Di sela pembicaraan tersebut. Raga melihat ponselnya yang bergetar. Nama Rasty muncul dan langsung diangkat oleh Raga.
"Kenapa lagi?" tanya Raga.
"Buruan jemput aku di bandara Kyoto!" seru Rasty.
"Jangan bercanda, aku lagi makan nih."
"Aku serius!"
Ten yang baru saja hendak menyantap ramennya, ia letakkan ketika mendapatkan tatapan permintaan tolong dari Raga.
"Kita makan dulu," kata Ten sebelum Raga bicara.
"Nanti aja. Ini mendesak."
"Siapa? Pacar kamu mau datang."
"Bukan, temen biasa." Namun Raga bergegas mengambil mantelnya yang tergantung di dekat meja belajar.
Ten mencibir karena tak percaya, ia buru-buru menghabiskan ramennya sebelum ditarik oleh Raga agar bisa mengantarkannya pada malam itu juga.
"Kenapa gak kasih kabar dulu sih, tadi kalau tidur kan pasti gak bakalan dijemput," gumam Raga.
Mereka berdua hendak menuju jalan raya yang jaraknya hanya sepuluh menit dari apertemen mereka. Dari sana mereka berdua mencari taksi kemudian mereka akan menuju bandara.