Sebelum pergi, dirinya sudah berpesan kepada mahesh untuk menunggu sebentar karena dia akan membelikan beberapa makanan untuk Arkan.
Sambil menunggu, Mahes duduk di sebuah bangku sambil memperhatikan jalanan. Matanya memang melihat satu persatu kegiatan dari orang-orang itu. Hanya saja dia tidak melihat wajah demi wajah orang-orang yang ada di sekitarnya.
Pasar ini adalah pasar yang penuh kenangan. Apalagi, dirinya baru ingat kalau pasar itu adalah tempat ketika dirinya diteror oleh seseorang hingga pelipisnya berdarah.
Mahes tersenyum. Seluruh kenangan itu rasanya masih berada jelas di kepalanya.
Walau memang terasa sulit untuk dilupakan, tapi setidaknya dia sangat bahagia karena memiliki pengalaman yang tidak bisa semua orang rasakan.
"Hei!" diiringi dengan suara tepukan, Mahes sontak terperanjat kaget ketika ada orang yang menghampirinya.
Dia lantas menoleh ke belakang.
"Eh."
Pria itu tersenyum.