"Kagami Yuya, mungkin anda merasa bingung dengan situasi saat ini tapi aku akan tetap mengatakan ini. Maaf tapi anda telah mati — apa ini sudah benar?
Seorang peria berotot yang nampak kuat mengatakan itu di depanku.
Saat ini aku berada di ruangan yang nampak putih — tidak tapi merah? Dan kenapa tempat ini memiliki bau yang menyengat?
Yah biarlah. Kesampingkan itu, sepertinya aku telah mati.
Aku merasa seperti itu bukan karena peria berotot itu mengatakan "aku telah mati" tapi, aku mengingatnya. Tentang kejadian saat nyawaku melayang.
*****
Ini sangat jarang bagiku untuk pergi keluar rumah. Tapi karena aku sangat dan sangat menginginkan keluaran terbaru dari game galge "Pink memories" yang baru keluar di konsol PZ4, hari itu secara khusus aku memutuskan keluar rumah.
Saat itu panasnya musim panas teramat sangat menyengat terutama di kota-kota yang padat penduduk seperti Akihabara.
Tapi semuanya berjalan lancar. Karena usahaku menahan diri ditengah panas ini aku berhasil mendapat apa yangku mau.
Hanya sampai saat itu tiba...
Saat dalam perjalanan pulang kerumah, saat itu aku melihat seorang gadis yang sedang menyeberang jalan.
Saat itu gadis itu sepertinya tak menyadarinya kalu lampu jalan yang seharusnya berwarna merah telah berubah menjadi hijau.
Aku mencoba meraihnya. Tanpa menghiraukan game yang sangat kuinginkan rusak, aku membuangnya.
Aku mencoba dengan segenap kemampuanku untuk menyelamatkannya.
Mungkin ada yang salah denganku saat itu, mungkin aku sudah gila untuk mencoba menyelamatkan gadis itu tanpa memperhatikan keselamatanku sendiri.
Tapi walaupun begitu aku ingin menyelamatkannya.
Namun sayangnya takdir tak berada di sisiku. Saat itu sebuah truk besar yang melaju dengan cepat tanpa berbelas kasih menabrak kami berdua.
*****
— Lalu saat membuka mataku aku sudah berada di sini.
Jika tempat ini bukanlah rumah sakit berarti tempat ini adalah khayangan.
Seperti kata peria berotot itu...….
" — Aku sepertinya memang telah mati. Kah."
Aku bergumam, lalu melihat kearah peria berotot itu yang nampak bingung…? Kenapa dia terlihat bingung?
Tapi jika tempat ini adalah khayangan apa dia adalah dewa? Dewa yang menentukan kemana perginya aku setelah mati?
Walaupun seperti itu dia tak terlihat seperti seorang dewa. Dia malah terlihat seperti seorang kesatria hentai berotot — tidak. Kesampingkan itu. Bukankah ini momen dimana aku di sambut oleh seorang onee-san berdada besar?
"— Arrrh! Persetan dengan buku panduan ini!"
Saat dalam pikiranku sendiri, peria berotot itu tiba-tiba membuang sebuah buku dengan keras.
Buku itu terjatuh dekat dengan tempatku berdiri. Aku dapat membaca sebuah judul yang tertulis di sampulnya, itu tertulis "cara menyambut seseorang yang telah mati dengan baik dan benar. Edisi terbatas". Eh?
"Baiklah, mari berbicara dengan caraku sendiri."
Apa ia dari tadi merasa bingung karena buku panduan ini?
"Hei kau yang disana!"
"Y-ya?"
"Ini adalah pertama kalinya kita bertemu jadi aku akan memperkenalkan namaku. Takluklah! Bergemetarlah! Berlututlah! Saat ini kau berada di depanku El-drago! Seorang yang dijuluki dewa jahat!"
"Hah?"
★★SAMPAI SEJAUH INI SUDAH SAMPAI SEPEREMPAT CERITA!★★
"— Saat ini kau berada di depanku El-drago! Seorang yang dijuluki dewa jahat!"
"Hah?"
Apa yang ia katakan?
"Dewa… jahat?"
"Ya! Itu benar! Aku adalah dewa jahat yang saat ini telah menjadi penguasa khayangan ini!"
