternyata dia membawa ku ke parkiran mobil dan dia menyuruhku memasuki mobilnya, awalnya aku menolak tapi dia tetap memaksa, sangat sial hari ini

"Ikut aku ketemu nenek ku" ucapnya saat dalam mobil

"Untuk apa?" tanya ku

"Ngga tau, kamu tanya aja nanti sama nenek"

Setelah itu pembicaraan terhenti begitu saja, aku mengeluarkan ponsel ku yang ada di saku celana lalu mengambil earphone di dalam tas dan aku fokus dengan lagu yang ku putar di ponsel ku, karena lagunya terlalu enak aku pun ikut bernyanyi dengan suara cukup keras berusaha menyeimbangi suara si penyanyi tak ku sangka ternyata dosen yang ngga waras ini ikut bernyanyi bersama ku, aku pun berhenti bernyanyi dan mematikan musiknya, ku pilih untuk membuka salah satu aplikasi yang sering di gunakan orang saat ini yaitu tiktok, kulihat satu persatu fyp yang ada di halaman ku, saat sedang asyik melihat video tiktok, dosen ini melepaskan earphone ku yang ada di sebelah kanan

"Suara kamu bagus, belajar dari mana?" tanya pria itu

"Aku ngga belajar" ucapku jujur

"Boong banget, jujur aja" bujuknya lagi

"Ngga percaya ngga masalah" balas ku kesal

"Aku jadi punya ide buat ikutin kamu ke beberapa kontes, sebentar lagi ada tuh kontes nyanyi di kampus, aku daftarin kamu yah" ucapnya girang

"Pak, yang punya diri kan saya, kenapa bapak yang daftarin? lagian saya ngga minat ikut kontes pak, nyanyi buat saya cuma hobi" ucapku tegas

"Sia-sia banget, punya suara bagus disembunyiin"

"Suka-suka saya"

Setelah 1 jam perjalanan sampai lah kami di sebuah cafe yang ramai pengunjung, ku lihat satu persatu meja yang ada di sana sambil mencari teman nenek itu, hingga akhirnya kami sampai di meja yang sekitarnya menampilkan keindahan alam bukan keramaian jalan raya, aku menghampiri meja itu sambil tersenyum ramah ku lihat sang nenek juga sudah menyambutku dengan senyuman yang sangat tulus "giliran nenek aja dikasih senyuman indah, tadi aku di kasih cemberut mulu" ucap Fahri berbisik pada ku, tak ku pedulikan dia yang ku pedulikan saat ini ialah nenek Fahri yang merupakan teman baik nenek ku, aku duduk berhadapan dengan nenek dan Fahri duduk di antara aku dan nenek, kami berbincang-bincang ringan membahas mengenai kuliah ku, Fahri yang mengajar disana dan kegiatan sehari-hari nenek Fahri, beberapa saat setelah itu Fahri izin ke toilet dan tinggal lah kami berdua

"Kamu sudah dekat dengan Fahri?" tanya sang nenek

"Bukan dekat nek, kami sebatas dosen dan mahasiswa aja" ucapku

"Kenapa? Apa kalian belum dekat yah? nenek berharap kalian berdua bisa berjodoh" ucap sang nenek, aku pun hanya tersenyum tipis pada sang nenek

Tiba-tiba ku dengar nama ku dipanggil untuk naik ke atas panggung yang ada di cafe ini ternyata ini ulah Fahri, dia benar-benar ingin aku mengalami shock dan koma, untuk kedua kali Fahri memanggil namaku dan mengajak ku naik ke atas panggung itu, sang nenek pun ikut menyuruhku menaiki panggung itu, mau tak mau aku harus naik, daripada di seret Fahri mending aku naik sendiri aku ngga mau malu di cafe yang ramai pengunjung ini. Fahri menempatkan diri di kursi dan mengambil gitar yang ada di sana sedangkan aku berdiri di depan microfone sambil menarik nafas agar aku bisa rileks, ku minta Fahri memainkan lagu "Tak Bisa Bersama" dari Judika.

Ku coba mengingat hal-hal buruk yang pernah ku alami di hidupku yang flat ini hingga aku sudah mencapai feel itu, dan ku coba untuk memulai lagunya. Ku dengar tak ada suara apa pun dari khalayak ramai hanya dentingan gelas, piring dan alat makan yang terdengar di telinga ku, aku yang tadi menutup mata sekarang membuka mataku, ku lihat semua orang menatapku serius, ini lah situasi grogi ku datang aku merasa energi ku terkuras habis tapi ku dengar Fahri ikut bernyanyi bersama ku, ku tatap dia yang ada di sebelah ku dimana tatapannya padaku seperti memberikan semangat nan tenang hingga aku berhasil kembali merasakan feel yang tadi ku bangun, di akhir lagu aku meneteskan beberapa butiran air mata yang berasal dari luka lama itu. Setelah selesai bernyanyi aku pun kembali duduk ke meja di tempat nenek berada, ku sandarkan tubuhku dan ku elus dadaku karena aku merasa sedikit sesak nafas dan gemetar, Fahri yang baru saja sampai di meja pun ikut memegang bahu ku untuk memberikan sedikit energi yang membuatku merasa lega. Nenek hanya tersenyum pada ku tapi di balik senyum itu kurasakan ada semangat yang mengalir.