Melamun di salah satu meja pasar kuliner, Rava terhenyak ketika pipinya merasakan dingin dan basah. Ternyata Kacia sudah berdiri di sampingnya, membawa dua gelas jus alpukat. Bidadari bertubuh mungil itu baru menempelkan salah satu gelas ke pipi Rava.
"Kok, malah melamun?" tanya Kacia, duduk di hadapan Rava dan menyodorkan gelas itu.
Agar ibu Rava merasa semuanya baik-baik saja, mereka memang tetap berjualan. Namun, kali ini minus Ione dan Stefan. Dan seperti biasa, dagangan mereka terjual dengan cepat.
"Ah, nggak apa-apa, kok," ujar Rava, tak berani menatap Kacia. Aneh. Mukanya terasa panas, padahal tidak ada peristiwa yang membuatnya gugup. Dia juga tak sanggup mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya, yakni tentang Stefan dan Ione yang berciuman. "Pak Herman agak telat jemputnya. Dia ada urusan sama Mas Stefan, sama Ione juga."
"Ooh ...." Tiba-tiba Kacia melongo dengan mata yang membelalak. "Aku mau sembunyi! Jangan kasih tahu mereka!" bisiknya.