Selang satu hari, Rava yang sudah tersadar merasa begitu kikuk. Ruangan tempatnya dirawat sekarang menurutnya terlalu luas, dengan televisi besar, kamar mandi bershower, sofa-sofa yang terlihat sangat empuk, AC, serta perabotan yang terkesan agak berlebihan karena jumlahnya begitu banyak.
Ini pasti ulah Stefan. Orang kaya memang beda.
"Aah, terakhir ibu dirawat, ruangannya isi delapan orang. Berisik pula gara-gara banyak banget yang besuk," ujar ibu Rava yang sedang berleha-leha di sofa sambil menonton televisi.
Terdengar ketukan dari pintu kamar itu. Ibu Rava pun bangkit dan membukanya. Stefan dan para bidadari datang berkunjung.
Kacia memberanikan diri untuk menatap mata ibu Rava. "Maaf, Bu. Saya sudah lancang ...."
"Kok, lancang?" potong ibu Rava, memberikan senyum ramahnya. "Ibu malah yang ingin minta maaf kepada kamu karena perlakuan Ibu kemarin, Kacia. Yah, namanya syok."
Kacia sedikit membuka mulutnya. "Tapi, saya yang membuat Rava seperti itu."