Penguasa khayangan? Tunggu. Tunggu-tunggu! Apa maksudnya? Dia dewa jahat? Terlebih lagi dia menguasai khayangan? Kemana perginya Dewa Dewi penduduk asli khayangan ini? Sebenarnya apa yang terjadi?
"Hm.... Dari ekspresimu sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu, Yuya-kun."
"A-tidak...."
"*Nyengir. Biarku tebak. "A-aa-aaa — A-apa? Dia dewa jahat? Terlebih lagi dia menguasai khayangan? Kemana perginya Dewa Dewi penduduk asli khayangan ini? Sebenarnya apa yang terjadi??" *Melirik."
"Ugh...…."
Aku tak ingin mengakuinya tapi ia sangat pandai meniru suaraku. Bukankah ia dapat menjadi seiyu yang handal?
"Sepertinya tepat sasaran. Yah aku ini jahat jadia aku tak akan memberitahumu. Tebaklah. Tempat ini sudah berisi berbagai clue yang dapat menuntunmu menuju kebenaran."
"Baiklah.... Anu… apa kau menyukai warna merah?"
"Tidak."
"Kalau begitu…. Apa kau menyukai hewan yang mati?"
"Tidak. Hei jawablah yang benar, apa maksudnya itu?"
"Um.... Apa… kau seorang prajurit?"
"Bukankah sudah kubilang aku ini dewa jahat?"
"Apa kau hentai yang menyukai memakai pakaian minim?"
"Hei itu penghinaan bukan? Berhentilah bermain-main dan jawablah dengan benar! Kalau tidak aku akan membunuhmu!"
Dia sangat diktator bukan?
"Baiklah, kalau begitu..... Apa kau terkurung di penjara terdalam di khayangan ini dan baru dapat keluar baru-baru ini karena energi yang kau kumpulkan sudah sangat banyak tapi berkebalikan dengan itu kekuatan yang menyegelmu menjadi lemah? Lalu kau yang sudah bebas mencoba balas dendam pada seluruh Dewa dan Dewi yang ada di khayangan? Dan cara terbaik untuk membalas mereka adalah membunuhnya. Lalu kebetulan dewa terakhir yang kau bunuh adalah dewa yang seharusnya berada di tempat ini?"
"Kau... apa itu benar hanya sekedar deduksi?"
"Mah.... Banyak clue yang kudapat dari pertanyaan sebelumnya dan dari tempat ini."
"Dari pertanyaan tak jelas itu?"
"Yah."
Walaupun teihat seperti ini, aku dijuluki sebagai "detektif handal pencinta cola" dalam sns setelah menyelesaikan game-game bertemakan detektif.
"Hu-hu — "
Hu-hu…?
"Hu-hu.... Huhuhahaha! Hebat! Bravo!"
"Ah, yah… terima kasih?"
"Ha-ha-ha! Seperti yang diduga dari orang yang kupilih! Kau sangat hebat!!"
"Ah… tidak, tidak. Tidak sehebat itu kok — tunggu. "Orang yang kupilih"? Apa maksudmu?"
"Oh, apa aku belum mengatakannya padamu? Alasan kau bisa berada di sini itu karena aku yang membuatmu bisa berada di sini."
"Apa yang kau maksud adalah takdir? Seperti karena waktuku di dunia sudah habis jadi aku bisa berada di sini?"
"Tidak bukan itu. Ini lebih seperti... ya! Seperti kau menemukan seekor ikan yang secara kebetulan sedang berada di darat lalu kau membawanya pulang seakan-akan hari ini adalah hari keberuntunganmu."
"Aku sama sekali tak mengerti dengan perumpamaan itu! Jelaskan dengan lebih mudah di mengerti!"
"Yah dengan kata lain. Aku kebetulan menemukan sebuah jiwa yang tersesat di pertengahan dunia ini dan dunia nyata, lalu aku membawanya kemari sambil berpikir kalau hari ini adalah hari keberuntunganku."
"Mudah dimengerti! E-eh…. Jadi jiwa yang kau maksud itu...…"
"Itu kau."
Sudah kuduga!
"Tapi tenang saja, kau tidaklah mati."
"Eh? Bukankah mengambil jiwaku sama saja dengan aku sudah mati??"
