Chereads / QUERENCIA / Chapter 4 - Chapter 3 // Pahlawan Kesiangan

Chapter 4 - Chapter 3 // Pahlawan Kesiangan

"Cih sial" makinya pada dirinya..

Sekarang sudah menunjukkan pukul 07.15 Artelia kesiangan bangun. Semalam ia menghibur dirinya dengan maraton film sampai shubuh dan baru tidur setelah sholat shubuh. Artelia berlari menuruni tangga menuju gerbang rumahnya menunggu taxi online yang di pesannya dan bergegas berangkat.

"Bego banget gue, udah tau besoknya sekolah gue malah maraton film. Sial" kesalnya sendiri.

Sesampainya di sekolah, Artelia turun dari taxi tak lupa ia membayar dahulu. Ia berlari mendekati gerbang namun sayang gerbang sudah di tutup sejak 30 menit yang lalu.

"Pak tolong bukain dong pak" melasnya pada satpam penjaga gerbang.

"Sudah jam berapa ini? Kamu sudah telat! Kamu tidak bisa masuk!" tegas pak satpam..

"Ayolah pak bukain. Nanti saya kasih ini deh" rayu Artelia sambil mendekatkan 2 jarinya di ujung bibirnya.

"Kamu mau nyogok saya?! Tidak bisa!" tegasnya lagi sambil berlalu meninggalkan tempatnya..

"Percuma lo nyogok pak Jono, dia gak bakal bisa di sogok." kata cowok di belakang Artelia.

Artelia membalikkan badannya. Melihat cowok di depannya sekarang. Cowok dengan tas rangkel di bahu kirinya, kemeja putih di keluarkan dan kancingnya di buka semua menampilkan kaos hitam sebagai dalemannya. Beberapa saat Artelia mengagumi makhluk ciptaan Tuhan di depannya sekarang ini. Namun ia tersadar bahwa saat ia telat masuk sekolah. Udah telat bengong lagi hadeh sadar Artelia

"Pak Jono?" tanya Artelia bingung.

"Lo sekolah disini udah berapa lama sih? Nama satpam SMA Galaksi gak tau. Cih" sindir Yosi.

Ya, dia Yosi Pradana. Kedua kalinya mereka bertemu. Tanpa adanya kesengajaan.

"Gue murid baru. Baru masuk kemaren."

"Oh pantes" kata Yosi dengar seringainya. "Ikut gue!"

"E-eh kemana? Jangan macem-macem lho!" tanya Artelia. Ingin rasanya dia memelintir tangan yang sedang menariknya itu, namun ia harus menjadi cewek feminim untuk sekarang. Maklum murid baru harus jaga sikap dulu, pikirnya.

Artelia di bawa ke warung belakang SMA Galaksi. Disana banyak anak cowok yang nongkrong.. Artelia melihatnya bergidik ngeri namun ia dapat menetralkan ekspresinya..

"Ngapain kesini?" tanya Artelia memberanikan diri.

"Lo baru bisa masuk sekolah jam 09.00. Jam segini guru piket masih muter-muter nyari mangsa. Nanti lo masuk lewat pintu belakang. Mending lo sarapan dulu disini sambil nunggu kesempatan. Gue laper belum sarapan. Lo tenang aja. Mereka gak gigit kok." balas Yosi enteng sambil berjalan menuju warung.

Artelia mengekor di belakang Yosi.

"Wadaw wadaw piuwit ada cewek cantik nih." goda Tomy mendekati Artelia.

Artelia masih mengekor di belakang Yosi, menghiraukan Tomy yang menggodanya.

"Yah Tom, lo dicuekin hahaha" ledek salah satu temannya.

"Sini neng duduk sama yayang Tomy" kata Tomy sambil menarik tangan Artelia.

"E-eh apa-apaan ini?" kejut Artelia memberontak berusaha melepaskan cengkraman tangan Tomy. Namun cengkraman itu sangat kuat..

"Lepasin tangan lo dari dia!" tegas Yosi tanpa menoleh.

Tomy membeku saat mendengar suara tegas Yosi. Dan perlahan melepas cengkramannya. Entah kenapa aura yang dimiliki Yosi sangat kuat sehingga orang yang mendengar perintahnya langsung tunduk padanya.

"Jangan sentuh dia!" peringat Yosi.

"E-eh sorry bos. Gue gak bermaksud. Gue cuma mau ngajak dia duduk bareng karena semua udah penuh." bela Tomy.

Yosi tak menanggapi, ia telah memesan makanan. Dan menarik tangan Artelia mencari tempat yang cocok untuknya duduk. Meskipun meja sudah penuh semua. Yosi berjalan menuju meja tengah yang terdapat beberapa orang disana. Yosi memberi isyarat dan mereka pindah meja dengan Tomy. Yosi duduk di meja itu. Artelia yang masih belum paham akan situasi masih berdiri di tempatnya.

