Chereads / Simfoni Asmara Sepasang Bintang Jatuh / Chapter 29 - Pertemuan 

Chapter 29 - Pertemuan 

Ya, biarkan saja mereka berdua merekam filmnya. Ini adalah inovasi kedua dari Daren.

Ada cuplikan untuk episode selanjutnya di akhir episode, dan ada berbagai adegan NG atau bagian yang dipotong di akhir sebuah film. Bagaimana dengan variety show hiburan?

Daren secara alami memikirkan masalah semacam ini. Ada dua anak muda yang menarik bermain hal-hal yang murah dan berharga—setidaknya mereka jauh lebih baik daripada iklan! Tentu saja ada sponsor iklan, yang juga sangat bagus.

Bagaimanapun juga, semuanya diputuskan oleh pasar. Peringkat naik atau tetap, semuanya mudah saja kalau cuma kata!

Hanya saja, tindakan pribadi Daren dibeberkan oleh penulis naskah yang masih menganut aliran lama ke departemen uji coba tingkat yang lebih tinggi keesokan harinya, dan kemudian mereka diminta berhenti. Mengenai hal ini, Daren menepis: "Konyol, kalian semua adalah orang-orang di acara ini, dan acaranya memang telah berubah, tetapi kalian tidak tahu saja. Di mata atasan kalian, kalian bisa membayangkan seperti apa kemampuan dan keterampilan interpersonal kalian." Dia tahu bahwa sang pemimpin departemen juga sangat kesal dengan ulah penulis naskah itu selama beberapa bulan terakhir ini.

Daren memasuki kantor dan melihat beberapa penulis naskah yang sedang membuat laporan. Setelah beberapa peringatan tidak menyenangkan dari kepala departemen itu, mereka sama sekali tidak terpengaruh. Kurang dari sebulan kemudian, beberapa orang editor aliran tua diminta oleh Daren untuk melamar tugas ke kru film lainnya.

Program tersebut direkam pada pagi hari, diedit pada siang hari, dan disiarkan pada sore hari.

Saat ini, di antara dua pasangan itu, Andi telah menjadi salah satu dari dua pembawa acara tetap di "A Meal a Day." Buat satu hidangan sehari. Setelah rekaman, Andi bergegas ke tempat rekaman "Music Early," pulang di sore hari untuk mandi, memasak, dan menunggu istrinya pulang kerja, lalu meremas-remas kakinya untuk mengendurkan otot-ototnya. Ternyata, penghasilan Yenny dua kali lipat dari Andi dengan merekam dua program. Sebabnya adalah, program anak-anak ini disponsori oleh para perusahaan raksasa: susu bubuk dan produk bayi. Bagaimana ini bisa masuk akal?

------

"A Meal a Day" mendapat sponsor penuh dari produsen peralatan dapur kelas atas. Yah, harus dikatakan bahwa ini adalah sponsor abadi. Tidak hanya itu, kaldu ayam, kecap, dan lain-lain, semuanya disponsori.

Dengan cara ini, semua masuk ke kantong kru program. Acara berisi kurang dari sepuluh menit. Pada dasarnya semuanya berisi segala jenis iklan.

"Music Early" adalah acara mandiri, tidak ada sponsor, tidak ada sponsor utama, pakaian pembawa acara semuanya dibawa oleh kru atau disediakan oleh kru.

Karena dua acara ini, kehidupan pasangan muda itu perlahan-lahan menjadi stabil!

Selain itu, sesekali mereka melakukan syuting untuk acara tertentu di malam hari.

Namun, Sasha sangat takut Andi dan istrinya merasa terlalu nyaman. Baru saja mereka datang ke sini selama seminggu. Suatu pagi, ketika Andi sedang menunggu mobil jemputan untuk menjemputnya di lantai bawah, ternyata Riana, asisten Sasha, yang sedang menunggu. Riana tampak manis dan cerah, dan menyerahkan dua kartu transportasi kepada Andi. "Mas Andi, ini adalah kartu transportasi untuk Mas dan Mbak Yenny, serta kartu yang diterbitkan untuk makan di kantin TV Sinan. Semuanya terisi penuh. Ada juga kartu akses untuk masuk ke stasiun TV."

