Satu hari dirawat di rumah sakit, Rasty dibawa pulang oleh Raga. Setelah Raga berhasil meyakinkan Rasty, pikirannya sudah menjadi sedikit stabil.
Meski pada akhirnya Rasty menolak lamaran Raga. Karena dia tahu jika Raga menikahinya bukan karena memang sudah menikah melainkan karena kasihan.
"Bulan depan visaku udah abis, aku mau pulang," ucap Rasty ketika dia duduk di sofa. Raga sedang membuatkan minuman hangat untuk gadis itu.
Ia melirik ke arah Rasty yang sama sekali tidak menatapnya.
"Kenapa?" tanya Raga. Dia berjalan sambil membawakan secangkir teh hangat untuk gadis itu.
"Aku gak mau ngerepotin kamu. Dan aku mau pulang ke rumah ayahku."
"Dengan keadaan begini?"
Rasty diam. Dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukannya nanti setelah pulang ke Indonesia. Karena yang pasti, ayahnya akan membunuhnya karena membawa aib.
"Lebih baik kamu di sini, sampai anak kamu lahir. Kamu kembali untuk perpanjang visa. Bukannya ayah kamu sanggup memberikanmu biaya selama tinggal di sini?"
