Chereads / Suami Pungutan Mama / Chapter 53 - Flashdisk dan Dokumen

Chapter 53 - Flashdisk dan Dokumen

Khaibar yang tak paham dengan maksud pertanyaan papa Kendrick. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sambil sesekali melirik ke arah Kimberly yang hanya menggedikkan bahunya tanda tak mengerti juga.

Khaibar pun memberanikan diri untuk bertanya, dari pada papa Kendrick marah, mending dia yang mendahuluinya supaya tidak semakin gawat. "Pa, maksud, Papa bagaimana? Bukankah itu flashdisk?" tanya Khaibar dengan polosnya. Ia memang sengaja berbasa-basi terlebih dahulu kepada mertuanya agar tidak kaku. Tapi yang ada papa Kendrick malah menepuk jidatnya dan berdecak kasar, merasa sedikit kesal karena mengira Khaibar sangat bodoh.

Sampai-sampai terdengar nafas yang disemburkan dan keluar dari mulut Papa Kendrick dengan ganasnya. Membuat bulu kuduk Khaibar berdiri, tapi ketakutan itu ditahannya agar tidak kentara dan terlihat pemberani di mata Kendrick.

"Siapa yang bilang dodol, atau remote tv? Gak ada kan? Ya itu Papa tahu kalau flashdisk, maksud Papa coba jelaskan semua yang kamu buat ini secara detail, Papa mau lihat ini kamu asal bikin dan ngawur atau bagaimana," ucap Kendrick seraya mencabut flashdisknya dan memberikan kepada Khaibar, supaya Khaibar mengecek kembali.

Khaibar mengangguk dan kini bergantian dia yang menancapkan flashdisk di lubang ponselnya. Senyumannya merekah karena ternyata ponselnya itu bisa mengaplikasikan flashdisk, iya itu karena ponsel terbaru dan mahal dari Kimberly, coba kalau dia memakai ponsel butut miliknya yang kemarin itu, pasti tidak akan bisa langsung menancapkan flashdisk seperti itu. Karena ponselnya sangat jadul dan sangat kuno, seperti ponsel yang sudah berabad-abad lamanya.

Materi pun digeser dan dicermati sebentar oleh Khaibar barangkali masih ada sesuatu yang janggal. Saat terasa sudah tidak ada keganjalan dan sempurna, Khaibar pun akan memulai menyampaikan materinya. Tapi sebelum itu nafasnya dihembuskan dan dihirup cepat, sekejap ia mengatur semua nervousnya lalu sejenak membatin.

'Semoga saja Papa Kendrick menyukai materi yang aku buat, biar aku diizinkan untuk bekerja di kantornya dan bangga sedikit terhadapku.'

"Bagaimana? Apa sudah?" Lamunan Khaibar seketika langsung buyar, mendengar suara Papa Kendrick menggelegar dengan tidak sabarnya. Khaibar mengangguk dan langsung memulai presentasinya.

Rasanya seperti presentasi beneran dan Khaibar menjelaskan dengan sungguh-sungguh. Tangannya yang kekar digoyangkan ke kanan dan ke kiri secara spontan. Dalam pandangan Kimberly itu adalah expresi ketika orang melakukan sesuatu dengan sangat serius, hingga spontan dan membuat nervous hilang.

Sampai-sampai penjelasan Khaibar yang sempurna itu membuat Papa Kendrick tak berkedip. Tangannya dikepalkan di atas meja, membuat garis vertikal dan menyangga dagu dengan sok coolnya.

Kimberly yang melihat kedua insan yang sangat serius rasanya dia sungguh bosan dan menguap berulang-ulang, tapi ia sangat bangga kepada Khaibar saat melihat papanya sesekali tersenyum tipis. Menandakan seleksi Khaibar sepertinya akan lolos. Begitu pikir Kimberly.

Akhirnya materi pun selesai dijelaskan oleh Khaibar. Khaibar berjalan pelan ke arah meja yang bertumpukan dokumen yang tertata rapi bersama buku-bukunya. Ia mengambil dokumen itu dan menyodorkannya kepada Kendrick.

"Ini, Pa, dokumennya, Papa bisa cek lagi, mungkin barangkali ada yang terlewatkan, Khaibar hanya manusia ingusan yang belum sempurna apa-apa, jadi Papa bisa menegur kalau Khaibar salah," pekik Khaibar dengan nada yang sedikit bergetar, masih takut dengan wajah Kendrick yang tak menandakan apapun, bahkan sulit untuk ditebak olehnya.