"Hah? Apa maksudmu? Kalian mau meninggalkan kami sendirian di masa depan?"

"Bukan begitu. Mbak Sasha sedang menjemput dua artis baru. Sekarang mobil jemputan sudah penuh, jadi yang lain hanya bisa naik kereta. Kata Mbak Sasha, kalau Mas Andi sudah dikenali oleh orang-orang di transportasi umum, baru dia akan membawa mobil untuk menjemput Mas! Sudah, itu saja."

Gadis muda itu selesai berbicara dan pergi dengan terburu-buru.

Andi dan Yenny, yang baru saja turun, ditinggalkan olehnya.

Andi menyerahkan kartu transportasi itu dan berkata kepada istrinya, "Mobil jemputannya tidak datang, dan mobilmu juga mungkin tidak datang. Nanti, kita harus naik kendaraan umum!"

Mata Yenny membelalak.

......

Entah apakah orang-orang di Sinan telah melihat terlalu banyak bintang muda atau mereka bahkan tidak mengenal dua pasangan muda itu. Pasangan muda itu, yang awalnya khawatir karena takut dikenali, pergi ke stasiun TV di jalur yang nyaman dan tiba di kantor. Mereka tidak hanya terbebas dari berdesakan di dalam mobil, tetapi bahkan penjaga di pintu stasiun tidak melirik mereka. Melihat keduanya telah menggesek kartu, mereka dibiarkan masuk.

Keduanya melihatnya dengan rasa malu. Mereka benar-benar bersemangat!

Dengan frustrasi sepanjang jalan, keduanya tiba di ruang ganti, dan hari ini Andi mendapatkan libur untuk "A Meal a Day", hanya ada perekaman untuk "Music Early".

Michael dan Salma sedang merias wajah. Melihat mereka berdua terlihat sedikit berkeringat, Salma bercanda, "Wow, kalian berdua lari ke sini?"

"Tidak, kami datang naik kereta."

"Hei, bukankah kalian naik mobil jemputan sebelumnya?" Michael bertanya.

"Tidak usah diungkit-ungkit lagi, pendatang baru datang, dan yang lama dilepaskan!" kata Yenny kesal.

"Andi juga?" Salma bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Nasibku sama saja!" Andi membenarkan.

"Itu dia, kita bisa naik kereta saja bersama-sama mulai besok!" Michael tersenyum.

Michael dan Salma telah menggunakan kereta untuk bekerja selama beberapa tahun. Awalnya, Andi dan Yenny menaiki mobil jemputan untuk berangkat dan pulang kerja setiap hari, yang membuat mereka merasa sedikit terasing, tapi untungnya sekarang, sangat nyaman untuk melihat orang-orang!

Setelah merekam acara, Andi pulang sendiri. Keluar dari stasiun TV, memandang matahari di langit, dia menghela napas. Dia pun bersiap menuju gerbang stasiun.

Tetapi dia tidak menyadari mobil jemputan yang besar diparkir di sampingnya saat ini.

Setelah pintu terbuka, wajah Johan yang dikenalinya muncul. "Masuk ke dalam mobil, cepat, tidak ada tempat parkir di sini!"

Pintu menutup dengan cepat, dan mobil mulai berjalan dengan mulus. Selain Johan, ada orang lain di dalam mobil.

"Ini Yuni, agenku!" Johan memperkenalkan. "Ini adalah rekan baik kita di kota film dan televisi, tetanggaku yang baik Andi Anggara"

"Halo, Mbak Yuni." Andi mengangguk ramah.

"Halo!" Wanita itu tampak profesional dan tersenyum. "Kiki sering menceritakan soal dirimu dan pasanganmu. Aku tidak menyangka akan benar-benar bertemu di sini hari ini. Pak Andi punya kontrak dengan televisi?"

"Dia yang memberi contoh kepada Juniar, baik dalam film dan televisi maupun soal kontrak dengan perusahaan."

"Lho, benarkah? Sampai sebanyak itu, bagaimana bisa pegawai televisi seperti ini libur kerja?" Yuni masih tersenyum.

Andi menyesal masuk ke dalam mobil; hei, Mbak, aku tidak menyinggung perasaanmu, kau punya masalah? Sampai bersikap seperti itu.

