Chereads / Akui no Me Rei / Zero / Chapter 5 - Ikari no Bubun : Kuchisake Onna

Chapter 5 - Ikari no Bubun : Kuchisake Onna

"Okaa-san, kenapa banyak orang di rumah?" Tanya Sasuke kecil saat ia melihat banyak sekali orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Pertanyaan itu sontak membuat sang ibu terkejut seraya memeluk Sasuke dan adiknya yang sedang berdiri di sampingnya. "Sasuke-oniitan, Yuuka tidak melihat siapapun disini. Cuma ada Yuuka, Sasuke-oniitan, dan Okaa-chan....." Ucap Yukari seraya menelengkan kepalanya.

"Are....? Yuuka-chan, Onii-san tidak bohong, disini banyak sekali orang," Sasuke tidak mau kalah seraya mencoba menunjuk ke salah satu orang yang dia lihat. Akan tetapi, Mitsuki sang ibu menahan tangan Sasuke dengan lembut seraya menggeleng. "Sasuke-kun, jangan menunjuk sembarangan, itu tidak sopan," jelas Mitsuki seraya tersenyum, meski terdapat maksud lain dibalik senyuman itu.

"Demo, dou shite, Okaa-san? (Tapi, kenapa, ibu?)" Sasuke kembali bertanya dengan nada penasaran. "Karena itu tidak sopan, baka-oniitan! (Kakak bodoh!) Yuuka benar kan, Okaa-chan?" Yukari ikut bertanya seraya menggembungkan pipinya imut. "Iya, Yuuka-chan benar kok. Tapi, jangan memanggil Sasuke-oniisan dengan sebutan bodoh, itu tidak sopan, putriku~" Mitsuki berkata dengan nada lembut.

Yukari terkikik karena malu, senyumnya melebar seraya balas memeluk sang ibu dengan erat. Lain halnya dengan Sasuke yang malah menatap ke sekeliling ruang keluarga rumahnya. Orang-orang yang tadinya sibuk dengan urusan mereka masing-masing kini menatap tajam kearah Sasuke, diikuti senyuman mengerikan dan beberapa tawa cekikikan yang terdengar janggal bagi Sasuke.

~AnM: Rei~

"Danna-sama, sepertinya ramalan pak tua bau tanah itu benar-benar terjadi....." Ujar Mitsuki pada Reza yang baru saja kembali setelah bekerja seharian. "Mengenai....mata jahat itu?" Reza bertanya dengan ragu seraya menatap Mitsuki. "Hari ini..... Kelihatannya Sasuke melihat seisi roh penghuni rumah ini," ujar Mitsuki tanpa menjawab pertanyaan Reza.

"Seberapa jelas dia melihat mereka?" Tanya Reza lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Kelihatannya dia melihat mereka semua, Danna-sama, karena dari aura yang kurasakan tadi, mereka mengarahkan niat membunuh yang mereka miliki pada Sasuke," jawab Mitsuki seraya menggigit jarinya. Reza terperangah saat mendengar perkataan Mitsuki, lalu menghela nafas dalam-dalam.

"Mitsuki-chan..... Maksudku Tsuki," Reza menjeda kalimatnya saat Mitsuki memberinya glare saat ia memanggil Mitsuki tanpa nickname khusus. "....Begini, Tsuki.... Sepertinya kita memang harus memberinya arahan agar tidak menghiraukan makhluk-makhluk semacam itu. Kita tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan oleh pewaris dari Akui no Me, jadi kita harus sangat berhati-hati," ujar Reza memperingatkan Mitsuki.

"Aku setuju dengan anda, Danna-sama, tapi bagaimana cara kita memberitahunya? Dia baru berumur 4 tahun," ucap Mitsuki dengan wajah bingung. "Mungkin..... Meminta Otou-sama melatihnya untuk mengabaikan mereka?" Tanya Reza yang tak kalah bingung.

Sejenak kekesalan berkumpul di dalam dada Mitsuki, lalu dilampiaskannya dengan cara memukul meja. "Danna-sama... Anda tidak berpikir menyerahkan putra tertua KITA pada si tua bangka itu supaya anak KITA bisa menjadi orang tak berperasaan sepertinya? Apa anda berkeinginan tidur di sofa depan malam ini?" Tanya Mitsuki dengan nada manis sambil memegang sebuah pisau dapur.

"Ti...tidak, tentu saja tidak, Mitsuki-san, ahahaha..... Bodohnya aku malah memikirkan hal seperti itu," ucap Reza kaku seraya menatap takut pada istrinya. "Bagus, karena kalau anda benar-benar berencana untuk mengirim Sasuke padanya, anda mungkin tidak akan bisa menggunakan 'SENJATA' milik anda lagi," ancam Mitsuki seraya mengelus pisau di tangannya.

