Waktu masih terus berdenting.
Acara pernikahan telah selesai dan kini, Mahes sudah berada di kamarnya yang berbeda.
Kamar itu adalah kamar yang sama sekali tak terbayangkan sepenuhnya oleh dia.
Taburan bunga mawar di ranjang kasur serta wewangian yang aromanya semerbak memenuhi ruangan, begitu membuat Mahes semakin harus menyadarkan dirinya sendiri kalau dia sedang berada di kamar Irfa.
Buliran bening tiba-tiba jatuh dari pelupuk matanya. Iris matanya mengerut dan mau tak mau harus menyadari kalau dirinya saat ini sedang berada pada situasi yang tak lagi sama seperti dulu.
Dia sudah terikat sah oleh agama dan hukum dengan seorang wanita pilihannya sendiri.
Pria itu melangkah, mendekati lilin-lilin kecil yang sengaja dinyalakan dan lampu utama dipadamkan hingga memberi kesan cahaya temaram di ruangan itu.
Dia memegang lilin itu dan menatapnya dengan lekat.
Wanginya kembali semerbak hingga membuatnya memejamkan mata perlahan.