Pandangan Rava terus terhujam ke langit-langit kamarnya. Senyum Lyra terus melintas di kepalanya. Ucapan Janu dan Robin pun terngiang-ngiang di telinganya. Semua itu membuatnya tidak bisa terlelap.
Degup jantungnya juga tak kunjung turun.
Benarkah, dengan bersama Lyra, dirinya akan lebih mudah melalui semua ini? Benarkah keberadaan Lyra adalah sesuatu yang dibutuhkannya?
Rava tidak tahu.
Pemuda itu sedikit membenarkan posisi berbaringnya yang terasa tak nyaman. Ia mengingat kembali saat-saat dirinya bertemu dengan bidadari pertamanya tersebut. Rava baru pernah melihat wanita serupawan itu secara langsung dalam hidupnya. Dengan hidung mancung dan kulit putih mulus khas orang eropa, tetapi garis-garis wajahnya begitu halus layaknya orang asia. Rava yakin dirinya tak akan melupakan wajah itu seumur hidupnya.