"Jadi saya harus memanggil pak lurah dengan sebutan apa?" tanya Delia mengulangi pertanyaannya. Dia akan mengabaikan kalimat yang menegaskan jika laki-laki itu adalah calon suaminya.
Delia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Atau mungkin dia tak akan pernah bisa menerimanya.
"Panggil saya Aa saja ya, atau Aa Bagas juga boleh," jawab pak lurah dengan percaya dirinya.
"Nanti saja pak. Saya belum terbiasa," sahut Delia pada akhirnya. Dia lalu meneruskan langkahnya. Dan diikuti oleh pak lurah yang berusaha mensejajarkan kakinya lagi di samping Delia.
"Kalau begitu, boleh ya, saya panggil kamu Lia saja?" tanya pak lurah semakin membuat Delia muak.
"Terserah pak lurah saja." Delia tak ada alasan untuk menolaknya. Karena bagi orang lain panggilan nama itu sangatlah biasa.
Namun bagi Delia tidak. Panggilan itu sangat spesial, karena selama ini hanya keluarganya yang memanggilnya seperti itu.