Dari kasur yang digelar begitu saja di lantai itu, Lois bangun pagi dengan bertelanjang bulat, seperti kebiasaan tidurnya selama ini. Menggaruk-garuk rambutnya yang luar biasa berantakan, ia menoleh ke sisi kirinya. Mireon masih tidur dengan posisi telentang, kedua kaki lurus yang merapat, jari-jemari yang saling menaut, serta kedua telapak tangan yang ditaruh di atas dada.
Saat menoleh ke kanan, ia sudah tak melihat Etria. Di tempat muridnya itu seharusnya berada, ada sebuah lipatan kertas bertuliskan, 'Untuk Lois,' dengan huruf-huruf yang kelewat indah. Menguap luar biasa lebar, Lois mengambil kertas itu dan membukanya, membaca kalimat demi kalimat yang tertulis di sana.
Mata Lois yang tadinya sayu karena kantuk, perlahan-lahan mulai membelalak. Puncaknya, ia pun berlari keluar kamar. "Etriaaaa!!!"