"Andi, bagaimana kalau kau mengunjungiku di Sinan!" Johan juga menemukan sesuatu yang salah, lalu cepat-cepat menimpali.

"Aku ingin datang, tapi hidupku penting. Aku bekerja membabi buta setiap hari."

"Kamu tidak bekerja membabi buta. Saat Kiki melihat kalian berdua di sebuah program, dia sangat senang dan tertarik. Aku meminta untuk mengundangmu menjadi tamu."

"Kiki masih sangat antusias! Hanya saja aku mungkin terpaksa menolak, istriku masih syuting sekarang!"

"Tidak apa-apa jangan khawatir. Nanti aku beritahu Kiki. Datang saja ke tempat yang sama untuk makan. Berapa lama istrimu akan syuting?"

Andi melihat jam. "Kurasa masih akan memakan waktu lebih dari satu jam!"

"Itu bagus, kami bisa menunggu sambil makan!" Johan berkata sambil mengambil ponselnya. "Ki, mampirlah ke Karunia."

Andi berwajah masam sejenak melihat mobil kelas atas yang bahkan memiliki kaca kedap suara ini. Terutama, itulah celahnya!

Mobil yang dibawa oleh Johan besar, dengan bagian depan dan belakang yang mulus. Dan karena itulah, seharusnya Andi tidak masuk begitu saja.

Johan dan Andi mengobrol, dan mobil itu sampai di tujuan tak lama kemudian. Ketika turun dari mobil, Andi berbalik melihat Jalan Pari dan melihat sebuah papan tanda besar: Karunia.

Ini bukan jam-jam ramai. Mereka masuk ke ruangan yang sudah dipesan tanpa terhalang, dan kemudian Kiki pun tiba.

Bertemu kenalan tentu saja menyenangkan. Terutama Kiki. Suaranya terdengar jauh lebih bersemangat.

Johan juga tersenyum.

......

Yuni, yang duduk bersama mereka, memandang artis asuhannya. Meskipun dia mengerti, dia tidak setuju dengan Johan dan Andi. Bukannya dia mau bersikap tidak berperasaan, tapi hubungan manusia dalam lingkaran hiburan hanyalah basa-basi yang terjalin, menutupi darah dan air mata, terutama ketika dua orang berada di industri yang sama, dan kemudian seorang teman tiba-tiba melejit dan populer. Meskipun teman yang tidak dekat itu tidak sadar, ini tetaplah dunia hiburan, dan pada kenyataannya, dunia hiburan akan membuat orang tidak bermoral!

Tapi melihat artis nomor satu perusahaan yang sudah tidak tersenyum selama lebih dari sebulan itu bisa tersenyum dengan sepenuh hati, dan sepertinya hal ini sepadan. Hubungan antara Johan dan Kiki juga sedikit canggung selama ini.

Sejujurnya, Yuni tidak ingin Johan dipisahkan dari Kiki. Dia melihat banyak pasangan yang sudah karatan di industri hiburan, seolah mereka adalah orang asing bagi satu sama lain, dan bahkan semua mereka masih diberitakan dalam segala jenis berita. Itu sampai dia melihat Johan dan Kiki dengan santainya melenggang memasuki perusahaan, membuatnya juga percaya pada keindahan cinta.

Ketiga orang itu berbicara dan tertawa-tawa, semuanya mengenai hal-hal lucu di kota film dan TV.

Seiring berjalannya waktu, Andi melihat bahwa sudah hampir waktunya Yenny pulang, jadi dia meneleponnya. Tapi Kiki merebut ponselnya segera setelah panggilan itu terhubung. "Tebak siapa aku?"

"Ah!" Sebuah suara terdengar terkejut. "Apakah ini Kiki?"

"Benar!"

Kedua wanita itu mengobrol seolah tak ada ujungnya, dan keduanya lupa membicarakan pertemuan itu. Johan-lah yang menyambar ponsel dan menyuruh Yenny untuk datang dengan cepat, dan memberitahu alamatnya.

Setelah beberapa menit, Yenny tiba. Kedua wanita itu sangat bersemangat, mengobrol tak ada habisnya.

Johan dan Andi menggelengkan kepala.

"Bersulang?"

"Bersulang!"

Mereka menenggak bir. Johan tersenyum dan bertanya, "Apakah kamu pernah bertemu Juniar?"

