Tito memandang orang yang sedang menatap Si Bodoh itu. Matanya dalam, seolah-olah dia sama dinginnya dengan Tito.
"Kenapa? Apa kamu tidak menyukainya?" Gadis itu menoleh untuk menatapnya.
"Aku menyukainya." Tito berkata terus terang, dan tidak perlu bersembunyi di depan orang pintar.
"Aku mendengar saudara iparku mengatakan bahwa kamu datang ke sini untuk mengurus perjodohan dengan Winona. Seseorang yang tidak pernah berhubungan, tidak akrab, atau bahkan bertemu, bagaimana bisa menikah? Apa kamu ke sini untuk mendekatinya?" Ada senyuman di sudut mulutnya.
"Kamu mau menikahi Winona? Kudengar badanmu tidak begitu sehat?"
"Rumornya memang begitu. Tidak semuanya benar."
"Sepertinya kamu tidak punya pekerjaan formal, bagaimana caramu untuk menafkahi keluargamu nantinya, menggerogoti harta orangtuamu?"
"Ada investasi, ada beberapa pekerjaan, ini hanya masalah fisikku."