Ding dong (Ding dong)
I know you can hear me (Aku tahu kau dapat mendengarku)
Open up the door (Bukalah pintu)
I only want to play a little (Aku hanya ingin sedikit bermain)
Ding dong (Ding dong)
You cannot keep me waiting (kau tidak bias membuatku menunggu)
Its already too late (sudah terlambat)
For you to try and run way (Untukmu mencoba dan lari)
I see you through the window (Aku melihatmu melalui jendela)
Our eyes are locked together (Mata kita saling bertemu)
I can sense your horror (Aku bias merasakan ketakutanmu)
Though I'd like to see it closer (Meskipun aku ingin melihatnya lebih dekat)
Ding dong (ding dong)
Here I come to find you (Aku dating untuk menemukanmu)
Hurry up and run (Cepatlah dan lari)
Lets play a little game and have fun (Ayo bermain sedikit dan bersenang-senang)
Ding dong (ding dong)
Where is it you have goon to ? (Kau akan pergi kemana)
Do you think you have won (Kau kira kau akan menang)
Our game of hide and seek hast just begun (Permainan petak umpet kita baru saja dimulai)
***
Hujan deras mengguyur permukaan tanah. Suara kilat dan Guntur memekakkan teliga, memberi refleksi cahaya sekilas dilangit malam london inggris. Penerangan dijalan satu persatu mati, seiring dengan melajunya sedan hitam.
Sedan hitam berhenti disemuah rumah megah dan besar, dengan furnitur khas rumah inggris kuno. Pagar hitam yang menjulang, memperlihatkan kesan rumah yang suram, dengan lampu teras yang berkedip-kedip.
Seorang wanita muda keluar, dengan penampilan yang sangat glamor. Gaun merah darah, dan sepatu hak hitam yang dipakainya terlihat mahal. Dengan sigap, dia membuka payung agar menghalau hujan jatuh kearea badannya. Membuka perlahan pintu pagar, lalu melangkah santai kearah rumah.
KLAK
KLAK
KLAK
Sepatu hak miliknya menimbukan suara keras, memecah keheningan malam dan berkolaborasi dengan suara hujan. Jari lentiknya dengan cat kuku berwarna merah memencet bel rumah. Selang beberapa menit kemudian, seorang pria muda keluar rumah. Pria itu menyunggingkan senyum bahagia. Mempersilahkan wanita itu untuk masuk.
Mata wanita itu terlihat berbinar saat melirik kesana kemari isi dan keadaan rumah. Begitu megah dan mewah bak istana raja. Hampir semua barang-barang dirumah itu, terbuat dari emas, dengan banyak relief dan lukisan karya William Blake.
"Sangat disayangkan jika kau tinggal sendirian disini Alex," Wanita itu membuka percakapan.
Alex mengganguk, mengiyakan pernyataan Maria, "Lalu, kau mau tinggal bersamaku ?"
Alis maria bertaut, "Jangan harap jika kau masih mengurus anak itu," Ucapnya kesal.
"Tenang saja, dia akan pergi dengan sendirinya dari rumah ini," Ucap Alex sambil menyeruput kopi hitam miliknya.
Alex adalah seorang duda beranak satu. Dia berencana untuk menikah lagi dengan maria, gadis yang ditemuinya di tempat berjudi. Tapi, Maria merasa risi jika harus ada Anna ditengah-tengah kehidupan mereka. Alex yang sudah dibutakan cinta kepada Maria, tidak jarang menyiksa Anna, gadis kecil yang selalu memanggilnya dengan sebutan papa. Semenjak Maria muncul, Anne selalu disiksa oleh ayahnya, menggunakan tongkat kayu yang besar. Meninggalkan jejak karya berupa bekas tangan Anne yang menggosong didinding.
Seorang gadis kecil berumur 8 tahun turun dari atas kamar, menuruni satu-persatu anak tangga. Piyama putih polos miliknya terlihat kusut. Matanya terlihat sembab, garis hitam menghiasi bawah matanya. Rambut pirang miliknya terkepang rapi, kedatangannya memberi aura negatif dan suram. Wajahnya mencetak ekspresi sedih.
"Papa, malam ini, kenapa mama tidak datang ?" Tanya Anna dengan wajah polos yang ditekuk. Dia tidak memperdulikan keberadaan Maria yang duduk tepat dihadapannya.
Maria yang sibuk menyeruput kopi terlonjak kaget. Rose, istri pertama dari Alex sudah mati beberapa tahun lalu. Sebenarnya, apa yang gadis kecil ini bicarakan ? Batin Maria. "Apa maksudmu An ?"
Anna berhenti menarik-narik baju baju Alex. Wajahnya terlihat marah, bahunya naik turun dan nafasnya tersenggal-senggal, "Tante, jangan panggil namaku seperti itu. Hanya Mama yang boleh mengatakannya."
Apa ! Maria pikir dirinya masih muda, lalu kenapa gadis kecil dihadapannya memanggilnya Tante !, "Kau pasti sudah belajar sopan santun, aku masih terlalu muda untuk kau panggil tante," Sungutnya kesal dengan nada ramah yang dibuat-buat.
"Siapa yang mengepang rambutmu ?" Tanya Alex. Baru saja dirinya ingat, bahwa Anna tidak bisa mengepang rambut sendiri.
"Mama yang mengepangnya. Tadi siang dia datang kekamarku," Ucap Anna antusias.
Alex yang mendengar penuturan Anna marah. Spontan berdiri dari posisi duduknya. Dengan gusar Alex naik keatas menuju kamar Anna. Membuka pintu lalu melihat keadaan didalam.
CKELAK
Tidak ada apapun disana. Seperti biasa, kamar Anna sangat rapih. Nuansa cat merah muda yang mendominasi, rak buku, ranjang dengan seprai bergambar karakter sapi, semuanya terlihat biasa. Tapi, mata Alex menangkap sebuah kertas diatas lemari pakaian. Tangannya meraih kertas itu, lalu membaca tulisan yang tertera disana.
"Are you ready to play with me ?" Alis milik Alex bertaut sempurna, tangannya bergetar hebat. Wajahnya membiru setelah membaca tulisan itu.
"Dari mana kertas ini ?" Tanya Alex cepat.
Anna merebut kertas ditangan Alex, memeluknya erat, "Ini dari Mama," Ucapnya penuh dengan nada kerinduan.
Maria yang hanya menonton, akhirnya ikut bicara,"Oh sepertinya, kau sudah gila. Rose sudah tidak ada," Ucapnya tanpa merasa berdosa.
Anna marah dan spontan memukul wanita jahat dihadapannya,"TIDAK ! MAMA MASIH ADA. DIA SERING MENGAJAKU BERMAIN, BAHKAN_" PLAK. Sebuah tamparan keras melayang kepipi Anna, sudut bibirnya mengeluarkan cairan kental berbau anyir. Anna tahu betul siapa pemilik tangan besar dan keras yang menamparnya barusan.
"DIAM DAN IKUT AKU," Jerit Alex sambil menarik paksa tangan kecil Anna. Dia membawa Anna kesebuah ruangan gelap. Ruang bawah tanah yang menyeramkan, tempat yang paling Anna takuti. Diruangan itu, Alex menekan saklar lampu, sehingga nampak cermin besar dengan bingkai merah.
"NOO, PAPA. TOLONG JANGAN DISINI LAGI. PAPA AKU MOHON. AKU TAKUT ! PAPA JANGAN, AKU BERJANJI TIDAK AKAN NAKAL LAGI. AKU BERJANJI PAPA," Teriakan Anna tidak dihiraukan oleh Alex. Alex tetap membawa gadis kecil itu masuk kedalam.
PLAK.PLAK. Alex memukul punggung Anna, setelah memaksanya berbalik.
"Aku tidak akan membuka pintu ini sebelum esok," Ucap Alex dengan seringai jahat, sedangkan Maria ? dia hanya menonton sambil mengatupkan kedua tangannya. Wanita jahat itu benar-benar tidak peduli
CKELAK. Pintu ruang bawah tanah sudah ditutup, menyisakan Anna didalamnya.
Anna menatap nanar kearah cermin. Entah sudah keberapa kalinya dia menghadapi situasi mengerikan seperti ini.
"You are die," Sebuah suara terdengar. Pelan tapi menyeramkan. Suara yang berasal dari cermin besar dibelakang Anna.