Chapter 159 - Desa Terpencil

Di pintu masuk Desa Kaliangkrik, Sari melihat bahwa Dias tidak terengah-engah dan lelah. Sari terkejut dan berkata, "Mas Dias, kamu benar-benar luar biasa. Setelah mendaki gunung selama dua jam, kamu tidak terengah-engah."

Dias memandang Sari dengan tatapan polos. Dia menepuk pahanya dan membuat ekspresi lelah: "Aku hanya berusaha kuat, kalau tidak aku pasti sudah lama jatuh, tapi desamu memang agak terpencil. Jika jalan tidak dibangun dan dibuka untuk lalu lintas, tidak akan ada orang dari luar yang masuk, bukan? "

Sari berkata, "Kecuali penduduk desa kami, memang ada sangat sedikit orang luar di desa."

Seperti kata pepatah, buatlah jalan dulu sebelum menjadi kaya. Desa Kaliangkrik yang terpencil, tidak heran menjadi desa yang masih sangat tradisional.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS