Chereads / Aletta Aurellia Grail / Chapter 3 - 1. Pertama Kali?

Chapter 3 - 1. Pertama Kali?

"Untuk kali pertamanya, gua terdiam karena seorang lelaki."

"Letta sini, cepetan!" panggil Kaila untuk sejuta kalinya, dari awal Letta sampai di kelas, Kaila tak berhenti-henti memanggilnya untuk keluar dari kelas. Orang yang di panggil tetap berpegang teguh untuk terus menyandarkan tubuhnya pada bangku miliknya.

"Aletta sini deh!" panggil Kaila lagi, hingga akhirnya Letta mengeluarkan suara, menjawab panggilan dari Kaila, sahabatnya.

"Apa sih!?" kesal Letta mendengar teriakan Kaila. Letta tetap menyandarkan tubuhnya pada bangku itu tanpa melihat ke arah Kaila yang sangat sibuk meneriakinya dari balkon kelas.

"Let! Sini deh, please." Kini Rena juga ikut-ikutan meneriaki Letta.

"Jangan nyandar-nyender terus, nanti jodoh lo brewokan baru tau." Rena berlari mendekati bangku Letta dan menarik lengan Letta menuju balkon kelas. Dengan langkah sembrono, Letta mengikuti tarikan Rena.

"Ngapain sih!?" kesal Letta.

"Sini deh!"

"Gak! Gak mau!" tolak Letta mentah-mentah melihat kerumunan siswi-siswi yang memadati balkon kelas di sekitar lorong kelas XI.

"Gak ada penolakan!" Rena menguatkan pegangannya pada lengan Letta. Letta pun terpaksa mengikuti tarikan tersebut.

Badan Letta meliuk-liuk berusaha mengikuti tangan Rena yang menariknya, hingga sampai pada barisan paling depan.

"Udah!? Terus, apa yang mau dilihat?" Letta mengedarkan pandangannya, berusaha mencari apa yang tengah di pandang semua siswi lainnya, sampai mau berkerumun seperti itu.

"Itu..itu.." Tunjuk Kaila, Letta menuntun bola matanya mengikuti arah jari Kaila yang menunjuk ke arah gerbang sekolah.

"Aaa...." Seluruh siswi yang berada di balkon tersebut berteriak histeris, Letta yang tak mau gendang telinganya pecah, segera menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangannya dengan sangat rapat.

Letta belum sempat melihat sosok yang diteriaki itu, ia membalikkan badannya, tak kuat dengan teriakan siswi disekitarnya. Sungguh tidak baik untuk kesehatan gendang telinga.

"PARJO!! LO NGAPAIN SEBLENG?" tanya Letta setengah berteriak, melihat Parjo diantara siswi-siswi yang berkerumun. Parjo juga ikut berteriak, tak kalah dengan suara siswi lainnya.

"Itu ganteng banget!" seru Parjo kesenangan dan berloncat-loncat.

"Nge-lag ni otak lo!" ujar Letta segera meninggalkan Parjo dengan otaknya yang nge-lag.

~Aletta~

"Let, nyesal dah lo karena ga liat mereka."

"Siapa?" tanya Letta mengalihkan pandangannya dari buk Soraya yang tengah menjelaskan pelajaran.

"Itu, kakak kelas yang baru loh." Cerita Kaila sedikit berbisik di sela-sela penjelasan buk Soraya.

"Bodo lah." Balas Letta seperti tak tertarik sama sekali dengan topik perbincangan Kaila. Ia kembali lagi fokus pada buk Soraya yang masih menjelaskan di depan whiteboard.

"Ihh lo! mati rasa lo ya?" Kesal dengan sikap cuek Letta, Kaila memberi sedikit cubitan kecil pada lengan tangan Letta.

"Aw!! Sakit!" Letta terlonjak kaget, dan berteriak cukup keras. Membuat seluruh pandangan murid dan buk Soraya tertuju pada Letta dan Kaila yang duduk satu bangku.

Buk Soraya menatap tajam ke arah Letta dan Kaila, sepertinya buk Soraya marah pada mereka, karena mengganggu aktivitas belajar-mengajar di kelas.

"Letta! Kaila!" seru buk Soraya, Letta yang sedari tadi mengelus-elus lengan tangannya, kini mengarahkan pandangan pada buk Soraya, begitu juga dengan Kaila.

Disisi lain, Rena mencoba untuk menahan tawanya yang hampir pecah melihat kedua sahabatnya itu. Memang, Letta dan Kaila tak bisa bila lama-lama dibiarkan berdua, dunia akan hancur seketika melihat perdebatan mereka. Tetapi, itu juga yang membuat tali persahabatan mereka sangat erat.

"Letta! Kaila! Lari 5 kali lapangan basket. SEKARANG!" pinta buk Soraya dengan penekanan di akhir kalimatnya, sembari menunjuk ke arah pintu keluar dari kelas tersebut.

Letta mengalihkan pandangannya melihat ke arah Kaila seperti meminta persetujuan, Kaila mengedikkan bahu seperti sangat pasrah dengan keadaan.

"Cepat!" tambah buk Soraya, Letta mengiyakan dan berjalan keluar kelas dibuntuti oleh Kaila.