Kendrick hanya mengangguk-angguk dan membuka dokumen selembar demi lembar dan melihatnya dengan sangat teliti. tak lama beliau mengecek dokumen itu. Dokumen pun ditutup dengan kasar. Membuat Khaibar menelan salivanya dengan susah payah. Wajahnya benar-benar ketakutan dan sungguh gawat rasanya. Dalam pikirannya mungkin kalau dia ditolak ya sudah mau bagaimana lagi. Khaibar tetap tidak akan menyerah dan akan mencari pekerjaan agar mandiri.

"Bagaimana, Pa?" Kali ini Kimberly yang bertanya, karena ia juga penasaran, tapi dalam pandangan Kimberly terlihat jelas kalau papanya pasti menerima Khaibar.

Kendrick hanya menggelengkan kepalanya agar kedua orang itu penasaran, tapi pada dasarnya di dalam lubuk hati dia membatin. 'Gila, Khaibar benar-benar gila, bagaimana bisa dia mengerjakan itu semua dalam hitungan jam? Dia benar-benar jenius, bahkan asistenku saja paling enggak sehari sampai dia hari mengerjakannya, apa itu yang namanya gembel? Pungutan mama? Aaaah lalu apa aku harus menerimanya? Ya sudah apa boleh buat mungkin dengan adanya Khaibar kantor semakin maju, ya sudah dicoba dulu saja.'

"Pa, bagaimana kok, Pa?" lanjut Kimberly bertanya kembali karena melihat papanya yang hanya terbengong dan tak menyahutinya.

Kendrick pun menatapi Kimberly lalu menatapi Khaibar dengan bergantian. Rasanya tenggorokannya sangat sulit kalau berkata menerima, karena ia selalu gengsi kepada siapapun, apalagi kepada orang baru seperti Khaibar. Kendrick pun langsung berdiri saja tanpa menjawab pertanyaan Kimberly. Namun, ia menganggukkan kepalanya dan pergi begitu saja.

Khaibar yang merasa kurang jelas dengan tindakan mertuanya ia bertanya kembali dengan sedikit berteriak karena Kendrick yang sudah agak jauh dari pandangannya.

"Pa, jadi bagaimana? Apa setuju? Atau bagaimana? Lalu Khaibar masuk kapan, Pa?" Tak ada respon, karena Kendrick sudah pergi dan tak akan kembali lagi ke arah Khaibar.

Kimberly langsung memeluk Khaibar dengan memberi ucapan selamat. "Selamat ya, kamu resmi diterima sama, Papa, besok kamu memulai kerja, jangan lupa! Yang rajin ya, Sayang kerjanya," ucap Kimberly dengan sangat bahagia. Suaranya sangat tulus dan lembut. Seperti mimpi di siang bolong Khaibar bisa mendengar suara Kimberly yang sangat halus seperti itu, biasanya sangat kasar dan seperti petir suaranya, enggak ada lembutnya sama sekali, sudah ciri khas dari sononya.

Khaibar langsung melepaskan pelukan Kimberly, ia masih merasa tak percaya hingga mencubiti pipinya sendiri dan berteriak saat cubitannya sendiri sangat keras.

"Aaaa sakitnya, berarti aku tidak mimpi kan, Kim?" tanya Khaibar yang masih tidak terima dengan semuanya. Papa Kendrick terlalu cuek hingga membuat Khaibar kebingungan.

"Ya iyalah benaran, sudah deh, Khai jangan lebay, huh, nanti kalau aku bilang Papa kalau kamu tak jadi menerimanya, mampus kamu!," ancam Kimberly yang geram dengan tingkah Khaibar yang sangat tidak percaya diri itu, padahal dia jenius tapi kenapa selalu tidak percaya diri, itu makanya banyak orang yang menginjak harga dirinya karena sangat tidak percaya kepada dirinya sendiri.

"Ehhh janganlah, Sayangku," rayu Khaibar karena merasa seram dengan ancaman Kimberly. Tangannya meraih tangan Kimberly dan bergelayut manja di bahunya. Kimberly hanya tersenyum tipis tanpa membalas gelayutan Khaibar. Ia berpura-pura cuek saja, itu lebih baik dari pada ikut genit, bisa-bisa melakukan hubungan lagi dan tak jadi makan sore bersama, karena perut Kimberly rasanya sangat lapar akibat berbadan dua jadi sering kelaparan, lagian itu juga sudah sore jadi wajar juga sih kalau merasa lapar.

"Okelah, Kim, terima kasih ya, semua ini karena laptop kamu juga, jadi aku bisa mengerjakannya, lain kali aku mau meminjamnya lagi ya dari pada tidak terpakai," lanjut Khaibar dengan tak malu-malu lagi untuk meminjam apapun barang milik Kimberly.

"Ya, terserah saja! Toh kamu yang tahu paswordnya haha, aku saja tidak tahu." Kepura-puraan Kimberly membuat keduanya tertawa terbahak-bahak mengingat pasword yang diubah itu.