Chapter 24 - Menguji Kesabaran

Sudut bibirnya Sarah Giandra sedikit bergerak-gerak saat dia melihat tingkah Rena ketika duduk di seberangnya.

"Kalian makanlah lebih dulu, aku akan mengambil piring di dapur." Ucap Sarah Giandra dan segera bangkit berdiri. Dia segera menemukan alasan untuk meninggalkan mereka berdua, Sarah Giandra pun tersenyum sopan pada mereka. Kemudian dia berjalan pergi ke dapur.

Begitu Sarah Giandra pergi, ekspresi Rena di meja makan segera berubah. Dia menatap Arka Mahanta dengan gugup.

"Paman, kenapa dia tidak merespon sama sekali?" tanya Rena sambil menolehkan kepalanya dan melihat ke dapur.

Ketika Sarah Giandra pergi, ekspresi Arka Mahanta kembali menjadi sangat dingin seperti dulu. Di mata Rena, semangat Arka Mahanta tampak dipadamkan.

"Permainanmu sudah berakhir." ucap Arka Mahanta sedikit menyesal karena telah meminta bantuannya.

Arka Mahanta juga mencoba yang terbaik untuk bekerja sama, tetapi dia tidak bisa menahan geli karena dia terlalu dibuat-buat.

"Tidak. Mungkin itu karena aku tidak mengerahkan seluruh tenagaku!" Rena meletakkan jarinya di dagunya, berpikir dengan serius.

"Apa lagi yang ingin kamu lakukan?" tanya Arka Mahanta sambil mengangkat alis kirinya saat melihat ekspresi anehnya Rena.

Rena memikirkannya dengan hati-hati, sambil menggigit ibu jarinya.

"Aku akan menguji nada suara bibiku."

"Nanti jangan terlalu mencolok seperti sebelumnya." Perintah Arka Mahanta.

"Jangan khawatir, aku akan mengambil langkah yang tepat." ucap Rena sambil tersenyum dengan percaya diri.

Rena sedikit lebih tua beberapa tahun dari Sarah Giandra, dan dia adalah putri dari sepupu Arka Mahanta. Sejak dia masih kecil, dia suka menempel pada Arka Mahanta. Rena memiliki hubungan yang sangat baik dengan Arka Mahanta di antara keponakan Arka Mahanta yang lain.

Ketika Sarah Giandra keluar dengan sayurannya, Rena melanjutkan aktingnya menjadi kekasih Arka Mahanta.

"Aku ingin makan ini, kamu harus menyuapiku." Rena berkedip pada Arka Mahanta, lalu berbalik untuk melihat Sarah Giandra.

"Apakah kau keberatan jika Arka menyuapiku? Arka biasa menyuapiku makan malam." Rena menatap Sarah Giandra dengan tatapan memohon.

Kata-kata provokatif semacam ini membuat orang normal merasa marah setelah

mendengarnya. Tetapi Sarah Giandra hanya menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sopan, "Saya tidak keberatan."

Rena membeku beberapa saat, 'Bukankah harusnya dia marah?'. Arka Mahanta langsung menghempaskan nafasnya dengan kasar dan sedikit menggelengkan kepala.

Melihat reaksi Arka Mahanta, Rena langsung cemberut dan berkata, "Lupakan, aku akan makan sendiri."

Sarah Giandra melirik begitu banyak hidangan yang tersisa di meja, dia kemudian berkata, "Masih banyak yang tersisa, apa kamu mau makan lebih banyak?"

"Arka Mahanta tidak pernah memaksaku untuk makan." Rena mendengus, dia seperti kesal karena ada orang lain yang memaksanya melakukan hal yang tidak dia sukai.

Arka Mahanta merasa sedikit kewalahan dengan kemampuan akting Rena yang berlebihan. Dan Sarah Giandra tersenyum canggung lalu dia melirik Arka Mahanta. Sarah Giandra pun memilih untuk melanjutkan memakan makanannya sendiri. Dia tidak menyangka Arka Mahanta menyukai gadis seperti ini.

Setelah makan, Rena menyelinap ke dapur dengan tenang sambil membereskan piring. Sarah Giandra berpikir dia akan membantu, sehingga Sarah Giandra berkata dengan sopan, "Saya akan melakukannya di sini, kamu bisa pergi ke ruang tamu untuk istirahat dulu."

"Apa kamu tidak khawatir jika aku mengambil suamimu?" tanya Rena begitu langsung. Dan membuat Sarah Giandra linglung seketika.

Dia mengusap tangannya, berpikir sejenak. Dan akhirnya berkata dengan acuh, "Jika memang seperti itu jalannya. Apa yang bisa dipaksakan?"

Bibir Rena berkedut bahkan setelah mendengarkan ucapannya Sarah Giandra. Dia benar-benar ingin mengatakan, 'Bibi, aku tidak akan merampok suamimu, tolong tunjukkan kasih sayangmu terhadap Paman Arka Mahanta. Apakah bibi tidak bisa memberiku reaksi seperti itu?'

