Biru mengangkat wajahnya dan melihat pamannya, "Paman, telingamu merah."
"Hei, aku mendengar ayahmu berkata bahwa kamu adalah pemilih makan di rumah dan tidak makan wortel, ya?" Nada suara Tito santai. Dia sedang mengalihkan pembicaraan, tetapi tidak ada yang tahu betapa kencang detak jantungnya saat ini.
Begitu kata "wortel" keluar, wajah Biru langsung muram. Bibirnya mengerucut. Dia berdiri di depan Tito seperti anak kecil yang menyedihkan. Dia tanpa sadar melirik Winona tidak jauh dari sana, seolah dia ingin menemukan seseorang untuk mendukungnya.
Tito melihat melalui pikirannya dan dengan lembut melengkungkan bibirnya, "Tidak ada yang menyukai anak-anak yang pemilih makanan."
Biru berjongkok, "Aku tidak pilih-pilih sama sekali!" Setelah berbicara, dia mendengus dingin pada Tito.
"Oke, aku akan mengajakmu makan wortel nanti siang."