"Bukan teman gua." Batin Rena masih berusaha menahan tawanya.

Setibanya Letta dan Kaila di lapangan basket, seluruh mata siswa-siswi yang sedang mengikuti pelajaran Penjasorkes mengarah pada Letta. Bagaimana pun, baru kali ini Letta dihukum. Letta tetap berjalan santai, tak mempedulikan apa yang mereka bicarakan tentang dirinya.

"Let.." Panggil Kaila, Letta membalikkan badannya melihat Kaila yang telah berhenti melangkahkan kakinya.

"Kenapa?"

"Lo yakin mau lari?" Kaila mengerutkan keningnya.

"Emang kenapa?"

Kaila mengacungkan dagunya, mengarah pada lapangan basket yang baru saja dimasuki kakak kelas laki-laki untuk memulai permainan basket, sudah lengkap juga dengan pakaian olahraga yang berlogokan SMA Nusa Bangsa.

Letta menuntun bola matanya mengarah pada lapangan basket. Memang benar, lapangan basket itu sudah cukup ramai dengan para kakak kelas laki-laki yang baru saja berdatangan, dan salah satu dari mereka menenteng bola basket.

"Terus? Lo takut sama tu kakak kelas?"

"Bukan geblek, sama bola basketnya gua takut."

"Udah, tenang aja. Ga akan kena kok." Balas Letta membalikkan badannya melihat lagi ke arah Kaila.

Bruk!!

Senjata makan tuan, kepala Letta tak sengaja terkena lemparan bola basket. Membuat Letta langsung terduduk di lapangan tersebut, dan secara spontan memegang kepalanya yang terkena bola basket.

"Udah, copot pala gua, copot." Ringis Letta berusaha menahan sakit di kepalanya.

"Let!!" Kaila menjongkok menyamai posisinya dengan Letta yang terduduk lemah di lapangan basket.

"Maaf, gua gak sengaja." Ucap sesosok kakak kelas laki-laki yang telah berdiri tepat di belakang pundak Letta, Letta yang masih merasa kesakitan tidak memperdulikan sosok tersebut.

"Eh, i--ya kak, ga-pa-pa." Balas Kaila terbata-bata, ia sangat terpesona dengan sosok kakak kelas itu, hingga membuat matanya tak berkedip sedetik pun menatap kakak kelas tersebut.

"Dia gapapa?" tanya kakak kelas tersebut pada  Kaila yang notabenenya sebagai sahabat Letta.

"Kai, kepala gua masih ada kan? Ga copot?" Letta meraba-raba kepalanya, seperti sedang memastikan kepalanya masih berada di tempat seharusnya.

"Kai!!"

"Kaila!!"

Kaila masih terdiam menatap ke arah kakak kelas tersebut, sehingga membuat Letta merasa tak di acuhkan.

"Woi!" Letta spontan menyentil tangan Kaila, membuat Kaila kembali ke alam sadarnya.

"Eh, apaan?" kesal Kaila, padahal dia tengah berhalu dengan melihat wajah kakak kelas tersebut.

Letta segera berdiri dari duduknya, membalikkan badannya melihat ke arah kakak kelas yang membuat Kaila tak mengacuhkannya.

"Eh, jadi lo yang lempar bola basket ke kapala gua!?" teriak Letta dengan suara cukup nyaring.

"Ga sengaja." Balas kakak kelas tersebut dengan santai, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Minta maaf lo!" bentak Letta lagi.

Kaila yang sadar akan terjadi keributan antara Letta dan kakak kelas tersebut segera berdiri dan menegahi perdebatan mereka.

"Let, udah." Kaila mencoba menengahi.

"Lagi pula lo kan sehat-sehat aja." Kakak kelas tersebut memegang kepala Letta, seperti sedang memastikan kepala Letta tak terluka.

"Kalau kepala gua copot gimana!?" Letta menepis tangan tersebut.

"Itu kan ga copot, jadi sans aja!" kakak kelas itu mengedikkan bahunya, tetap bersikeras tak mau meminta maaf.

"Lo, otak lo ada ga sih?"

"Ada kok, nih bongkar aja kepala gua." Kakak kelas tersebut mendongkakkan kepalanya ke arah Letta.

"Lo gua sambit lama--"

"Galen! Bolanya mana?" teriak salah satu dari kakak kelas lainnya yang berada di lapangan basket, membuat Letta tak bisa menyelesaikan ucapannya.

"Bye!" ucap kakak kelas tersebut, mengelus puncak kepala Letta, seperti seorang lelaki sedang menjaga gadisnya.

Padahal Letta sangat kesal dengan kakak kelas tersebut, em... sepertinya bukan hanya kesal. Terkejut juga dirasakan Letta, seumur hidupnya baru kali ini ada lelaki yang berani melakukan hal itu terhadap dirinya selain kedua kakaknya dan papanya.

Letta terdiam mematung di tempat, tak bisa melanjutkan ucapannya akibat sentuhan yang sempat mendarat beberapa detik di puncak kepalanya. Letta meraba ke arah kepalanya yang baru saja di pegang oleh kakak kelas tersebut.