"Ini tidak terlalu menantang sama sekali. Kupikir wanita yang bisa menikahi Arka Mahanta adalah wanita terkenal. Tapi aku tidak menyangka, seleranya begitu rendahan. Untungnya dia masih sangat berguna untukku. Hati suamimu hanya untukku. Sayangnya dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun padamu." Rena menyilangkan tangannya di dadanya dan mencibir Sarah Giandra.

Rena seperti menguji kesabaran Sarah Giandra, jika tidak wanita mana pun dapat merebut pamannya di masa depan? Tapi Rena dapat melihat bahwa pamannya masih peduli pada bibinya. Jika tidak, dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu.

Mendengar kata-kata ini, Sarah Giandra seketika memikirkan hidupnya. Meskipun dia sangat ingin menceraikan Arka Mahanta dan dia bahkan ingin Arka Mahanta hidup bersama orang lain, tapi jika dia bercerai dengan cara ini, ibu pasti akan merasa sedih.

Dan dia benar-benar akan menjadi lelucon untuk Rumi dan Laras! Bukankah Rumi juga merenggut ayahnya dengan cara ini dan memaksa mereka untuk bercerai?

Oleh karena itu, jika dia tidak memiliki perasaan pada Arka Mahanta dan tidak memikirkan pernikahan ini, dia tetap tidak akan jatuh hati pada .

"Apakah kamu sudah selesai?" tanya Sarah Giandra dengan dingin pada Rena sambil mengangkat alisnya.

"Aku dapat melihat bahwa kamu sama sekali tidak memiliki perasaan padanya. Lebih baik kamu menceraikan dan mengembalikannya kepadaku. Apa kamu membutuhkan uang? Aku dapat memberikannya kepadamu, sebanyak apapun yang kamu butuhkan. Ceraikan Arka Mahanta!" ucap Rena dengan nada yang sangat menantang. Rena dapat merasakan amarah bibinya, karena dia baru saja berkata sesuatu hal yang sangat sensitif.

"Nona Rena, saya memperlakukan Anda sebagai tamu. Jadi tolong perlakukan saya sebagai tuan rumah dengan baik. Tetapi jika Anda berbicara omong kosong seperti itu, silahkan pergi dari rumah ini."

"Apakah yang kukatakan kurang jelas? Kamu tidak cocok untuknya. Apa kamu layak untuk Arka Mahanta? Apakah identitasmu cukup menarik untuk dibanggakan? Aku rasa tidak"

Rena baru saja mengambil resiko. Ucapannya itu benar-benar kontraproduktif. Dia tidak boleh menangis sekarang, dia harus menahannya.

Tangannya Sarah Giandra pun mengepal. Tapi kemudian dia sedikit merilekskan ekspresi wajahnya dan mendengus. Sarah Giandra pun berkata, "Saya pikir itu cukup menarik."

"Apa yang kamu kamu lakukan? Melawanku? Haha.. Kamu tidak selevel denganku" ucap Rena dengan nada yang mengejek.

"Aku tidak ingin melawanmu, Nona Rena. Aku adalah istrinya Arka Mahanta. Tolong perhatikan ucapanmu ketika kamu berbicara dan melakukan sesuatu. Agar tidak tidak ada gosip yang buruk tentangmu dan merusak reputasimu sendiri!" Kata Sarah Giandra dengan tenang, meskipun sebenarnya Sarah Giandra sedikit takut.

Dia berpikir dengan sangat jernih, memang dia akan menceraikan Arka Mahanta. Tapi jika dengan cara ini, dia tidak akan pernah melakukannya! Sarah Giandra sangat membenci orang ketiga dan dia juga membenci orang yang menghancurkan pernikahan orang lain!

"Tunggu saja nanti! Lihatlah nanti. Jika Arka Mahanta menceraikanmu, bisakah kamu tetap dengan bangga berkata seperti sekarang!"

Rena tersenyum dengan sangat misterius, dia seperti merencanakan sesuatu. Setelah mengancam Sarah Giandra seperti itu, dia memilih untuk meninggalkan dapur. Ini adalah pertama kalinya dia menjadi wanita jahat. Mungkin jika orang tuanya tau, dia akan dimarahi sampai mati! Untungnya saja, dia hanya membantu pamannya. Jadi dia merasa sedikit aman!

Setelah keluar dari dapur, Rena memberi isyarat "OK" pada Arka Mahanta dan berkedip sambil bercanda.

----

Setelah merapikan dapur, Sarah Giandra melihat jam yang tergantung di dinding. Jam sudah menunjukkan hampir pukul sembilan. Tetapi dia melihat Rena masih menempel di sisi Arka Mahanta dan bertingkah seperti bayi. Sarah Giandra pun sedikit berteriak pada Arka Mahanta, "Suamiku, ini sudah mulai malam, tolong suruh Nona Rena pulang untuk beristirahat lebih awal. Cepatlah kembali setelah mengantarnya keluar. Kamu sudah terlihat sangat lelah hari ini."