"Tapi, Tsuki..... Kita benar-benar harus memikirkan cara agar Sasuke tidak lagi menghiraukan mereka dan bisa hidup normal," ujar sang kepala keluarga itu. Mitsuki hanya menghela nafas seraya menatap kearah suaminya, lalu berkata, "Bagaimana kalau kita minta bantuan pada orang lain untuk masalah ini, Danna-sama?"

"Apa kamu memiliki kenalan yang biasa mengurusi hal-hal semacam ini, Tsuki?" Tanya Reza seraya menatap Mitsuki. "Ya, aku punya banyak kenalan seperti itu disini, meski aku tidak yakin kalau mereka bisa membeli solusi permanen bagi Sasuke," Mitsuki menjawab dengan ragu seraya memalingkan muka.

Keduanya lalu berusaha memutar otak mereka, mencoba mencari solusi atas masalah yang menimpa putra sulung mereka. Saling beri ide, beradu argumen, hingga bercanda tawa antar suami-istri terjadi dalam pembicaraan itu. Mereka tidaklah menyerah dalam mencari jawaban, meski setiap solusi yang mereka temukan hanya akan menimbulkan efek sementara saja.

"Sepertinya, kita harus menunda dulu masalah kali ini, Tsuki, karena ini bukanlah masalah yang bisa dipecahkan oleh orang awam sepertiku," ujar Reza seraya berdiri dari kursinya diikuti Mitsuki. "Ya, anda benar, Danna-sama. Memang sangat sulit untuk memecahkan masalah yang berada di luar kemampuan kita," Mitsuki berkata dengan nada lemas karena gagal menemukan solusi.

~AnM: Rei~

"Sasuke, Yukari, apa kalian mau ikut Otou-san ke pasar?" Tanya Reza pada kedua anaknya yang tengah duduk di depan TV sembari menonton acara kartun. "Benarkah? Otou-chan serius? Asik!" Ucap Yukari seraya menatap ayahnya dengan tatapan ceria. "Aku juga mau ikut! Aku akan membantu Otou-san untuk membawa belanjaan hari ini," Sasuke menimpali.

Sebuah senyuman terkembang di bibir Reza begitu mendengar perkataan kedua anaknya. Si kembar beda gender itu dengan ceria berlari mendekat kearah ayah mereka, dan menubruknya sebelum memberikannya pelukan hangat. Reza pun membalas pelukan si kembar dengan erat, sebelum ketiganya tertawa sembari sedikit bermain-main di atas tatami. (tikar Jepang yang terbuat dari jerami yang dianyam)

"Wah, kelihatannya kalian sedang bersenang-senang, apa Okaa-san boleh ikut?" Ucap sebuah suara dari arah pintu ruang keluarga. Trio ayah dan anak itu langsung saja menoleh kearah pintu, dan menemukan sang ibu yang sedang berkacak pinggang seraya tersenyum. "Okaa-chaaaaannnn....." "Okaa-saaaaannnn...." Teriak si kembar ceria seraya berlari dan merentangkan tangan-tangan kecil mereka kearah sang ibu.

Melihat anak-anaknya berlari dengan penuh semangat membuat Mitsuki mau tak mau tersenyum seraya duduk bersimpuh dan menyambut pelukan dari si kembar. Mitsuki mencium pipi si kembar satu persatu, lalu ketiganya tertawa lepas seraya berpelukan. "Ne ne, Okaa-chan, tadi Okaa-chan pergi kemana?" Tanya Yukari seraya menatap Mitsuki dengan mata berbinar ceria.

"Okaa-san hanya sedang menjemur pakaian tadi. Kalau Yuuka-chan dan Sasuke-kun?" Mitsuki balik bertanya sambil mencolek pipi gembul Yukari. "Otou-san mengajak kami untuk pergi ke pasar bersamanya hari ini, Okaa-san!" Jawab Sasuke seraya mengeluarkan cengiran. Mendengar jawaban Sasuke membuat Mitsuki menatap kearah suaminya, sementara yang ditatap ikut-ikutan nyengir.

Helaan nafas dalam pun terlepas dari mulut Mitsuki, membuat kedua anaknya menatap bingung kearah ibu mereka. "Okaa-chan, daijobu desuka? (Apa ibu baik-baik saja?)" Tanya Yukari sambil menatap ibunya dengan kedua matanya yang bulat dan besar. "Ha'i, daijobu desuyo," Mitsuki menjawab dengan senyuman, meski diam-diam ia memberikan tatapan mematikan pada Reza karena tidak memberitahu tentang rencananya pergi ke pasar hari ini.