"Ya, aku sudah bertemu dengannya!"

"Bagaimana kabarnya?"

"Sepertinya tidak ada syuting, dan dia berkata dia berencana untuk mendaftar ke Universitas Sinan untuk melanjutkan pendidikan. Kurasa dia sudah mulai belajar sekarang!"

"Itu benar. Setelah menjadi aktor, pasti sedikit berbeda."

"Mau sama atau beda, siapa tahu?"

"Kalian, 'kan, satu perusahaan, pasti sering bertemu?"

"Itu hanya tebakanmu saja!"

Keduanya sama seperti dulu. Hal yang sama terjadi setiap kali mereka bertemu."

"Bagaimana denganmu?"

"A-aku baru saja bermain di lima acara!" Wajah Johan tidak bisa menyembunyikan kesombongannya.

"Dua bulan? Lima acara? Kamu luar biasa!" Andi berkata dengan kagum.

"Itu semua peran-peran yang dilakukan asalkan bisa mendapatkan uang!"

"Oh…. Siapa yang tidak mau menghasilkan uang…. Apakah itu menarik?"

"Ha, aku tahu kau berpikiran terbuka dan cerdas. Ayo minum satu kali lagi!"

"Ayo, ayo."

Keduanya tidak terlalu banyak bercerita tentang pekerjaan masing-masing. Yang terlihat senang tidak hanya mereka, tapi Yenny dan Kiki pun juga minum sedikit. Pada akhirnya, mereka pulang dengan mengendarai mobil Johan.

Awalnya, Andi berencana untuk membawa istrinya kembali sendiri saja. Tapi dia tidak bisa menolak bujukan Kiki. Akhirnya, setelah Johan mengangguk, mereka masuk ke dalam mobil jemputan Johan. Ada tiga orang lagi, dan kebetulan mobil itu penuh.

Setelah beberapa lama, mereka sampai di luar rusun yang dihuni pasangan muda itu.

Setelah turun dari mobil, Kiki dengan enggan mengucapkan selamat tinggal kepada Yenny.

Andi berjabat tangan dengan Johan, hanya tersenyum dan menambahkan, "Ayo kita minum kapan-kapan!" itu lebih dari sekedar basa-basi.

Dan Yuni di dalam mobil merasa was-was, karena takut Johan akan berkata, 'Kalau nanti, aku mengharapkan sesuatu! Tidak seru kalau hanya bertemu untuk minum.' Dia merasa, lebih baik Johan mengatakannya saja. Setelah melihat Johan masuk ke dalam mobil, Yuni menenangkan diri.

Akhirnya Kiki yang masih berbicara dibujuk oleh asistennya untuk masuk ke dalam mobil.

.........

Yenny berbalik dan memperhatikan mobil jemputan itu pergi, dan dia melihat suaminya memiringkan kepalanya untuk berpikir. Dia merasa hal itu lucu dan manis. "Suamiku, bagaimana menurutmu?"

"Menurutku, melihat situasi kita saat ini, entah berapa lama lagi aku bisa berteman dengan Johan!"

Yenny memiringkan kepalanya dan berpikir sejenak. "Menurutku tidak akan lama. Tapi tidak masalah, mau kalian masih berteman atau tidak. Aku masih berteman baik dengan Kiki!"

"Kuharap juga begitu!"

Melihat pria itu tampak tidak tertarik, Yenny menyipitkan matanya seperti bulan sabit, dan menghambur ke punggung pria itu. "Suamiku, gendong aku ke atas!"

Istrinya tiba-tiba bertingkah seperti bayi untuk menghilangkan rasa tertekan di dalam hatinya. "Oke! Tapi apa hadiahnya?"

"Ada. Bantu aku periksa tubuhku!"

.........

Di dalam mobil jemputan itu, Johan memejamkan mata dan memikirkan sebuah pertanyaan: di dunia hiburan, kalau soal pertemanan, berapa lama kita bisa mempertahankannya?

Terutama teman yang bisa minum bersama!

Yuni memandang Johan, yang baru saja bertemu dengan teman lamanya. Dia berencana untuk memperkenalkan lebih banyak teman dari lingkaran hiburan kepada artis top ini!

Jenis teman dengan kemampuan dan sumber daya yang setara!