Chereads / Describe What You See / Chapter 4 - Bab 2. Mencari Pekerjaan

Chapter 4 - Bab 2. Mencari Pekerjaan

Setelah huru-hara pagi yang biasa di hadapinya. Haneul memutuskan untuk berangkat bersama dengan Seokkie agar tidak terlambat.

Menaiki motor kesayangan adiknya, Haneul merasakan ketenangan dari tamparan halus angin-angin yang menghampirinya. Membuat ia merasakan kenyamanan dan kesenangan tersendiri di kursi penumpang. Harum selepas hujan kesukaannya pun membelai lembut wajah dan indra penciumannya.

Memejamkan matanya dan berdoa,

'Tuhan, tolong lancarkan segala urusanku hari ini. Terima kasih, sudah memberikan keluarga yang sangat aku sayangi. Aku ingin membanggakan mereka.'

Ketika sedang menikmati suasana pagi hari setelah berdoa, Haneul tersentak kaget akibat teriakan kencang adiknya yang menyebalkan.

"Nuna! Jangan tidur hey! Nanti kau terjatuh aku yang repot. Bagaimana nanti aku laporan dengan ketua geng kita jika kau terluka."

Haneul merotasikan matanya malas kemudian dengan mudahnya ia memukul helm adiknya seraya berkata, "Yak! Aku tidak tidur kau tahu?! Fokuslah pada jalanan, jangan melirik gadis-gadis yang sedang menggunakan kendaraan lain!" Teriaknya.

"Yak! Jangan sok tahu kamu Nuna! Aku melirik spionku!"

"Omong kosong, cepatlah Seok! Kau tidak terlambat memangnya?!"

"Jika aku terlambat itu kesalahanmu Nuna! Kau bersolek sangat lama di kamarmu. Lagipula tadi kita 'kan mengisi bahan bakar dulu!"

Mendengar jawaban adiknya, Haneul langsung mencubit keras perut sang adik. Untungnya, mereka telah dekat dengan kantor yang telah memanggilnya untuk interview minggu lalu, sehingga dengan spontan sang adik menyalakan sein kirinya dan memberhentikan motor mereka di jalan khusus untuk pejalan kaki.

"Nunaa! Ini sangat sakit kau tahu?! Untung refleks ku cepat, kalau tidak kita bisa terjatuh tadi. Kau keterlaluan." Ringis sang adik sambil memegang perut yang telah di gigit oleh tangan cantiknya.

"Yaa, Seokkie, maafkan Nunamu ya? Nanti akan ku belikan makanan favoritmu selepas aku pulang interview, oke?"

"Ya, baiklah. Semangat oke? Aku akan selalu mendukungmu, Nuna. Aku berangkat dulu ya? Tak apa 'kan aku menurunkanmu di sini?"

Haneul yang mendengar hal itu pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Iya, tak apa. Hati-hati ya? Jangan lupa mengabariku jika kau telah sampai kampus, oke?"

"Nde~ aku berangkat ya Nuna, bye! Telpon aku jika kau telah selesai!"

"Iyaa! Jangan lengah kau dalam berkendara"

Mendengar hal itu, Seok langsung mengacungkan ibu jarinya dan bergegas menancapkan motornya, membelah lautan mesin-mesin berasap racun.

_________________________________________________

Menatap sangsi bangunan tinggi di hadapannya dan secara perlahan mengembuskan napasnya sebelum berjalan memasuki pelataran kantor yang ia tuju. Ia takut terlambat dan berakhir membuat citra dirinya buruk di mata perusahaan.

Semua imajiner buruk yang terpikirkan di kepala kecilnya, seketika buyar setelah melihat meja resepsionis dan tatapan heran sang Resepsionis akibat penampilannya yang cukup berantakan— ah tidak, lebih tepatnya, sangat berantakan.

Terkutuklah adiknya yang membawa motornya tidak tahu diri.

" Mrs. Lee Haneul?" Ucap Resepsionis itu.

"Ah iya, saya Lee Haneul. Anda bisa memanggil saya Haneul. Apakah interview-nya sudah di mulai? Maaf saya terlambat." Ujar Haneul seraya membungkukkan badannya.

Sang resepsionis terkekeh mendengar ucapannya, "Ahh~ tidak kok, interview di tunda beberapa jam di karenakan rapat internal yang mendadak. Jadi kau tak perlu khawatir." Ujarnya lembut dan tersenyum kecil.

"Ah begitu, baiklah terima kasih-"

"Kwan- Boo Kwan Deok, kau bisa memanggilku Kwan saja. Lagipula, sepertinya aku lebih muda dari kau Nuna." ujar Kwan seraya memberikan tangannya untuk berjabat dengan Haneul.

"Ahh, iya Kwan, terima kasih atas informasinya." Ujarnya tersenyum ramah dan membalas jabatan tangan Kwan.

"Dengan senang hati, Nuna. Sudah tugasku. Mari aku antar ke Ruang Tunggu."

"Ah iya, terima kasih sekali lagi Kwan. Kamu baik sekali. Bolehku panggil Kwannie?" Ujar Haneul seraya mengikuti langkah kaki teman barunya.

"Ahh yaa! Tentu saja boleh! Senyamanmu saja Nuna."

Kwan terkekeh mendengar ucapan Haneul, ia heran, mengapa calon pegawai baru bos-nya ini sangat menggemaskan sekali.

Sepanjang jalan Haneul untuk mencapai tujuannya, ia berdecak kagum. Perusahaan yang satu ini sangat modern. Jarang dirinya melihat karyawan yang berlalu-lalang di beberapa ruangan. Kebanyakan yang berlalu-lalang adalah robot-robot canggih. Padahal setau dirinya, perusahaan ini hanya agensi para artis. Tetapi di luar dugaannya, ternyata agensi ini sangat canggih.

Lamunan Haneul membuyar setelah mendengar ucapan Kwan untuk segara merapihkan penampilannya dan menunggu beberapa saat lagi untuk di panggil.

"Nah Nuna, ini Ruang Tunggu-nya. Di perusahaan ini, setiap lantainya memiliki Ruang Tunggu dan Rest Room untuk sekedar membersihkan tangan atau merapihkan pakaian. Namun, Ruang Tunggu di lantai 15 lah yang paling luas. Kau akan tahu kenapa nanti. Jadi, aku tinggal dulu ya Nuna. Sampai bertemu kembali, semangat Nuna! Aku yakin kau akan di terima." Ujar Kwan seraya mengedipkan matanya dan berlalu dari ruangan ini.

'Aneh' Pikir Haneul.

Melupakan apa yang diikirnya, Haneul segera merapihkan dirinya agar terlihat sempurna di Rest Room.

Dirinya tidak tahu, jika semua tingkahnya yang ia tunjukkan membuat seseorang terkekeh kecil melihatnya.

'Hmm, menarik.'

—TBC—