Riana membuka tasnya untuk ketiga kalinya dan menghitung banyak hal. Melihatnya, Sasha tertawa. "Kenapa gugup sekali? Kau hanya akan pergi ke acara TV. Kalau kau menungguku, tidak akan sempat. Jangankan tiga hari; kalau kau menunggu sampai lusa pun, tidak akan sempat. Lagipula, manager hanya menemani sebagai formalitas. Ini hanya prosesnya. Wawancara semua akan tergantung pada kinerja Andi. Jika sutradara tidak puas, kau akan kembali pada hari yang sama."
Riana berkata dengan getir, "Aku tidak ingin gugup, tapi aku tidak bisa tenang."
"Ah, benar." Sasha teringat akan sesuatu, kemudian mengingatkan, "Kalau kau sudah sampai di sana, kau harus mencari tahu atau menanyakan sendiri siapa yang bertanggung jawab untuk Pak Yogi. Biasanya, sutradara seperti ini seharusnya tidak tahu bahwa Andi sudah pernah bekerja di ibukota. Di sana, ada banyak bakat berusia dua puluhan. Nah, kenapa mereka harus secara spesifik meminta Andidatang?"