~AnM: Rei~

Di suatu tempat yang gelap, berkumpul lah beberapa orang dengan penampilan yang tidak biasa. Beberapa dari mereka tampak memiliki bagian tubuh yang mengerikan, seperti wanita dengan wajah yang ditutupi tulang kepala kuda, atau pria dengan tubuh yang berwujud seperti gabungan antara banteng, singa, dan ular.

"Merlin, apa kau sudah menemui Heika-sama (Yang Mulia) sekali lagi?" Tanya sesosok perempuan dengan rambut putih dan kulit gelap. "Sayangnya belum, Leona, ada sesuatu hal yang menghalangiku untuk bertemu dengan kaisar kita," jawab Merlin seraya berhenti memainkan tongkatnya. "Merlin, kuharap kau bisa berhenti bermain-main, jumlah kita sudah semakin sedikit semenjak kaisar terakhir mati dan meninggalkan keturunan yang tidak berguna," ujar pria dengan kepala seperti banteng dan tubuh bagian bawahnya seperti singa, serta kepala ular sebagai ekornya.

"Bersabarlah, Troy, kali ini para dewa sialan itu tidak akan bisa melawan kaisar kita, karena aku merasakan ada yang berbeda dari kaisar baru kita ini," ujar perempuan dengan wajah tertutup tulang kepala kuda. "La Cëgua benar, Troy, Leona, Goliath. Kita hanya perlu menunggu perkembangan kaisar kita, sementara kita membangkitkan lagi mereka yang tersegel," ujar Merlin seraya berdiri dari kursinya.

"Kau mau kemana, Merlin?" Tanya Goliath, pria berbadan besar yang beberapa bagian tubuhnya adalah batu. "Menemui kaisar muda kita, Goliath. Oh ya, bisakah kalian bangunkan Medusa dan Amano selama aku pergi?" Tanya Merlin dengan senyuman gila terukir di wajahnya.

"Tentu saja, Merlin, akan kubangunkan Medusa dari kematiannya, dan mungkin La Cëgua bisa membangunkan Amanojāku," jawab Troy seraya menenteng sebuah kapak batu dan tameng yang terbuat dari emas. "Ingat, Merlin, waktu kita tidak banyak lagi, sebisa mungkin, jauhkan dia dari para dewa itu," ujar La Cëgua saat melihat Merlin berjalan memasuki sebuah lingkaran cahaya.

Sejenak, wanita bersurai keperakan itu berhenti dan menoleh kearah rekan-rekannya sebelum menunjukkan sebuah senyuman yang tampak berbeda dari sebelumnya. "Asal kalian tahu saja, kaisar kita kali ini lebih kuat dibandingkan Daishinji brengsek itu, karena dia sudah mampu membangunkan kekuatan Amon di usianya sekarang," ucap Merlin sinis sebelum tertawa dan melanjutkan langkahnya.

~AnM: Rei~

Yukari sangat menikmati perjalanannya dengan keluarganya ke pasar. Banyak hal yang bisa dia lihat dan rasakan di pasar, meski tempat itu sangat-sangat ramai sampai terkadang ia harus digendong oleh ayahnya agar tidak tergencet oleh pengunjung lainnya.

Mereka membeli banyak barang dari toko untuk mengisi stok bahan makanan untuk usaha kedai ramen milik ayah mereka, seperti katsubuoshi (semacam ikan kering yang biasa digunakan untuk topping makanan), kombu, mirin, bahkan sampai memesan daging. Hal itu membuat Yukari merasa capek karena mereka harus berkeliling pasar untuk mencari bahan-bahan itu. Tetapi, semua itu terasa sepadan dengan sebuah es krim yang sedang ia nikmati bersama keluarganya sekarang.

"Fuwahhh... Umaī! (Enak!)" Ucap Yukari yang merasa puas dengan es krim rasa stroberi yang dia makan. Di sebelahnya ada Sasuke, kakak kembarnya yang sedang menikmati sebuah es krim rasa vanilla dalam diam, sementara kedua orang tua mereka memilih untuk menikmati es krim buah. "Ne ne, Onii-tan, kenapa Onii-tan diam? Onii-tan tidak suka es krim?" Tanya Yukari setelah menghabiskan es krim miliknya.

"Bukan begitu, Yuuka-chan. Onii-san suka es krimnya kok," jawab Sasuke dengan senyuman lebar. Yukari menatap bingung kearah Sasuke, lalu menoleh kearah es krim yang ada di tangan kakak kembarnya itu. Sasuke tentu saja menyadari arah tatapan Yukari, lalu tersenyum kembali dan menyodorkan es krim di tangan kanannya. "Hora, Yuuka-chan, makanlah es krim punya Onii-san. Onii-san sudah kenyang, hehehehe," ujar Sasuke riang.

