Saat terbang helikopter semakin tinggi, hati Reza menjadi semakin ketakutan.
Dia menatap Dias, dengan nada gemetar dan bertanya, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Tebak saja."
Dias menoleh dan tersenyum ramah pada Reza.
Namun senyumannya begitu menakutkan di mata Reza. Perasaan hidup dan mati yang dikendalikan oleh seseorang ini adalah pertama kalinya Reza merasakannya. Mengerikan, seolah-olah jantungnya menggantung, dia tidak bisa berpikir jernih.
Perlahan-lahan, hatinya akhirnya runtuh. Reza mulai memohon ampun kepada Dias: "Dias, aku salah, aku seharusnya tidak berurusan denganmu, tolong biarkan aku pergi."
Dias berkata dengan dingin: "Sebagai seorang pemuda dari keluarga Sastrowardoyo, kamu malah memohon belas kasihan musuh. Kamu benar-benar kehilangan citra keluarga Sastrowardoyomu."
Dias menggunakan kata "Sastrowardoyomu, bukan Sastrowardoyo kita".