Raga berdiri di depan rumah Savira malam itu. lebih tepatnya ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Dia bisa saja langsung mengetuk pintu rumah wanita itu kalau tidak ada ibunya saat ini. Namun karena masih ada ibunya Raga ragu sekaligus takut kalau dirinya dinilai tidak sopan.
Setelah tadi sempat mengisi daya di rumah Rasty sebentar. Raga akhirnya bisa menghidupkan kembali ponselnya.
Ia menelepon Savira malam itu.
Savira yang ada di dalam kamar, dan yang sejak tadi menunggu telepon dari Raga langsung sontak berdiri dan bergerak ke depan pagar rumahnya.
Dia sangat senangโtapi harus mengontrol ekspresi wajahnya yang lega karena Raga menemuinya malam ini.
"Mau ngapain?" tanya Savira jutek.
"Ini." Raga mengulurkan martabak manis pada Savira. "Ponselku mati tadi, jadi gak bisa kasih kabar," ucap Raga.
"Oh."
"Kalau kamu gak percaya juga gak apa-apa."