"E..eh? Demo, itu kan punya Onii-tan," Yukari berusaha menolak, meski matanya tidak bisa lepas dari es krim di tangan Sasuke. "Sudahlah, tidak apa-apa kok. Onii-san tahu kalau Yuuka-chan masih mau, hehehehe," ucap Sasuke seraya menyerahkan es krimnya ke tangan Yuuka.

"Sudahlah, Yuuka-chan, Sasuke-oniisan sudah bilang tidak apa-apa kan? Lagipula, Onii-san mu itu memang tidak terlalu suka es krim," ucap Mitsuki seraya menepuk pelan kepala putrinya. "Mou..... Baiklah, Yuuka akan makan es krim Onii-tan," Yukari pura-pura merajuk, meski dalam hati dia merasa senang karena mendapatkan es krim dari kakaknya.

"Baiklah, karena hari ini kita sudah selesai belanja, ayo kita pulang," ajak Reza pada keluarga kecilnya. "Ha'i, Otou-san," "Osu! Otou-chan!" Sahut si kembar seraya mengikuti ayah mereka. "Dasar, kalian ini. Tunggu Okaa-san dong, Sasuke, Yukari," ujar Mitsuki seraya menyusul Reza, Sasuke, dan Yukari.

Mereka berjalan menuju ke sebuah tempat dimana mobil Reza terparkir dengan bagasi penuh bahan makanan. Lokasi parkir itu sedikit jauh dari tempat mereka makan es krim tadi, serta melewati beberapa pintu gang yang sepi dan lengang. Sasuke berhenti sejenak saat dia melewati sebuah gang, lalu berjalan mundur dan menoleh kedalam gang itu. Saat itulah, Sasuke merasa menyesal karena telah berhenti dan menengok ke dalam gang.

Di dalam gang itu, dia melihat seorang perempuan dewasa yang mengenakan jubah panjang dan topi lebar. Wajah perempuan itu tidak terlihat karena tertutup sebuah syal yang seolah dililitkan secara khusus untuk menutupi wajah perempuan itu dari hidung hingga ke leher. Mata perempuan itu berwarna kuning cerah, dengan tatapan setajam pisau yang beradu dengan mata hitam Sasuke.

Sejenak, Sasuke merasakan tangan kanannya menjadi ngilu diikuti rasa pedih pada kedua matanya. Rasa takut pun perlahan merasuki punggungnya, ditambah saat ia melihat ada seorang anak tengah duduk di belakang perempuan itu. Wajah anak di belakang perempuan itu memiliki robekan pada mulutnya hingga hampir mencapai telinganya, dan ia tak bergerak sama sekali dengan tatapan mata yang kosong tanpa jejak kehidupan sama sekali.

Sasuke langsung saja berlari kearah kedua orangtuanya, lalu memeluk kaki ibunya yang sedang menggendong Yukari. "Sasuke-kun, ada apa? Kenapa kamu ketakutan begitu?" Tanya Mitsuki saat merasakan tubuh Sasuke bergetar. Akan tetapi, Sasuke hanya menggeleng takut hingga Mitsuki terpaksa harus mengangkat tubuh kecil Sasuke masuk ke mobil.

"Sasuke-oniitan, daijobu?" Tanya Yukari saat Sasuke masih duduk dengan ekspresi ketakutan di sampingnya. "Ha'i..... D..daijobu desu," jawab Sasuke saat ibu mereka memasangkan sabuk pengaman. "Sasuke-kun, apa yang kamu lihat tadi?" Mitsuki bertanya seraya duduk di kursi di sebelah Reza yang mengemudi.

"Bukan apa-apa, Okaa-san..... Okaa-san tidak perlu khawatir," ucap Sasuke seraya tersenyum dan menatap ibunya. Akan tetapi, ekspresi ketakutan itu kembali datang saat Sasuke melihat perempuan bermasker tadi sudah duduk di belakang Yukari lewat kaca spion. Di tangan perempuan itu ada sebuah gunting yang sudah berkarat, dan tangannya yang bebas sudah bergerak untuk meraih kepala Yukari.

Ketakutan Sasuke mendadak berubah menjadi amarah diikuti perubahan pada mata kanannya yang menjadi biru terang, dan mata kirinya menjadi hitam dengan iris berwarna biru elektrik. "JANGAN GANGGU YUUKA-CHAN! PERGI KAU KE NERAKA!" teriak Sasuke seraya menolehkan kepalanya ke belakang dengan marah, membuat perempuan itu terlempar ke belakang.

Mendadak, kaca belakang mobil Reza retak parah seolah habis dihantam sesuatu. Beruntung Reza belum memasukkan perseneling mobilnya karena masih memasang sabuk pengaman sehingga tidak terjadi kecelakaan serius disana. Lalu, tidak lama setelah Sasuke berteriak, terjadi sebuah ledakan kecil di areal pasar, membuat sebuah toko yang ada di sana rata dengan tanah.

つづく