Chereads / Aku Percaya Padamu... Ups, Bercanda! / Chapter 30 - Bagaimana Kamu Bisa Tertidur?

Chapter 30 - Bagaimana Kamu Bisa Tertidur?

Pak Endang adalah orang kepercayaan wanita tua itu, dan dia secara alami mengetahui penyakit aneh tuan mudanya. Pada saat ini, dia juga sangat terkejut, "Nyonya, ini ..."

Wajah wanita tua itu penuh dengan keterkejutan, dia melambatkan jalannya dan dengan hati-hati berjalan ke arah mereka berdua.

Melihat sang nenek itu datang, Hani tanpa sadar ingin bangun, tapi karena Johan, dia tidak bisa berdiri sendiri, "Nenek ..."

Wanita tua itu memandang cucunya yang masih tidak responsif setelah dia mendekat. "Hani... Johan ..."

Hani takut Johan akan bangun. Tentu saja dia tidak berani membangunkannya sekarang. Pada saat ini, dia melihat wanita tua itu datang, dan kemudian dengan lembut mendorong orang di sebelahnya. Johan, bangunlah ... "

Lelaki yang sedang tidur di dekatnya tiba-tiba bergerak, dan alisnya yang tampan tiba-tiba berkerut. Tidur tenangnya terganggu dan dia tampak sangat tidak puas.

Nyonya tua itu menatap wajah cucunya yang sedang tidur. Butuh waktu lama untuk kembali sadar karena dia begitu bersemangat, "Jangan... Hani, jangan bangunkan dia, biarkan dia tidur sebentar! Anak ini biasanya tidur terlalu sedikit. ... "

Johan mengerutkan kening, dan Hani sudah gemetar ketakutan. Dia tidak ingin membangunkan iblis besar itu, tapi dia lega saat mendengarnya, dan tanpa sadar menyentuhnya dengan tangan kecilnya seperti terakhir kali. Dia menyentuh rambut Johan dan menenangkannya, dan berkata dengan suara yang sangat lembut, "Apakah ada selimut? Kalau dia tidur seperti ini, aku khawatir dia akan masuk angin."

"Ada beberapa selimut dekat sini, ambilkan," Wanita tua itu buru-buru menyuruh pelayannya.

"Baik, Nyonya."

Pak Endang dengan cepat kembali sambil membawa selimut wol abu-abu lembut.

"Terima kasih, Pak Endang!" Hani mengambil selimutnya, lalu menutupi tubuh Johan.

Karena kenyamanannya, alis Johan sekarang rileks lagi, dan dia tertidur lagi.

Wanita tua itu mengedipkan mata pada Hani karena takut mengganggu cucunya, lalu diam-diam pergi bersama pengurus rumah tangga.

Nyonya tua itu tidak pergi jauh sama sekali, selama Johan tertidur, dia berdiri di sana sambil melihat wajah cucunya yang sedang tidur, matanya memerah.

"Endang, panggilkan Billy dan Dokter Siswanto!"

"Baik, Nyonya." Endang segera memberikan perintah untuk memanggil kedua orang itu.

Dokter Siswanto dan Billy sama-sama berada di rumah tua itu. Setelah dipanggil, mereka segera mengikuti pengurus rumah tangga Endang ke halaman.

"Nyonya, apakah Anda membutuhkan saya?" Dokter Siswanto sedikit bingung. Bukankah wanita tua itu seharusnya menjamu calon cucu menantunya saat ini? Kenapa dia memanggilnya?

Billy di sampingnya juga tampak bingung.

Wajah wanita tua itu menatap mereka dengan serius, "Sebelum ini kamu bilang padaku kalau situasi tuan muda kesembilan belakangan ini sangat buruk, dengan tingkat kegagalan hipnosis yang tinggi dan seringkali tidak tidur selama beberapa hari, bukan?"

Mengingat ini, wajah Dokter Siswanto sedikit enggan dan mengangguk "Ya."

Wanita tua itu menunjuk ke arah yang tidak jauh, "Kalau begitu katakan padaku, apa yang terjadi sekarang?"

Dokter Siswanto tampak bingung. Dia ikut melihat ke arah yang ditunjuk wanita tua itu, dan dia melihat Johan benar-benar bersandar pada Hani, tidur nyenyak.

Dokter Siswanto tiba-tiba tertegun, "Ini ..."

"Aku hanya pergi kesana untuk memastikan Johan memang tertidur, dan aku terus melihatnya dari sini. Dia sudah tidur selama setengah jam." kata wanita tua itu.

Dokter Siswanto bahkan lebih terkejut saat mendengar itu, Johan benar-benar tertidur tanpa hipnotisnya?

Billy di sampingnya juga terkejut.

"Bagaimana Tuan Muda Kesembilan bisa tertidur?" Dokter Siswanto bertanya dengan nada mendesak.