"Tidak, tentu saja tidak. Bukankah aku sudah bilang? Kau berada dalam kondisi dimana jiwamu tersesat di pertengahan dunia ini dan dunia nyata. Yang artinya kau belum mati. Bisa di bilang ini lebih seperti mati suri."
"Bukankah itu sama saja dengan mati!?"
"Tidak mungkin. Tapi yah, jika kau terus berada dalam kondisi seperti ini kau mungkin beneran akan mati."
Ya iyalah! Lagipula tubuhku sedang berada dalam kondisi mati suri bukan? Tapi keluargaku tak menyadarinya kan? Dan kalau aku terus dalam kondisi seperti ini keluargaku pasti akan memakamkan tubuhku kan!? Dengan kata lain "kematian" sesungguhnya kan!!
Oh, ngomong-ngomong aku sedikit penasaran dengan gadis yangku tolong. Apa yang terjadi dengannya setelah kecelakaan itu.
"Ini gawat dong! A-apa yang harusku lakukan!?"
"*Nyengir. Ho-ho-ho sepertinya kau sedang dalam kesusahan bukan, Yuya-kun."
Aku memiliki firasat buruk tentang ini.
"Aku dapat membantumu, kau tahu?"
"Bukankah kau yang menaruhku dalam situasi ini…!?"
"Yah itu benar. Tapi karena akulah yang menaruhmu dalam situasi ini, aku jugalah yang hanya dapat membantumu."
Sial dia benar.
"Berbicaralah."
"*Nyengir. *Nyengir. Baiklah, maka dengarlah. Aku ini jahat dan sangat kuat."
Dan dia malah menyombongkan diri.
"Karena itu tak ada satupun orang bahkan dewa! Yang dapat mengalahkanku. Ini kebenaran. Ini adalah kenyataan — "
El-drago yang berhenti berbicara melihatku. Sepertinya ia menunggu momen dimana aku berbicara untuk melanjutkan ucapannya.
Sungguh sangat merepotkan.
"Lalu…?"
"Lalu.... Aku merasa bosan."
Plot yang sangat diluar perkiraan tiba!!
"Kau... merasa bosan?"
"Ya."
Apa ini sama seperti saita×× yang merasa bosan karena selalu mengalahkan musuhnya dengan sekali pukul?
" — Lalu disaat seperti itu! Aku menemukan sebuah ide yang sangat bagus!"
"O-oh...."
Sa-sangat mengagetkan. Perubahan kepribadiannya terlalu cepat bukan?
"Pahlawan! Ya itu benar! Saat itu sebuah ide terlintas di dalam kepalaku! "Bukankah aku hanya harus menemukan seorang pahlawan yang dapat mengalahkanku?" Seperti itu!"
"Sangat sulit dimengerti tapi aku mengerti! Intinya kau yang sedang mencari pahlawan, menemukanku jiwa yang telah kau pilih untuk menjadi pahlawan yang dapat mengalahkanmu bukan?"
"Tidak. Apa yang kau katakan? Aku bahkan belum memulai proses mencari."
"Eh? Ta-tapi bukankah seperti itu? Lalu untuk apa kau membawaku kesini?"
"Bukankah sudah jelas? Itu agar kau dapat membantuku menemukan pahlawan yang dapat mengalahkanku."
"Hah?"
★★NANGGUNG SEDIKIT LAGI! YANG PENGEN TAHU LANJUTANNYA TETAP PANTENGIN!★★
— Tanpaku sadari aku mengeluarkan suara yang aneh. Tapi itu wajar. Itu karena peria berotot bernama El-drago itu mengatakan suatu hal yang tak kalah aneh.
"Me-membatumu?"
"Ya."
"Menemukan pahlawan?"
"Ya."
"Siapa? Aku?"
"Ya."
"Bukannya menjadi pahlawan tapi malam membantumu menemukan pahlawan — adalah alasan aku di sini?"
"Ya."
"Boleh aku memukulmu?"
"Ya — maksudku tidak. Apa yang coba kau katakan? Jika kau mencoba memukul dewa kau akan terkena azab, apa kau bodoh?"
"Yang bodoh itu kau!!"
Merasa kesal dengannya aku memegang sebuah kain ketat yang menutupi pinggulnya dengan niat ingin merobeknya.
