" Tuanku. Apa anda sudah tau kalau..."
" Yah...aku bisa merasakannya." wajah Zord terlihat sangat cemas, dirinya dan Evost tahu bahwa Arest dan teman-temannya tengah berusaha membangunkan Dave.
Jika Dave berhasil dibangunkan, bukan hanya menambah armada dalam pasukan Arest. Secara pengendali es itu bisa melipat gandakan dirinya, trus memiliki kekuatan yang sama dengan Dave. Sudah pasti akan sangat merepotkan. Selain itu, pengaruhnya sampai pada Arest yang tidak lagi terpuruk dalam kesedihan, keuntungan Evost berkurang banyak sekaligus.
" Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang tuan."
" Yang pasti kita harus menunda pasukan kita." Awalnya Eost berencana mengirim pasukan hantunya. Selain untuk menyerang Arest yang tengah sekarat saat itu, sekaligus ingin membuat para Controller sibuk agar dia bisa mencari Sang Jada tanpa tercium oleh siapapun.
" Apa sebaiknya kita kirim wanita itu sekarang tuan?" Zord menoleh ke arah wanita yang sejak awal dilihatnya hingga kini masih tertidur, namun wanita itu makin bertambah cantik tiap harinya.
" Ya, ya, ya...tadinya aku berpikir begitu Zord. Tapi mungkin kita perlu melakukan pemanasan terlebih dahulu." Evost tersenyum menyeringai sangat licik.
" Mungkin bisa di mulai dari pembalasan dendammu ke pada Gecha." Gigi Zord gemeretakan mendengar nama itu.
" Yah aku juga tidak sabar tuan. Penghianatannya harus di bayar dengan mahal."
" Dia lemah oleh orang yang dicintainya,karena sebenarnya Gecha lahir dari cinta yang dipenuhi dendam. Binasakan Aron maka kita dapat membunuh dua nyamuk dalam satu tepukan."
" Tapi bagaimana menyentuh Aron, tuan. Dia juga berada dalam klan mereka."
" Dia pasti memiliki orang yang dia sayangi. Temukan lalu cari tau bagaimana cara menyakitinya."
*****
" Jangan lakukan itu lagi Arest! Kau membuatku takut."
Seluruh mata terpana, kaki mereka tidak bergeser sedikit pun. Arest berbalik dengan mata yang sudah dipenuhi air mata. Seperti biasa bola mata itu berubah warna saat melihat Controller lain, hanya saja kali ini tidak terasa sakit. Bibir Sang Raja itu bergetar dengan wajah pucat yang langsung merona saat melihat sosok di belakangnya.
" Kak Dave kau kah itu? Itu benar kau kan? Kau tidak sedang bercanda kan?"
" Yah ini aku, Dave." Arest terlalu bahagia untuk berlalri memeluk Kakak kesayangan itu. Atau sebetulnya dia takut kalau ini hanya mimpi dan akan hilang saat dia menghampirinya.
" Ini tidak lucu Hyung, bercandamu keterlaluan." Arest melepaskan pelukannya, dia ingin marah sama Hyung nya ini. Jahat banget kan Dave itu pikirnya.
Mendengar Arest mengatakan itu dan menjauhkan pelukannya membuat Dave menangis. Dia merasa bersalah karena terlalu menyayangi Arest hingga membuatnya sangat ceroboh. Harusnya dia bisa bijaksana layaknya pendamping sejati.
" Kau tidak membuka matamu, kau tidak tersenyum atau bicara denganku. kau sudah berjanji kan Hyung, kau tidak meninggalkan aku?" Arest menggeleng-geleng lesu tanda dia sangat takut selama ini.
" Maafkan aku Arest." Dave memeluk lagi dan tangis mereka pun tumpah dalam kerinduan.
" oh emm..maaf Hyung." Aron tidak sengaja menginjak kaki Oska ketika dia bergeser. Sangking fokusnya melihat Hyung yang dia sukai telah berhasil bangun dari tidur panjangnya.
Oska langsung membalas bengis, karena emang suka tempramen sama siapa aja. Tapi kemudian amarahnya luruh ketika melihat Aron yang bertingkah serba salah.
" Kau,kau bisa membalasnya Hyung kalau kau mau?" Ucap Aron akhirnya. Entah kenapa itu membuat oska tersenyum.Padahal sebelumnya hatinya sangat hancur melihat Azhura pergi menyelamatkan Arest dan meninggalkan dirinya.
" Ngomong-ngomong Kak, Aku sangat lapar." Arest. Dave meninju lembut perut si ganteng itu. Arest tiba-tiba lupa kesedihannya, bahkan sekarang dia tertawa.
" Oh apa itu?" Dave terpukau melihat makhluk imut yang menyembul dari bahu Arest.
"Itu belahan jiwaku Kak. Azhura."
" O? Belahan jiwamu?"
" Ya..ceritanya panjang, nanti aku ceritakan semuanya. tapi yang pasti sekarang kau juga sudah memiliki belahan jiwa mu."
Dave melihat ada bola lembut berwarna biru tosca menghampirinya, kemudian bola itu mengeluarkan cahaya dan berubah menjadi wanita cantik.
" Tampan sekarang kau miliku." Gadis itu tersenyum centil. Yah belum pada lupa kan Sevana mengorbankan dirinya untuk jadi peri pelindung Dave.
" Bukankah harusnya dia jadi pendamping mu Kak?" Venus bercanda dengan meledek Illo yang secara elementnya air gituh. Tapi dewi duyung itu justru jatuh cinta pada element es. Ironis.
" Oh Hi.." Dave gugup, tanpa alasan dia merasa tersipu malu.
" Sevana." Mereka berjabat tangan.
" Ouh..apakah ini...eww...tidakkah kalian merasa ini..oh entahlah." Hyeka, dia muak. bukankah harusnya ini suasana haru karena Dave baru saja kembali tapi kenapa berubah seperti variety show perjodohan. Meski begitu Hyeka tetap tersenyum, dia senang Dave bisa kembali.
****
" Cepat katakan." Zord begitu murka.
Dia berhasil menemukan klan dari Cleova di perbatasan Arian saat mereka akan menyebrangi perbatasan. Klan ini sangat diburu karena satu-satunya generasi yang mewarisi mitos Sang Jada. Makhluk magis yang sangat diinginkan Evost untuk melawan Arest. Evost akan tidak terkalahkan jika bisa membuat makhluk magis itu menjadi sekutunya. Maka dari itu seperti baru aja menemukan harta karun, Zord tidak akan membarkan klan terakhir ini bebas begitu saja.
" Apa dia yang terakhir?" Evost
" Tidak tuan, tadinya mereka ada sekitar 10 orang. Tapi kami hanya bisa menangkap 2 diantaranya. Satu lagi di sana, saya yakin itu adalah istrinya." Zord. Mengarah pada laki-laki kurus yang sedang disanderanya.
Karena legenda mereka, Klan Cleova sering diburu dan dihabisi. Mereka nyaris terancam punah, sehingga harus bertahan hidup dengan sembunyi-sembunyi. Demi rahasia yang mereka jaga, tidak jarang mereka menyamarkan identitas hingga meniru gaya klan lain agar tidak tercium predator dari klan lain.
" Katakan. Selagi anak-anakku bersikap baik." Evost
" Kau bunuh sekalipun, kami tidak akan memberi tau apa-apa. Lakukan saja yang kau mau." Bukan tanpa alasan klan ini terpilih memegang rahasia magis itu. Pendirian teguh mereka yang sulit digoyah bahkan harus mempertaruhkan nyawa sekalipun.
" Tahan Zord." Zord hampir saja melayang kan tinjunya yang dipenuhi cakra. Bisa dipastikan itu bisa membuat sanderanya seketika tidak bernyawa. Tapi Evost tau mereka terlalu berharga.
" Simpan mereka dengan baik (Sembunyikan). Saat ini mereka tidak akan mengatakan apapun, jangan buang-buang tenaga mu. Lagi pula mereka hanya tau bagaimana membangunkan makhluk itu. Mereka tidak akan tau dimana makhluk cantik itu berada. Akan kupastikan, mereka akan mengatakan dengan sendirinya saat mereka melihatnya sendiri." Zord mengangguk patuh, tanda dia mengerti apa yang harus dilakukan tanpa banyak tanya.
" Bawa mereka." Zord memerintah beberapa anak buahnya.
*****
" Seluruh samudera mematuhi perintahku, seluruh samudera mengikuti bayanganku."
" A, apa yang terjadi dengan wanita itu yang mulia?" Zord terpana. Terlalu terpana pada sosok yang cantik jelita dan terkesan tidak berdosa itu. Tapi dia terlihat seperti raga yang kosong tanpa jiwa. Hidup tapi tidak memiliki simpati, emosi bahkan berpikir.
" Membangunkan dia yang tertidur." Evost
" Aku tidak mengerti tuan."
" Ramalan itu mengatakan bangunkan dia yang tertidur. Entah itu sesuatu yang kita yakini, Sang Jada. Atau Dave, atau mungkin dia. Wanita itu pernah tidur menentang waktu, aku tidak tau mantra apa yang dia gunakan. Atau siapa yang menggunakan terhadap dia, tapi yang pasti dia akan berguna."
" Kenapa anda begitu yakin tuan, memangnya siapa dia sebenarnya. Kenapa dia bisa jadi jantung hatinya Arest?"
" Kau sudah pernah bertemu Arest bukan?"
" Ya tuan, tapi aku tidak pernah bisa melihat wajah aslinya. Ada sebuah sihir yang membalut wajah itu, dia selalu berubah setiap kali aku melihatnya. Hanya saja matanya sangat khas. Bola mata yang bisa berubah itu..."
" Punya tatapan yang sulit dilupakan." Dalam diamnya Zord setuju.
Sekedar flashback, Chaterine pernah memantrai wajah Arest agar terlihat jelek untuk orang lain sehingga bisa dikenali. Tapi bagi para Controller, mereka bisa melihat wajah Arest dengan jelas.
" Iya anda benar." Zord mulai menyadari wanita itu punya bola mata yang sama. Meski tidak berubah warna tapi mata ini mirip sekali.
" Anda akan apakan dia tuan?"
" Hmmm...masih belum saatnya. Kita harus mengisinya dengan kenangan yang meyakinan, dia akan membawa Arest pada kita. Sampai saat itu tiba, persiapkan pasukanmu dengan baik. Dan cepat temukan kelemahan Aron. Manusia api itu harus mati sebelum dia menyadari Gecha bisa melipatgandakan kekuatannya."
*****
" Apa kau melihat ibu Gase? Alpha?" Oska sedikit heran karena baru sadar bahwa belakangan ini ibunya sering menghilang. Tepatnya sejak kemunculan Arest. dan sekarang pun dia tidak terlihat dimana pun.
" Aku tidak melihatnya Kak, kenapa? Ada yang mengganggu mu? Wajahmu terlihat kesal." Gase
" Terakhir aku lihat ibu bicara dengan paman Gi Ai di hutan sebelah barat. Mau kuantar melihatnya Kak?" ucap Alpha sambil bermain-main dengan hewan-hewan lucunya.
" Tidak, aku saja yang memeriksanya."
" Opss...maaf Kak." Aron salah tingkah, lagi-lagi dia tidak sengaja mengenai Oska.
" Ouh ya maaf juga." Tanpa alasan Oska malah bersikap canggung.
" Kak."
" Hmm." Oska membalikkan punggung karismatiknya.
" Emm, tidak lain kali saja."
" O baiklah."
" Mencari sesuatu?"
" Kau lihat ibuku."
" Sepertinya tadi di sana.." Aron langsung pergi dan diikuti Oska. Tapi kemudian si emot ituh berhenti dadakan sampe bikin Oska terkejut sebentar.
" Sssssttt." Aron menyeret Oska agar bersembunyi dibalik pohon seperti yang dia lakukan.'
Mereka melihat Zerro, Sahara dan Jumi sedang bercengkrama. Yang mengejutkan adalah betapa akrabnya dia dengan Zerro yang legendaris itu. Ada apa dengannya pikir Oska. Tidak sampai di sana, Jumi juga mengangkat tangannya dan terlihat akan melepaskan mantra.
" Ibu?" Jumi terhenti dari aktifitasnya, sekaligus terkejut.
" Apa yang...sedang ibu lakukan?"
*****