"Aw!"
Rintihan itu seketika membuyarkan pekerjaan Arnaf. Tanpa aba-aba pria itu segera menemui Balqis yang tampak kesakitan sambil menutupi jari telunjuk kirinya dengan tangan kanannya.
"K-kamu kenapa?"
"Ke iris." ujarnya yang sontak membuat pria itu terbelalak.
Dengan cekatan, Arnaf mengajak wanita itu ke wastafel untuk mencuci darahnya yang perlahan menetes ke lantai dapur.
"Kamu cuci dulu ya darah nya. Aku mau ambil kotak p3k dulu."
Tanpa menunggu ucapan Balqis, itu lantas berlari ke ruang tamu untuk menemui bi Sima, asisten keluarga rumah pak Nanda.
Rasa khawatirnya itu mengubah segalanya. Bahkan peluh yang ada di pelipisnya pun tidak Arnaf pedulikan.
Balqis yang masih mencuci darah itu, tak banyak berbicara selain menahan perih dan rasa nyut-nyutan yang ada di telunjuk kirinya.
Tak lupa dia juga meniup jarinya itu agar rasa perih nya tidak terlalu terasa.