Sudah jam tujuh, waktunya Savira menutup tokonya dan pulang ke apartemen. Dia memang hanya buka pada jam 10 pagi sampai jam tujuh malam.
Kadang dia akan tutup pada jam lima atau enam. Suka-suka dia sendiri deh, karena dia pemilik tunggal toko bunga tersebut.
"Udah jangan mikirin Raga lagi," ledek Desy ketika dia bersimpang arah dengan Savira.
"Hmm, garagara siapa yang bikin aku begini?"
"Sorry sorry, dah lah. Lagian juga dia udah jadi papa, pasti kan—"
"Udah sana pulang, btw makasih ya udah mau nemenin."
Desy mengangguk kemudian melambaikan tangannya pada Savira, sampai seseorang berhenti dan menjemput Desy.
Mata Savira membelalak, sepertinya Desy sudah menemukan kekasih yang mau serius dengannya. Tapi kenapa Desy tak cerita padanya?
Savira menatap apartemen yang tinggi menjulang di depannya. Sebenarnya dia cukup malas pulang sejak ada Dira yang tinggal di sana.