"Lo mau berdiri terus disitu? Duduk!" perintah Yosi.

Artelia sadar dari lamunannya dan duduk di depan Yosi.. Tak lama makanan mereka datang.

"Makan! Gue tau lo laper" katanya sambil makan.

Perut Artelia kruyuk kruyuk semalam ia tak ikut makan malam dan paginya tak sarapan karena kesiangan.. Gapapa kali ya makan sekarang. Mumpung di beliin. Emang di beliin kah? Gunamnya

"Iya gue traktir. Mumpung lagi baik hari ini." kata Yosi menjawab gunamannya.

"Cenayang ya lo" selidik Artelia.

"Gue denger lo ngomong apaan brusan. Ngedumel gitu ngomongnya"

Artelia jadi keki, salah tingkah lalu memakan makanan itu.

===========//=============//========//=========//=========

"Udah masuk jam kedua kok Artelia belum datang sih?" tanya Riska pada Beni dan Doni.

"Telat kali. Lagi di hukum" jawab Beni enteng. Doni hanya mengangguk mengiyain.

"Lah lo sendiri tumben gak telat. Biasanya juga lo telat tiap hari" sindir Riska.

"Keajaiban dunia nih gue gak telat hari ini." kata Beni bangga.

Riska mengirim pesan ke Artelia.

Riska Angella : Lo dimana?

Artelia Quenella :Belakang sekolah

Riska Angell :Ngapain?

Artelia Quenella : Sarapan, gue telat. Terus ketemu Yosi dan diajakin sarapan

Riska Angella : Ha? Seius lo?

Tak ada balasan dari Artelia. Riska hanya menduga-duga apa yang terjadi dengan Artelia. Namun tak menyangka bahwa Artelia bertemu Yosi.

===========//=============//========//=========//=========

Di Lapangan ramai akan orang-orang. Seperti ada pertunjukan. Kerumunan itu menarik perhatian Artelia yang sedang berjalan di lorong. Niatnya dia ingin ke toilet. Namun langkah kakinya berbelok ke lapangan dan menonton. Disana sudah terlihat Yosi sedang menghajar salah satu murid. Tak ada satu orangpun yang mengetahui permasalahan mereka. Artelia yang bosan menonton bukannya melangkah pergi malah mendekati dua cowok itu.. Yosi yang menduduki sang lawan yang sudah tak berdaya di bawahnya.. Yosi akan melayangkan pukulannya. Namun tangannya tak bisa di gerakkan seakan ada yang menahannya. Yosi menoleh dan di dapati Artelia disana.

"Lepasin!" perintah Yosi.

"Gila ya lo, lawan lo udah gak berdaya kayak gitu masih aja lo hajar!" maki Artelia.

"Bukan urusan lo!" tegas Yosi sambil berdiri dan menghempaskan tangan Artelia.

"Mau jadi sok pahlawan lo?! Nolongin di cupu ini" geram Yosi.

"Gue emang gak tau masalah lo berdua apaan tapi lo gak liat apa si Beni , lawan lo udah gak berdaya!" tegas Artelia.

Artelia menyadari banyak tatapan yang mengarah ke arah mereka. Yosi tak mendengarkan omongan Artelia. Ia mencengkram kemeja cowok yang notabene adalah Beni, teman sekelas Artelia. Yosi akan melayangkan pukulan lagi. Namun tangannya berhenti tepat di depan wajah Beni karena ada tangan lain yang menahan tangan Yosi. Tangan Yosi di cengkram oleh Artelia dan di hempaskan. Cengkraman pada kemeja Beni juga sudah terlepas.

"Apa apaan sih lo? Untung lo cewek!" geram Yosi sambil menunjuk wajah Artelia dengan telunjuknya.

"Kalo gue cewek emang kenapa?! Masalah buat lo?! Hah?!" tantang Artelia.

"Gue tak mau ngelawan cewek!" balas Yosi sambil berlalu.

"CUPU LO!" teriak Artelia.

Yosi berhenti dan memutar balik langkahnya.

"Apa lo bilang?!"

"C.U.P.U!" jawab Artelia penuh penekanan.

"Gue gak cupu! Di kamus hidup gue, pantang ngelawan cewek! Ngerti lo?!" tegas Yosi.

Artelia tak menanggapi Yosi, ia lebih memilih membawa Beni ke UKS untuk di obati. Yosi yang merasa omongannya dicuekin makin geram dengan Artelia.

"SOK PAHLAWAN LO! AWAS AJA LO TUNGGU PEMBALASAN GUE!" teriak Yosi