"Maksudku, aku pikir aku telah mati, tapi ternyata tidak! Ini semua karena ulahmu yang membawa jiwaku layaknya seorang anak kecil yang menemukan uang di jalan! Tubuhku di dunia sana seharusnya masih hidup, akupun sedikit lega. Tapi, jika terus dalam keadaan seperti ini aku akan mati, dan kau tahu itu! Setidaknya aku berharap kalau aku dipanggil karena alasan yang jelas. Tapi lagi-lagi harapan itu dibuang layaknya sampah yang tak berguna! Aku malah harus membantumu menemukan pahlawan yang dapat bertarung setara denganmu??
Itu sudah jelas mustahil!! Terlebih lagi kau adalah dewa jahat yang telah membantai semua Dewa dan Dewi penduduk asli khayangan ini. Untuk mencari seorang pahlawan yang setara denganmu sangatlah tidak mungkin! Lebih dari itu waktu yang dibutuhkan tak lah cukup! Keburu tubuhku di dunia nyata dimakamkan kau tahu itu!"
"A-aku mengerti! Aku mengerti jadi tolong jangan tarik celanaku!"
— Lalu setelah itu.
"A-apa kau sudah merasa tenang?"
Banyak hal yang terjadi. Sungguh banyak sekali hal yang terjadi. Tapi untungnya semua berakhir hanya sampai pada celana ketat itu menjadi longgar.
"Ya...."
"Sungguh, menarik celana seorang dewa itu— apa kau tak takut mati? Jika kau terkena azab nanti aku tak tahu loh."
"Hah!?"
Sungguh sampai detik inipun aku masih ingin memukulnya. Seharusnya tadi aku merobek celananya saja.
"A-tidak — U-uhum! Mari lupakan kejadian yang terjadi dimasa lalu dan mari lanjutkan penjelasanku yang tertunda!"
Sabar. Sabar. Tenanglah Yuya. Jika kau terbawa emosi kau akan terbunuh seketika. Di situasi seperti inilah kau harus tenang dan mendengarkan penjelasannya.
"Baiklah… teruskan."
"Yah ini tentang pahlawan yang tadi aku sebutkan. Sebenarnya saat aku sedang berjalan-jalan di khayangan karena memiliki waktu luang, aku menemukan sebuah buku."
"Apa buku itu berjudulkan "cara menyambut seseorang yang telah mati dengan baik dan benar. Edisi terbatas" yang tergeletak disana?"
"Tidak, bukan buku itu. Yah aku memang mengambilnya — tapi bukan buku itu! Ada buku yang lain!"
"Terus…"
"Seterusnya, saat aku membaca buku tersebut aku menemukannya. Tempat dimana aku dapat menemukan pahlawan yang kuat!"
"Oh… lalu dimana itu?"
"Dunia lain."
"... Sudahku bilang, itu mustahil!! Lagipula walaupun itu dunia lain tak ada orang yang sekuat dirimu! Dan lebih dari itu aku tak memiliki waktu sebanyak itu untuk mencari! Apa kau tak dapat mengerti? Apa otakmu adalah otak udang?"
"Te-tenanglah, maksudku dunia lain adalah dunia yang diciptakan untuk melatih para Supernova! Dan tentu saja dunia itu memiliki selisih waktu yang berbeda dengan bumi! Hei, berhentilah menarik celanaku! Itu akan longgar! Itu akan sangat longgar!!"
— Lalu setelah itu.
"Se-seperti yang kukatakan, dunia itu adalah dunia lain tapi dunia itu bukanlah dunia lain pada umumnya."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku dunia itu adalah dunia yang di ciptakan khusus oleh para dewa untuk menaruh orang-orang yang memiliki potensi untuk menjadi dewa."
Hmm… aku sepertinya mengerti… atau tidak mengerti….
"Dan orang-orang yang memiliki potensi menjadi dewa itu disebut Supernova."
"Dengan kata lain jika aku pergi kedunia itu aku mungkin dapat menemukan seseorang yang dapat bertarung setara denganmu?"
"Ya. Bahkan lebih dari itu kau mungkin dapat bertemu dengan para dewa disana."
"Para dewa? Bukankah mereka sudah kau basmi semua?"
"Tidak, yang kubasmi hanyalah para dewa yang berada di khayangan saja."
"Apa maksudmu? Bukankah para dewa memang seharusnya tinggal di khayangan?"
"Tidak semua. Dari buku yang kutemukan itu, sepertinya para dewa menyembunyikan suatu rahasia yang sangat besar, dimana para dewa menaruh dewa dewi muda disana untuk melatihnya."
Dan apakah itu...…
"Dunia yang hanya berisi para Supernova. Dengan kata lain dunia itu tak hanya berisikan oleh orang-orang yang memiliki potensi menjadi dewa tapi juga berisikan para dewa itu sendiri."
Dewa itu sendiri, katamu...?
"Bu-bukankah itu mustahil? Walaupun kau telah menemukan dunia seperti itu, bagaimana caranya aku membujuk seseorang disana lalu membawanya kesini? Mereka semua sekuat denganmu bukan?"
"Bisa."
"Ba-bagai — "
"Aku akan memberi setengah kekuatanku padamu. Dengan kekuatan sebanyak itu kau pasti bisa membujuk ataupun memaksa orang-orang disana kan?"
"Ugh…. Ta-tapi jika kau sudah menemukan dunia seperti itu kenapa tidak kau sendiri saja yang pergi mencari pahlawan itu?"
"Sayang sekali itu tidak bisa."
"Kenapa — ?"
"Apa kau pikir seorang dewa jahat yang dipenjara di dalam khayangan ini dapat masuk dengan mudah kedalam dunia itu? Kesampingkan dunia yang lain. Dunia yang kita bicarakan saat ini sangat berbeda karena berisikan oleh para Supernova dan para dewa magang. Sudah pasti keamanan dunia itu sangat ketat."
"Wa-walaupun begitu, dengan kekuatanmu yang dapat mengalahkan dewa dan dewi, kau mungkin dapat membobol keamanan dunia itu — ?"
"Mustahil. Walaupun dengan kekuatan penuhku itu masih mustahil. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah membuka sedikit celah kecil di dunia itu. Yah lagipula para dewa taklah sebaik itu untuk membiarkanku masuk dan menghancurkan penerus mereka dengan mudah, bukan?"
"Walaupun begitu! Bukankah akan tak menguntungkan bagimu untuk memberikan setengah kekuatanmu padaku? Bagaimana jika aku menggunakannya untuk mengalahkanmu nanti?"
"Kau mungkin benar. Tapi tenang saja, karena hal seperti itu tak mungkin dapat terjadi."
"Darimana datangnya kepercaya diri itu…!?"
"A-aaaahhhhh~! Waktu untuk sesi bertanya telah habis!"
"Ap — ?"
"Kau terlalu banyak bertanya kau tahu?"
El-drago yang menutup telinganya seperti anak kecil menjentikkan jarinya dan tak beberapa lama kemudian sebuah lingkaran sihir tercipta dibawah pijakanku.
"Tunggu! Ba-bagaimana dengan bahasa? Aku sama sekali tak mengerti bahasa disana?"
"Itu sudahku atur."
"Lalu — lalu bagaimana dengan mata uang? Aku juga tak memiliki sepeserpun uang dari dunia sana?"
"Itu sudahku atur."
Lingkaran sihir yang diciptakan El-drago perlahan-lahan mulai bersinar terang, seakan-akan lingkaran sihir itu menelanku dengan cahayanya yang kuat.
"Tunggu! Tolong tunggu sebentar!"
"Kau sangat berisik kau tahu? Ini. Jika kau ingin bertanya padaku lagi bawalah benda itu. Cara kerjanya sama dengan telefon genggam dari duniamu."
El-drago yang sedikit terlihat kesal melemparkan sebuah benda padaku.
Itu adalah kartu berwarna hitam dengan sedikit pola berupa garis berwarna putih yang menyertainya.
"Biarku katakan ini, kau tak memiliki hak untuk menolak. Yang perlu kau lakukan adalah mencari pahlawan terkuat dari dunia itu dan membawanya padaku. Dan jika pahlawan yang kau bawa lebih lemah dariku — "
Jika pahlawan yangku bawa lebih lemah darinya....
"Bersama dengan pahlawan itu kau akanku bunuh."
Cahaya terang memenuhi pandanganku.
Kata-kata terakhirnya terus terulang di dalam kepalaku.
Dan pada detik selanjutnya aku telah sampai di dunia lain yang berisikan para dewa dan Supernova itu.