Chereads / Miracle of Maple Leaf / Chapter 5 - 4 | Pemuda yang Mungkin Saja Mengenalku

Chapter 5 - 4 | Pemuda yang Mungkin Saja Mengenalku

Merasa takut, Ellena segera membuka gerbang, bergegas masuk. Matanya tidak lepas dari pria itu. Ia cemas jika pria yang terlihat lebih tua darinya tersebut akan berbuat hal buruk padanya.

Menyadari sedang diperlakukan seperti orang jahat, tawa yang menghiasi wajah sosok itu memudar.

"Ma-mau apa kamu di rumahku?!" Ellena memberanikan diri untuk bertanya.

Pria itu tampak terkejut. Ia sempat menoleh ke belakang, memastikan gadis di hadapannya itu tidak berbicara pada orang lain. "Kamu ... bicara denganku?"

Dahi Ellena mengerut. "Memangnya ada orang lain?" "Kamu bisa melihatku?" Pria itu perlahan mendekat, sementara Ellena berusaha mengunci pintu gerbang.

Tentu saja, siapa pun akan bingung mendapat pertanyaan seperti itu. Ellena mengerjap berulang kali, tidak percaya. Pria yang tidak dikenal sedang mengajaknya bercanda. Gadis itu mengabaikannya. Ia segera berbalik, hendak masuk ke rumah.

"Tunggu, Ellena!"

Deg! Jantung Ellena berdegup kencang. Dari mana pria aneh itu tahu namanya? Sedangkan gadis itu baru pertama kali melihatnya. Seketika bulu-bulu halus di lengannya meremang.

Ellena berbalik. "Kamu mengenalku?"

Tiba-tiba pria muda tersebut membisu. Wajahnya terlihat begitu serius menanggapi pertanyaan Ellena.

"Ah, maaf. Aku baru saja kehilangan ingatanku tahun lalu," aku Ellena. Kini ia mengambil beberapa langkah maju mendekat. "Jadi, apa kita saling mengenal?"

Rasa penasaran menguasai dirinya. Selama ini Ellena hanya mengenal orang tuanya saja. Bahkan, ia berhenti dari sekolah dan melanjutkan dengan home schooling. Anehnya, tidak satu pun teman datang menanyakan kabarnya.

Jadi, begitu tahu ada orang lain yang mengenalnya, jiwa Ellena menggebu-gebu. Ia ingin mengenal seperti apa dirinya sebelum kecelakaan itu terjadi. Gadis itu merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya.

Pria tersebut tampak kesulitan menjawab. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ah, begitu rupanya," jawabnya pelan. Sorot matanya sendu, menyiratkan keprihatinan.

"Siapa namamu? Kamu kelihatan lebih tua dariku. Tidak mungkin teman sekolah, kan?" Ellena memutar bola mata, sedang menganalisis. "Atau kamu tinggal di rumah sebelah?"

Mendadak gadis itu banyak bicara. Ia begitu semangat menemukan sesuatu yang menarik baginya—kepingan puzzle yang selama ini dicari. Sebuah petunjuk yang mungkin membuat ingatannya kembali.

Kemudian, pria itu tersenyum. Begitu manis dengan kedua lesung pipit yang terlihat jelas. Kulitnya putih pucat bersinar di bawah sisa sinar mentari.

Melihat senyuman itu, hati Ellena berdesir. Merasakan lagi perasaan yang ia sendiri tidak tahu bagaimana mengatasinya. Perasaan yang sama saat ia melihat daun maple kering. Seperti sesuatu terkunci dalam sebuah peti, di mana ia tidak memegang kunci untuk membukanya.

"Namaku Radi. Kita dulu teman dekat. Aku juga pernah tinggal di rumah ini." Pria yang bernama Radi itu kembali mengembangkan senyum. "Aku senang bisa bertemu lagi denganmu, Ellena, walau kamu tidak mengingatku." Ada kesedihan yang terpancar melalui matanya, di balik senyum lembut itu.

Ellena berusaha mengingat, tetapi sia-sia. Radi? Nama yang begitu asing di telinga. Ellena bahkan tidak ingat pernah tinggal bersama dengannya.

Mungkin teman masa kecil? Namun, satu hal yang kini ia percayai, bahwa Radi mungkin saja bukan orang jahat seperti yang sempat terpikirkan.

"Aku juga senang. Mari berteman dari awal. Aku Ellena. Ellena Delwyn." Tangan Ellena terulur pada Radi, melewati gerbang yang tidak tinggi.

Radi hanya memandangi tangan yang disodorkan di hadapannya. Ia ragu untuk menyambut uluran tersebut.

"Kenapa? Tidak mau berteman denganku lagi karena aku seperti orang lain?" ketus Ellena. Ia menarik tangan, dengan wajah tertekuk kesal.

"Bukan seperti itu. Bukankah tadi aku bilang senang kembali bertemu denganmu?" Nada suara pria itu sedikit naik.

Radi menatap Ellena lekat, lalu memberanikan diri mengulurkan tangan.

Ellena terbelalak, kaget. Spontan menarik tangan sesaat setelah menjabat tangan Radi. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat tangannya tembus! Tidak ada sentuhan yang terasa.

Pandangan gadis itu beralih menjadi tatapan ngeri. Ia segera mengusap belakang tengkuk yang tiba-tiba merinding.

"Si-siapa kamu?" tanya Ellena. Perlahan melangkah mundur.

Tiba-tiba ia mengingat kembali percakapan yang sempat terjadi.

Apa kamu berbicara denganku? Apa kamu bisa melihatku?

Meski mustahil, otaknya terpaksa menerima satu-satunya penjelasan yang mungkin. "Ka-kamu ... bukan manusia?"

Dalam sekejap, Radi telah berpindah ke sisi Ellena. Mendadak tubuh gadis itu mematung. Bahkan, lidahnya terasa kelu untuk berteriak.