**

Wanita tua itu memandang ke arah cucunya dan berkata sambil berpikir dalam, "Aku juga tidak tahu ini. Setelah makan malam, aku meminta Johan untuk membawa Hani berkeliling taman. Mengingat mereka cukup lama tidak kembali, maka aku pergi mencari keduanya. Aku melihat Johan tertidur sambil bersandar di bahu Hani. Sangat jarang aku bisa melihat Johan tertidur, jadi aku meminta Hani untuk tidak membangunkannya dan membiarkannya tidur sebentar."

Dokter Siswanto mengerutkan kening," Kenapa ini bisa terjadi? Aku sudah tinggal lama di rumah Johan. Tapi dia tidak pernah bisa tidur secara alami, ini pertama kalinya aku melihatnya!"

Kalau bukan karena ini, dia tidak akan sakit kepala seperti itu.

Pada saat ini, Billy mencoba mengingat, dan matanya berbinar lalu dia buru-buru berkata, "Tidak, ini bukan ... Sebenarnya ini bukan pertama kalinya!"

"Bukan pertama kalinya? Apa maksudmu?" Dokter Siswanto dan sang nenek sama-sama menoleh memandang Billy.

Billy mengingatnya dengan jelas, dan kemudian menjawab, "Aku ingat bahwa di suatu malam, tuan muda juga pernah tertidur dalam situasi seperti ini!"

"Situasi seperti apa, bisakah kamu lebih spesifik?" Dokter Siswanto bertanya.

Billy menghilangkan fakta bahwa Hani berusaha melarikan diri dan Johan tidak tidur selama beberapa hari karenanya, dan dia hanya menjelaskan, "Saat itu, tuan muda Johan sedang bersama Nona Hani. Di rumah, di sofa ruang tamu, tuan muda menggendong Nona Hani. Dia bilang kalau dia tidur semalaman… "

"Sepanjang malam?"

" Ya, saya juga terkejut saat itu, jadi saya benar-benar teringat dengan waktu itu secara khusus. Tuan muda Johan mulai tidur pukul sepuluh malam, dan baru bangun pukul enam pagi. Delapan jam!" jawab Billy.

Dokter Siswanto mengernyitkan alisnya, "Kenapa kamu tidak memberitahuku tentang hal yang begitu penting?"

Billy terlihat polos, "Ini… Pada saat itu, tuan mudah Johan tidak tidur selama beberapa hari. Kupikir dia terlalu lelah dan akhirnya tertidur. Lagipula, kukira tuan muda sudah memberitahumu sendiri ... "

Dokter Siswanto menarik napas dalam-dalam dan mencubit alisnya. Kalau memang begitu, seharusnya tuan muda mengambil inisiatif untuk memberitahunya bahwa dia sudah tidur.

"Ada lagi? Ada lagi? Ceritakan semuanya!"

Billy memikirkannya dengan hati-hati, dan ternyata memang begitu!

"Sepertinya ada waktu lain, tapi saya tidak yakin tentang waktu itu…" Billy ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Malam sebelum tuan muda Johan datang ke sini untuk kunjungan rutin, hari itu tuan muda Johan tidak kembali ke rumah sampai dini hari. Sebenarnya itu karena dia pergi ke asrama sekolah untuk mencari Nona Hani di malam hari."

"Saya menunggunya di dalam mobil dan menunggunya lebih dari enam jam sebelum dia kembali. Saat itu, saya pikir tuan muda terlihat lebih baik, seperti baru saja bangun tidur, tapi saya tidak terlalu memperhatikan. Sekarang setelah saya memikirkannya, mungkinkah tuan muda Johan tidur dengan Nona Hani selama lebih dari enam jam?"

Dokter Siswanto berpikir dalam diam sejenak, "Kalau tebakanmu itu benar, maka tiga peristiwa itu memiliki satu kesamaan, yakni kehadiran Nona Hani, benar?"

Billy mengangguk, "Sepertinya memang begitu."

Setelah mendengarkan ini untuk waktu yang lama, wanita tua itu mengerti, ekspresinya tampak bersemangat. Lalu dia berkata, "Ini berarti Johan akan lebih mudah tertidur ketika ada Hani di sekitarnya? Kalau memang ini masalahnya, ini justru bagus sekali!"

Dokter Siswanto berkata dengan hati-hati, "Nyonya, jangan terlalu bersemangat dulu. Pertama-tama, sebaiknya kita mengamati lagi. Tuan Muda Kesembilan dan Nona Hani sudah saling kenal selama hampir dua tahun, tapi ini tidak terjadi dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, melainkan hanya tiga kali pertemuan terakhir."

Wanita tua itu sedikit terkejut ketika dia mendengar kata-kata itu dan menoleh ke arah Billy. Dia membuka mulutnya dan berkata, "Billy, kamu bersama Johan setiap hari. Perhatikan lebih banyak selama ini untuk melihat apa yang terjadi."

"Baik, Nyonya. Saya mengerti," jawab Billy dengan patuh.